Mendadak Kaya Raya - Bab 282 Badai Memberi Hadiah

Rumah besar kediaman keluarga Chu, saat ini sedang ramai tidak biasa.

Banyak sekai pengusaha terkenal dan juga pejabat terkenal datang untuk merayakan dan untuk memberi selamat ulang tahun kepada Barata .

Karena bagaimana pun keluarga Chu merupakan keluarga yang pengaruhnya di dunia sangat tidak tertandingi dari keluarga mana pun. Jadi wajar kalau ulang tahun kakek Chu jadi hal yang sangat sensasional dan menggemparkan.

Para keturunan dari keluarga Chu dari awal sudah tiba di tempat ini dan juga sudah saling berkomunikasi dengan para tamu yang ada di sana, jelas sekali kalau mereka sedang mencari kesempatan kerja sama bersama. Untuk menambah poin dan prestasi diri sendiri agar bisa menambah presentase kemungkinan untuk menjadi ahli wari selanjutnya.

Intinya Desta yang datang paling akhir berdiri sendirian di sana. Para tamu itu walaupun jelas melihatnya, tapi tidak ada satu pun yang datang untuk sekedar menyapa ataupun mengobrol dengannya.

Karena keluarga Chu punya banyak sekali keturunan ataupun murid yang dikirim ke luar negeri untuk berlatih dan belajar sehingga ketika mereka sudah dewasa dan kembali lagi ke negara ini, begitu melihatnya wajar kalau tidak mengenalinya.

“Kakek, selamat ulang tahun!”

Desta tidak peduli dengan semua hal ini. Desta malah membawa Vero dan Citra langsung berjalan ke aula dalam rumah besar keluarga Chu itu untuk bertemu dengan Barata .

Kakek Chu saat ini sedang duduk di kursi kayu lonjong bunga pinus dengan mengenakan setelan pakaian Tang merah yang melambangkan kebahagiaan, semua rambutnya sudah berubah, tapi masih terlihat sangat segar dan berenergi.

Pada saat ini, banyak sekali tamu yang jadi satu di sana, termasuk keturunan dan murid dari keluarga Chu. Mereka sedang mengantri untuk memberikan kado kepada Kakek Chu.

Mulai dari koleksi lukisan Qi Baishi, hadiah ulang tahun khas China yang diukir dari marmer putih, satu set cangkir minum zaman dulu lengkap yang terbuat dari emas murni, dan lain sebagainya. Setiap hadiah paling murah mungkin sekitar dua milyar. Orang-orang yang ada di samping melihat adegan ini jelas sangat iri sekali.

Tapi, di wajah Barata hanya tampak senyum sopan saja. Ketika melihat semua kado ini, dia sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan yang kuat. Dia paling hanya memberikan senyuman sopan kepada orang yang memberikan kado.

Pada saat ini, Desta melangkah ke depan untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun. Hal ini tanpa sadar membuat para tamu yang sedang mengantri di depan jadi tidak senang.

“Eh, mengantri untuk memberi kado ini. Kenapa kamu seenaknya saja masuk ke antrian depan?”

Ada seorang keturunan keluarga Chu menatap Desta dengan tidak puas lalu menyenggol Desta dengan pundaknya.

Desta melirik orang itu, dalam ingatannya seharusnya orang itu adalah keturunan dari Tuan Muda Kelima. Namanya adalah Trista Chu, Mereka berdua pernah bertemu waktu kecil. Tidak disangka dalam sekejap mata, dia sudah sebesar ini.

Trista yang ada di depannya sama sekali tidak mengenali Desta. Dia mengira Desta hanyalah pewaris cabang perusahaan seperti dia. Dia mengira Desta ingin jadi pusat perhatian jadi tanpa peduli apapun langsung merebut antrian di depan.

Sedangkan para tamu yang tidak tahu kenyataan sebenarnya langsung menatap Desta dengan tatapan tidak senang dan merendahkan.

Desta mengelus hidungnya lalu tersenyum dengan canggung.

Dia tidak menyangka sama sekali kalau mau memberi ucapan selamat ulang tahun pada kakeknya saja harus mengantri seperti ini.

Lupakan saja, dia masih ingat saran dan nasehat Paman Fu , ada banyak keluarga yang hubungannya tidak terlalu ramah dan baik di pesta ulang tahun kakek. Jika saat itu ada masalah atau konflik dengan mereka, maka sama saja dengan menjadikan diri jadi lelucon kan?

Dengan berpikir seperti ini, Desta pun memberi isyarat dengan tatapan matanya kepada Vero dan Citra. Mereka berdua pun jalan ke barisan paling belakang untuk mengantri.

Melihat hal ini, Trista tersenyum dengan bangganya karena merasa berhasil.

Barisan pemberi ucapan ulang tahun itu perlahan-lahan maju terus ke depan. Harta dan barang langka terus bermunculan. Ada beberapa barang berharga yang tingkatannya hanya satu-satunya di dunia dan sangat unik sehingga ketika diperlihatkan benar-benar menarik banyak perhatian orang dengan sorakan dan juga tepuk tangan yang keras.

Tapi Barata selalu menunjukkan minat yang kurang. Dengan pengalamannya, berapa ‘harta langka’ ini masih tidak memenuhi apa yang dianggapnya.

Giliran Trista untuk memberikan kado.

Dia maju sambil tersenyum lalu menyerahkan gulungan lukisan dengan tatapan penuh hormat lalu berkata, “Kakek, aku Trista cucu dari Leoran Wu . Pada hari ulang tahun anda ini, aku menyerahkan kado atas nama Leoran . Aku harap anda tersenyum."

Senyum di wajah pria tua itu tidak lagi asal-asalan untuk kesopanan saja. Kali ini tampak lebih ramah ketika dia melihat yang memberinya kado punya hubungan darah dengannya.

"Oh, ternyata Trista , beberapa tahun tidak bertemu, kamu sudah tumbuh sebesar ini ya.” kata Barata sambil tersenyum.

Barata mengangguk lalu membuka gulungan lukisan itu, dan berkata dengan keras, “Kakek, aku benar-benar sudah bekerja keras sekali untuk mencari tahu lukisan Zhu Da yang sangat anda sukai itu.”

"Dulu ketika situasi sedang bergejolak tidak karuan, keaslian lukisan-lukisan Zhu Da sudah lama mengalir dan jatuh ke luar negeri. Lukisan-lukisan Zhu Da yang ada di negara ini adalah lukisan tiruan saja. Lukisan yang ada di tanganku ini menghabiskan uang sebanyak lima puluh enam milyar untuk membelinya di lelang Amerika, jelas benar-benar barang asli!"

Dia bicara sambil memegang kedua sisi gulungan itu, dia perlahan memutarnya dan menunjukkan lukisan itu kepada banyak tamu untuk dinikmati.

"Lukisan Zhu Da yang bertema The Pine Stone itu dulu pernah terlihat di negara ini sekali. Tapi ternyata ketika diidentifikasi, itu hanya replika alias barang tiruan saja!”

“Lima puluh enam milyar, pasti ini benar-benar peninggalan yang asli kan?”

“Kelihatannya sih barang asli. konsepsi artistik dalam lukisan semacam ini tidak dapat ditiru dengan mudah."

***

Di kerumunan, semua jenis argumen terdengar.

Desta meliriknya, pertama melihatanya dia mengira itu peninggalan asli. Tapi begitu memperhatikannya, dia menemukan ada yang salah di lukisan itu.

“Ada yang salah di lukisan itu.”

Desta menoleh ke belakang lalu berbisik begitu kepada Vero.

Dia mengatakan ucapan ini bukan karena ingin menjatuhkan martabat atau membongkar kepalsuan Trista ini. Lagi pula terlepas itu lukisan asli ataupun lukisan tiruan, dia berusaha untuk menyelidiki kesukaan dari kakek lalu membelinya untuk diberikan ke kakek, itu berarti dia memang sudah cukup bekerja keras.

Karena bekerja keras, itu sudah cukup. Jika membongkar atau semacamnya itu tidak terlalu manusiawi.

Dia mengatakan ini pada Vero, hanya karena ini terlihat keren saja di depan orang yang disukainya.

Namun, meskipun Desta menurunkan suaranya, ucapannya ini masih terdengar oleh Colta yang ada di depannya. Mata anak itu sedikit berubah dan dia segera berteriak, "Kakak kedua, apa yang kamu katakan, Lukisan ini palsu?!"

Pada saat ini, kakek Barata sedang tersenyum lalu mengambil lukisan itu. Dia menepuk pundak Trista memberikan semangat.

Membuat seluruh tamu di sana iri sekali. Pada waktu yang bersamaan mengerti kalau memberi hadiah juga harus terlihat senang, bukan hanya mahal saja. Tapi begitu Colta berteriak, semua ekspresi wajah orang-orang di sana berubah.

Semua orang memusatkan tatapan mata mereka pada Desta.

Desta tercengang, ketika dia mau mengajari Vero sedikit pengetahuan, mengapa tiba-tiba dipandangi oleh semua orang.

Colta pun buru-buru memperlihatkan kalau dia salah, lalu berbisik, "Kakak kedua, maaf ya, sepertinya aku telah melakukan kesalahan lagi."

Mengenai akting adik ketujuhnya ini, Desta sudah malas membongkarnya.

Dia pun tersenyum canggung ke semua orang lalu buru-buru berkata, “Bukan ini maksudku. Kalian semua jangan terlalu memedulikan, lanjutkan memberi kado saja.”

Tapi belum selesai dia bicara, Trista sudah berjalan dengan marahnya ke depan Desta. Dia melihat Desta dari atas ke bawah lalu berkata, “Oh ternyata kamu ini Desta. Mangkanya kenapa aku merasa cukup familiar ketika melihatmu. Beberapa tahun tidak bertemu, perubahanmu cukup besar ya!”

Desta tersenyum canggung lalu berkata, “Kamu yang tidak banyak berubah sih. Sama seperti dulu masih saja tampan.”

“Jangan berusaha menyanjung dan cari perhatian ya. Bukannya kamu bilang kalau lukisanku ini palsu? Hari ini di depan kakek, coba katakan di bagian mana lukisanku ini ada yang palsu, ayo sini!”

Trista memotong ucapan Desta dengan emosi. Lalu, menarik Desta langsung ke depan kakek Chu.

Pada saat ini, kakek juga melihat Desta dengan tatapan heran dan bingung. Menurut pengalamannya selama ini, lukisan ini harusnya peninggalan asli, Desta kenapa bisa berkata kalau lukisan itu palsu?

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu