Mendadak Kaya Raya - Bab 67 Keluarga Ini Sudah Gila Apa

“Kalian juga tahu, kalau aku dan kakakmu sangat menginginkan sekali sebuah mobil. Mimpi kami selama ini yaitu memiliki mobil. Tapi kondisi finansial keluarga kami tidak mengijinkan kami membeli mobil. Keluarga kalian ini malah membeli dua mobil, bagaimana kalau memberikan satu mobil saja untuk kami gunakan.” Nobu akhirnya buka mulut.

Tapi dia segera mengubah bahasanya, “Anggap saja pinjam juga tidak apa kok. Nanti kalau dua anak kami ini sudah puas mengendarainya, kami akan mengembalikannya padamu. Anak pertama kami sampai selesai kuliah masih belum pernah sekalipun menyentuh mobil.”

“Iya benar, pinjami saja ke kami juga boleh kok.” Kata Liani sambil tersenyum.

Mereka juga tahu mobil yang harganya ratusan juta, mana mungkin seenaknya diberikan kepada orang lain. Apalagi setelah dipinjam nanti, kapan kembalinya kan itu terserah mereka? Jadi tidak ada bedanya dengan mengambilnya secara cuma-cuma. Ucapan ini hanya terdengar lebih sopan saja.

“Ini....” Gito ingin sekali menolaknya tapi dia tidak tahu bagaimana mengatakannya. Keluarga mereka punya dua mobil memang bisa dibilang cukup boros dan sia-sia. Tapi mobil yang totalnya sembilan ratus juta ini mana mungkin bisa seenaknya diberikan ke orang lain? Tidak usah kerabat dari istri sendiri, bahkan ayah kandung sendiri juga tetap akan berhati-hati mempertimbangkannya.

“Mobil ini bukanlah barang yang murah. Kalian membawanya kembali, apa bisa membiayai perawatan dan servisnya? Satu bulan bisa menghabiskan beberapa juta.” Tanya Gito.

“Satu bulan biaya perawatan dan servis bisa sampai beberapa juta? Apa ini terbuat dari emas?” Liani sangat terkejut.

“Ibu, Mobil mewah memang seperti itu. Biaya perawatan dan servisnya mahal, biaya asuransi juga mahal. Biaya perbaikan juga lebih mahal. Tapi paling tidak kan sangat membanggakan. Kalau kita pulang dengan mengendarainya, para penduduk desa pasti tahu kalau kita sudah lebih maju hidupnya. Apalagi, juga tidak perlu harus diservis atau dirawat.” Kata Rezka mulai panik. Mobil sudah di depan mata bisa didapatkannya, mana mungkin dia tidak panik?

“Benar juga, adikku Wulan. Berikan satu mobil saja kepada kami ya? Kamu sudah menikah ke keluarga kaya Keluarga Chen ini. Mana mungkin kamu tidak mau membagi kebahagiaanmu ini kepada kerabatmu yang lain kan? Kami pulang membawa mobil mewah itu, nanti kami akan memberitahukan semua penduduk desa tentangmu. Siapa yang tidak tahu kalau kamu Wulan sudah sangat sukses? Bukannya dengan begini, ayah dan ibu pasti akan memuji dan bangga sekali denganmu. Mendapat pujian, bagus sekali kan itu?” kata Liani membujuknya.

Wajah Wulan sangat tidak senang. Dia ragu cukup lama dan tidak mengatakan apapun. Tapi akhirnya terpaksa menyetujuinya. Tapi hatinya sungguh kesal dan menangis darah.

Setelah menyetujuinya, dia pun menyesal. Atas dasar apa coba? Satu mobil keluar begitu saja, lalu apa untungnya untuk mereka?

Tapi terlambat jika menyesal sekarang. Liani dan Nobu sudah bahagia sampai melompat kegirangan. Jika sekarang tiba-tiba menarik ucapannya, bukannya yang ada malah dimaki gila-gilaan?

Desta dan Vero pun pulang dari perusahaan. Lalu baru saja membuka pintu, Desta sudah dimaki habis-habisan.

“Desta! Kedepannya kamu tidak usah lagi menyentuh mobilnya. Tidak bisa mengendarainya kalau begitu tidak perlu mengendarainya. Kamu sendiri yang akan memperbaiki kerusakannya.” Maki Wulan kepada Desta. Wulan yang memang suasana hatinya sedang tidak baik pun akhirnya meluapkan dan melemparkan semua emosinya kepada Desta.

“Ibu, kamu sudah salah paham. Mobil itu bukan dirusakan oleh Desta. Mereka sendiri yang mau mengendarai mobil itu lalu ketika mencoba memarkirnya, tidak sengaja menabrak dinding dan akhirnya rusak.” Vero langsung maju dan membantu Desta untuk menjelaskan semuanya.

“Paman, Bibi, kalian kenapa begitu tidak masuk akal sih. Desta mana ada memprovokasi atau mencari masalah dengan kalian.”

Vero lebih emosi daripada Desta. Masalah seperti ini kenapa juga harus dilemparkan ke Desta?

“Vero? Kamu bahkan tidak mempercayai bibimu sendiri. Kamu lebih percaya dengan pria bajingan seperti dia?” teriak Liani kesal sambil bertolak pinggang.

“Aku tentu saja percaya dengan kakak Desta. Kalau Kakak Desta yang mengendarai mobil pasti jelas tidak akan terjadi kecelakaan apapun. Jika pun memang terjadi kecelakaan atau ada apa-apa, dia pasti tidak akan tidak mengakuinya.” Mana mungkin Vero tidak tahu bagaimana sikap dan etika buruk dari keluarga pamannya ini?

“Sudahlah, cukup bicaranya kalian.” Gito menghela napas. Ini sedang apa sih?

“Kedepannya tidak usah menyuruh pria membawa malapetaka ini mengendarai mobilnya. Juga tidak melihat ke cermin apa siapa sebenarnya dirinya. Menantu tidak tahu diri saja bisa-bisanya mau mengendarfai Mercedez-Benz?” kata Liani dengan kesalnya.

“Bibi, kenapa kamu menghina Desta seperti itu? Kakak Desta sudah bukan lagi menantu keluarga ini lagi. Dia sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan kakakku!” Vero sangat marah.

Di saat ini, Desta pun maju dan menenangkan Vero, dia tersenyum sambil berkata, “Sudahlah, jangan bicara lagi. Kembali ke kamarmu saja.”

Mereka berdua pun pergi ke kamar Vero.

“Kakak Desta, apa kamu tidak marah? Ini keterlaluan sekali.” Jika karena urusannya sendiri, Vero masih bisa bersabar dan menahan emosinya. Tapi jika mengenai Desta, dia sangat tidak ingin melihat Desta menderita lagi. Sehingga rasanya api emosi di dalam dirinya tiba-tiba membara keluar begitu saja.

“Bagaimana keluarga mereka, masa kamu belum jelas juga. Jika bertengkar maupun berdebat dengan mereka maka pada akhirnya emosi negatif bukannya malah kita yang menerimanya? Marah-marah dan ribut sebesar itu, tidak ada keharusan kan?” kata Desta sambil memegang tangan ramping Vero mencoba menenangkan dan menghiburnya.

“Memang begitu dasarnya, tapi aku tidak bisa menahan diri lagi.” kata Vero sambil memanyunkan bibirnya.

“Dulu karakter dan sifatmu tidak seperti ini loh. Sekarang kenapa jadi mudah marah-marah?” Desta mencubit hidung Vero.

“Kenapa lagi kalau bukan karena.....” wajah Vero memerah.

Di luar, Liani gemetaran karena marah. Dua anak muda beraninya berdebat dan marah kepadanya? Apa ini akan terus begini? Apa mereka masih menganggapnya bibi mereka tidak sihh?

Tapi yang paling dipedulikan oleh Liani adalah ucapan Vero yang terakhir, “Adikku, Wulan, Vero tadi bilang kalau bocah tengik itu bukan lagi menantu keluargamu. Ada apa sebenarnya? Jika bukan menantu lalu kenapa masih tinggal di rumahmu?”

“Iya benar, melihatnya saja rasanya emosi. Kenapa masih tidak segera mengusirnya.” Kata Rezka dan Rezki segera menimpali.

“Dia memang sekarang bukan lagi menantu dari Keluarga Chen kami. Beberapa hari yang lalu Vina dan dia sudah membatalkan perjanjian pernikahan mereka. Hanya saja sekarang dia pacaran dengan Vero. Jadi kami juga tidak bisa apa-apa.” kata Gito mengangkat pundaknya.

Dia tidak mengatakan mengenai lotre. Masalah ini terlalu memalukan.

“Apa? Ternyata ada hal seperti ini terjadi? Bukankah ini namanya kalian mencelakai Vero? Aku dengar Vero di keluarga kalian ini menjadi penanggung jawab sebuah proyek. Jika bocah itu mendekati Vero, mana mungkin akan dapat hal baik? Kasihan sekali!” Nobu membelalakkan matanya.

“Dua putra keluarga kami lebih kuat dan lebih baik berkalilipat dari pada bocah tengik itu. Hubungan darah juga tidak begitu kuat. Lebih baik menikahkan Vero ke salah satu dari dua putra kami kan? Dua putraku ini sangat menyayangi dan bisa menyenangkan wanita!” kata Liani .

“Jangan bicara omong kosong! Ini kacau dan tidak masuk akal dan itu bahkan lebih keterlaluan." Kata Gito dengan suara berat. Hal semacam ini tidak dapat dilakukan. Meskipun hubungan darah sepupunya sangat lemah tapi itu masih tabu dan tidak diizinkan oleh masyarakat. Ini konyol, hanya Liani wanita yang buta huruf dan keterbelakangan yang tidak menganggap hal ini sesuatu yang serius. Dia malah bisa-bisanya bangga seperti itu.

“Apanya yang aneh? Apa kamu jangan-jangan tidak suka dengan dua putraku ya? Rezka sekarang sedang berusaha buka bisnis sendiri, hanya tinggal menunggul modal saja untuk memulainya.” Kata Liani .

Mendengar ini, hati Wulan kesal. Bukannya ini mau buka mulut untuk pinjam uang lagi kan? Dalam lebih dari sepuluh tahun terakhir, sudah ratusan juta pinjaman yang sampai sekarang tidak tahu akhirnya dimana. Uang yang dipinjamkan ke mereka ini sama saja tidak ada untungnya. Langsung habis tapi pada akhirnya tidak melihat hasil apa-apa.

Jika bukan karena hubungan kekerabatan yang langsung, Wulan mungkin sudah dari dulu memalingkan muka dari mereka. Para penduduk dan keluarga di desa selalu mengira kalau Wulan hidup sangat baik sekali di sini. Mereka menganggap Wulan sebagai mesin penarik uang.

“Panggil Vero keluar. Sudah jadi penanggung jawab proyek. Di masa depan bisa dibilang sebagai pimpinan kedua di perusahaan. Keuntungan tidak boleh diberikan ke orang luar dong, kalian mau memberikan cuma-cuma keuntungan untuk bocah tengik itu? Kalian ini benar-benar deh...Cih, bagaimana sih kalian jadi orang tua, biar aku saja yang mengajari dan mendidiknya.” Kata Liani dan dia sudah naik ke atas dan membuka pintu kamar.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu