Mendadak Kaya Raya - Bab 116 Kedatangan

"Desta, cepat hentikan mobilnya !!!"

Teriak Wulan dengan sangat keras dan wajahnya terlihat sangat menakutkan.

Desta sialan ini, Beraninya mau menyelakai mereka di tempat dan situasi seperti ini. Sekarang malah mau mendorong mereka ke dalam lubang api. Apa dia benar-benar merasa tidak cukup mempermalukan kami ya? Jika nanti diusir oleh satpam dan dilihat langsung oleh Pak Zhang dan yang lainnya, Keluarga Chen pasti malu dan tidak akan punya muka untuk terus berada di daerah Sanbaku!

Gito juga sama memikirkan kemungkinan ini, dengan wajah pucatnya dia melotot ke Desta dan menyuruhnya untuk segera menghentikan mobilnya.

“Paman, bibi, jarak dari rumah yang akan kita lihat itu cukup jauh dari sini. Jika tidak pakai mobil, kita akan menghabiskan waktu cukup lama untuk bisa sampai ke sana.” Jelas Desta tersenyum kecut.

“Setidaknya itu lebih baik daripada diusir keluar oleh satpam!” kata Wulan sambil memukul bangku mobil dengan keras.

Tak berdaya akhirnya Desta pun mencari tempat parkir terdekat lalu dia membawa Gito, Wulan dan Vero berjalan ke arah vila pusat.

Karena terlalu marah dengan sikap dan perilaku Desta, Wulan tidak menyadari saat ini rute yang mereka ambil sama dengan arah mobil sebenarnya. Tapi hanya jarak tempuhnya saja yang lebih berkurang. Desta sengaja berjalan melewati beberapa jalan tembusan sehingga jarak yang akan mereka tempuh cukup sama.

Vero juga ingin tahu ke mana Desta akan membawa mereka jadi dia tidak mengatakan apa-apa. Tapi dia percaya Desta tidak akan mengecewakannya.

Malam itu, dia memberi tahu Wulan apa yang Desta katakan kepadanya. Tapi yang ada malah dia menerima hinaan dan makian Wulan. Wulan tidak percaya kalau Desta bisa melakukan sesuatu yang bisa membuatnya bangga dan bisa menyombongkan diri. Selama tidak kehilangan martabat saja, dia sudah berterima kasih kepada Tuhan.

Di sisi lain, anak dan ayah Zhang dan yang lainnya sudah tiba di vila pusat. Sopir setelah mengantar mereka, lalu sopir itu pun langsung pergi. Ini adalah rumah yang sudah terjual. Ini juga bukanlah harta dan aset milik mereka Eling Bening. Jika selama ini masih ada seorang sales yang bertanggung jawab menjelaskan rumah ini, tapi sekarang tidak terlihat satupun staf Eling Bening di sini, yang ada hanyalah rumah dan halaman yang dipenuhi dengan tanaman.

Situasi apa ini?

Segerombol orang itu saling memandang dan tidak tahu kenapa staf Eling Bening membawa mereka ke sini dan tidak ada satu pun orang yang menjelaskan mengenai tempat ini. Apa jangan-jangan mereka memang membiarkan kami semua untuk jalan-jalan sendiri dan melihat ke sekeliling ini? Apa mereka tidak takut kalau kami tanpa sengaja merusak barang dan kabur begitu saja?

Di kunci waktu yang paling tepat ini, masih saja Deddy yang batuk sejenak lalu berdiri mengambil alih dalam situasi besar ini.

“Paman dan bibi, kalian tidak perlu khawatir. Eling Bening adalah salah satu buaya real estat terbaik di Daerah Sanbaku. Staf di sini saja percaya dan tidak takut kalau kita akan merusak barang di sini dan kabur begitu saja, sehingga seolah menyuruh kita semua untuk melihat-lihat sendiri pemandangan di sini. Kalau begitu, kita jangan sampai mengecewakan niat baik mereka. Kalian semua silahkan jalan-jalan dan melihat ke sekeliling sini, Silahkan lihat-lihat saja!”

“Apa yang dikatakan anakku benar, staf Eling Bening saja tidak takut dan tidak khawatir, kalau begitu apa yang kita takuti. Kalian semua jangan hanya diam berdiri dengan bodoh begitu, silahkan berkeliling dan melihat-lihat!”

Pak Zhang melambaikan kepalanya lalu posenya seolah seperti pemilik tempat ini.

Semua orang pun menghela napas lega, kemudian mereka satu persatu pun mulai jalan-jalan keliling mengitari luar vila pusat itu.

Mereka bukan karena tidak ingin melihat-lihat dalam vila itu. Tapi karena mereka tidak punya kuncinya. Tapi hal ini tidak menghalangi mereka untuk berpura-pura kaya dan hebat. Hanya melihat satu persatu dari mereka berdiri di suatu sudut lalu mengeluarkan ponsel mereka dan mulai selfie dengan bebasnya. Setelah itu, mereka mengirim fotonya ke status wechat mereka dengan diiringi beberapa kalimat, “Selama kamu berusaha, maka seberapa besar sebuah rumah, kamu pasti bisa mencapai dan mendapatkannya.” Setelah itu, tidak lupa juga ditautkan alamat dari pembuktian tempatnya : Vila mewah pusat Eling Bening.

Baru saja dikirim ke status wechat, tapi sudah ada ratusan like dan komentar yang muncul. Hal itu membuat orang-orang yang mengirim pesan ke status wechat itu sangat bahagia sekali.

Setelah berjalan setengah jam-an, kaki mereka juga sudah puas berjalan, barulah mereka sekarang teringat dengan tujuan mereka datang ke sini.

“Keluarga Chen kenapa masih belum datang juga, Apa mereka takut dipermalukan ya, sehingga mereka tidak mau datang?”

“Kalau begitu, itu tidak baguslah. Aku masih menunggu Desta itu menunjukkan rumah yang lebih bagus dari pada rumah kakak Zhang. Ketika membanggakan diri saat itu begitu sombongnya, masa sekarang langsung tidak berani begini!”

“Kalian jangan mempersulitnya lagi. Dia itu hanyalah menantu yang menggantungkan hidup kepada calon istrinya. Dengan tidak mudahnya mendapatkan kesempatan berpura-pura begitu, kenapa juga kalian merasa senang ketika membongkar semua kedoknya. Apalagi kita ini orang yang lebih tua, untuk apa harus cari perhitungan dnegan bocah tengik itu, hanya akan jadi lelucon!”

Baru saja Desta, Vero, Gito dan Wulan baru tiba di depan vila pusat, mereka sudah mendengar omongan orang-orang itu.

Sebelum menyadari kedatangan mereka berempat, Wulan sudah emosi dan sangat kesal, dengan wajah muram dia berteriak kesal, “Wah wah wah, begitu serunya ngobrolnya, kalian sedang membicarakan apa?”

“Lihatlah, yang dibicarakan datang deh. Benar-benar tepat sekali datangnya ya!”

Mereka pun merasa canggung setelah membicarakan keluarga Chen di belakang, mereka menyeringai lalu merasa kalau hari ini seharusnya hanya keluarga Chen yang jadi canggung dan tidak enak hari ini. Mereka hari ini datang untuk mempermalukan keluarga Chen jadi untuk apa mereka sangat canggung begini.

“Gito akhirnya kalian datang juga. Kami mengira kalian tidak berani datang.”

“Kita sudah menunggu sangat lama. Gito, segera kamu suruh menantumu itu menunjukkan rumahnya. Kami jamin kami tidak akan menertawakannya. Setelah selesai melihat rumah itu baru kita makan bersama terus pulang, Aku masih harus pergi ke sekolah PG untuk menjemput anakku!”

Segerombolan orang itu terus berbicara tiada hentinya. Membuat wajah Wulan jadi semakin membeku. Dia pun melotot ke Desta lalu menggertakkan gigi dan berkata, “Hei kamu yang bermarga Chu, kenpa kamu tidak segera menunjukkan rumah itu. apa kamu ini masih belum puas mempermalukan kami seperti ini?”

“Sudah sampai kok.” Desta mengangkat bahunya dan tak ada ekspresi apapun di wajahnya.

“Apa yang kamu katakan?”

Wulan merasa mungkin dia yang salah dengar. Jadi dia langsung melirik ke Gito dan dia melihat ekspresi Gito juga berubah. Dia baru mengerti kalau dia tidak salah dengar.

Desta membawa mereka datang kesana, bukannya untuk damai dengan semua orang ini?

Siapa juga yang menyangka, rumah yang dimaksud Desta itu adalah vila di depan mereka sekarang ini, Desta ini sudah gila apa? Apa dia tidak tahu nilai dari vila ini apa. Nilai di vila ini menunjukkan posisi identitas dan status sosial tinggi, dan menunjukkan kekayaan yang luar biasa besarnya!

Orang gila ini! sudah seperti ini tapi masih saja berpura-pura! Kenapa tuhan tidak menyambarkan petir ke sampah ini sih! apa dia begitu inginnya mempermalukan keluarga Chen!

Wajah Wulan sangat merah dan tampak pucat karena marah sekali. Api amarah dalam hatinya membara.

Mendengar ucapan Desta ini, orang-orang yang ada di sana pun terkejut sebentar lalu satu persatu dari mereka tertawa terbahak-bahak.

“Aku tidak salah dengarkan, Desta, bangunan di depan kami ini adalah rumah yang kamu maksud?”

“Ya Tuhan, Desta ternyata salah satu orang kaya di daerah Sanbaku. Dia sampai sanggup membeli vila pusat di Eling Bening. Benar-benar mengejutkanku, ha, ha,ha!”

“Kalian lebih baik segera mengakui kesalahan kalian. Kalau kita begitu menertawakannya nanti dia malah mengusir kita dari sini. Jika begitu apa malah tidak lebih memalukan lagi!”

Semua orang di sana tahu kalau harga untuk bisa membeli pusat di Eling Bening sangat mahal sekali. Karena Eling Bening bukan hanya sebuah rumah. Tapi vila tengah yang menjadi pusatnya. Seluruh lingkungan sebesar dua kilo meter yang mengitari vila ini juga sama telah dibeli sekalian dengan vila ini. Jadi jika Desta adalah pemilik vila pusat ini maka dia benar-benar berhak untuk mengusir mereka semua. Karena ini semua adalah wilayah pribadinya sendiri.

Desta mengabaikan hinaan dan cibiran semua orang itu.

Dia tersenyum lalu maju dan menatap semua orang, “Kalian semua sudah susah-susah datang ke sini. Aku mana mungkin mengusir kalian begitu saja. Kalian datang juga cukup pagi jadi seharusnya sudah cukup melihat-lihat pemandangan di luar. Lebih baik sekarang kita masuk dan melihat-lihat ke dalam.”

Selesai bicara, Desta memasukkan tangannya ke dalam saku dan berniat mengambil kunci.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu