Mendadak Kaya Raya - Bab 349 Tujuan Rosimin

“Sialan, gimana sih kamu bawa mobilnya!”

Desta dan Fangmei menabrak dasbor mobil. Jika bukan karena mereka berdua memasang sabuk pengaman, mungkin kepala mereka sudah mengetuk keras ke kaca mobil depan.

Tapi belum sampai mereka keluar dan bertanya, tiba-tiba seorang pemuda yang sangat fashionable turun dari mobil Mercedes-Benz dan berteriak pada Desta.

Desta keluar dari mobil dengan wajah muram lalu menatap ke arah orang itu, "Kamu bukannya seharusnya tanya pada dirimu sendiri, bagaimana kamu menyetir hah? Aku sudah memasukkan setengah mobilku di tempat parkir ini. Kamu masih saja menyerondol melaju ke depan. Matamu ini yang bermasalah atau otakmu sih yang bermasalah?”

“Lucu sekali, memang kenapa kalau sudah memarkir setengah mobil. Selama kamu belum memarkirkan mobilmu dengan baik, maka tempat parkir ini masih bersifat umum dan bisa digunakan siapapun. Apalagi, kamu tidak menyuruhku pergi ketika melihat aku menyetir ke sini. Otakmu itu yang bermasalah, semua keluargamu itu otaknya bermasalah!”

Pemuda itu melotot, tanpa ragu tidak menunjukkan kelemahannya sama sekali.

Lalu dia berkata lagi, “Aku sarankan ya, lebih baik segera pindahkan mobilmu. Lalu, segera berikan uang perbaikan untuk ganti rugi kepadaku. Maka aku tidak akan mempermasalahkan ini lagi. Kalau tidak, aku tidak akan selesai denganmu hari ini!”

“Cih, kamu mau tidak selesai bagaimana denganku hah?”

Desta tersenyum marah ketika mendengar ucapan pria yang begitu sombong itu.

Ketika dia mau berbicara lagi, dari bangku penumpang depan di mobil Mercedez Benz itu turun seorang wanita. Wanita ini kira-kira umurnya empat puluhan tahun. Yang paling mengesankan untuk orang lain dari wanita ini adalah pinggang lebar mencolok di pinggangnya.

Pertama kali Desta melihat wanita itu, dia langsung mengenali orang tersebut. Wanita itu adalah kepala departemen seni universitas. Dia bertanggung jawab untuk memilih berbagai acara dan progam dalam berbagai perayaan sekolah.

“ Dekan Ci ”

Desta mengabaikan pemuda itu dan langsung mengangguk ke wanita paruh baya itu serta menyapanya.

Dekan Ci sedang tidak mood. Dia mengerutkan kening dan memandang Desta dari atas ke bawah, “Kamu ini mahasiswa kampus ini?”

“Benar sekali, aku adalah mahasiswa tahun keempat, namaku Des...”

Desta belum selesai memperkenalkan diri. Dia malah melihat Dekan Ci melambaikan tangannya dengan sangat tidak sabar. Lalu, dia berkata dengan dinginnya, “Aku tidak tertarik untuk mengetahui siapa kamu. Segera pindahkan mobilmu ini dan berikan tempat parkir ini. Lalu segera minta maaf kepada Parmo, benar-benar sedikitpun tidak punya sopan santun!”

Mendengar ini, senyum di wajah Desta membeku.

Dia memandang Dekan Ci, nada bicaranya perlahan berubah jadi dingin, “Menurut Dekan Ci, masalah ini adalah kesalahanku?”

“Aku tidak punya waktu untuk mengurusi siapa yang salah atau siapa yang benar. Aku masih ada urusan berdiskusi dengan kepala universitas mengenai pemilihan acara dan program perayaan kelulusan atau wisuda. Kamu ini mengerti tidak sih sopan santun mengenai menghormati dosen. Kenapa memang kalau aku menyuruhmu memberikan tempat parkir ini. Belajar begitu lama dan membaca banyak buku, semua pengetahuan dan moral itu dimakan anjing ya?”

Cinamon sebenarnya tahu kalau itu adalah kesalahannya. Tapi sebagai seolah tetua dan juga sebagai salah satu pimpinan di universitas. Dia tidak mungkin menundukkan kepala kepada Desta.

Desta menyeringai, dia menatap mereka berdua dengan tatapan yang sangat dingin, “Baiklah, aku akan memberikan tempat parkir ini.”

Selesai bicara, dia berbalik dan naik ke dalam mobil.

Senyum kemenangan muncul di wajah pemuda itu. Ketika dia siap menonton Desta yang akan mengeluarkan mobilnya dengan patuhnya, lalu melihat sosok Desta yang menyedihkan ketika meminta maaf padanya.

Tapi pada akhirnya, ketika Desta memainkan gigi mobilnya, dia langsung mundur dan memarkirkan dengan benar mobilnya.

Pemuda itu sangat marah sekali ketika melihat adegan itu.

Ketika dia mau menemui Desta untuk berdebat, Desta membuka pintunya dengan keras hingga menabrak perut pemuda itu, pemuda itu pun langsung membungkuk kesakitan di tempatnya. Wajahnya tampak sangat pucat.

“Hei, bagaimana sih kamu ini. Keterlaluan sekali!”

Teriak Cinamon buru-buru menegurnya.

Tapi Desta hanya mengangkat kedua bahunya, menyeringai dan berkata, “Ucapan Dekan Ci ini tidak benar loh. Bukannya kamu mau aku memberikan tempat parkir ini kan? Aku sudah memberikannya loh. Tinggal lihat saja, apa yang mengemudi punya kemampuan untuk bisa memasukkan mobilnya ke tempat parkir ini.”

Desta bicara sambil menunjuk ke celah antara mobilnya dengan mobil di sampingnya yang ukurannya kurang dari satu inci.

Dengan jarak yang sangat kecil ini, bahkan pinggang Dekan Ci saja tidak akan bisa masuk ke dalam. Jadi mana mungkin mobil bisa masuk, Desta ini jelas menunjukkan kalau dia tidak mau memberikan tempat parkir ini.

Ketika Cinamon mau memakinya, Desta sudah memanggil Fangmei yang ada di bangku penumpang depan. Lalu, mereka pergi dari parkiran tanpa menoleh sedikitpun.

Cinamon sangat marah sekali, lemak yang ada di tubuhnya ikut bergetar karena marah.

“ Parmo, kamu cari tempar parkir kosong yang lain saja sana. Aku sekarang juga mau pergi rapat, sudah tidak ada waktu lagi.” walaupun Cinamon sangat marah sekali. Tapi dia juga tidak berani menunda urusan yang penting seperti rapat ini hanya karena masalah sepele ini. Jadi dia pun segera mengatakan ini kepada Parmo .

Pengemudi yang bernama Parmo itu mengangguk. Setelah Cinamon pergi, pandangan kesal pun tiba-tiba muncul di matanya.

"Berani sekali merebut tempar parkir denganku. Mobil Volkswagen Phaeton bobrok saja. Lihat saja aku akan menghancurkannya!”

Begitu suara itu jatuh, dia mengambil batang baja berkarat di sebelahnya dan menghancurkan mobil Desta dengan parah.

Di sisi lain, Desta sudah membawa Fangmei ke lantai bawah asrama mereka. Dia dan Rosimin serta yang lainnya telah mengatur tempat mereka bertemu yaitu di tempat ini.

Tidak lama kemudian, dia melihat Rosimin, Linka dan Cepi berjalan menghampirinya dengan membawa pacar mereka masing-masing.

“Desta!”

Ketika mereka masih jauh dari Desta, mereka sudah melambaikan tangan dan berteriak memanggil Desta dengan keras.

Desta membawa Fangmei menghampiri mereka, tersenyum dan berkata, “Kalian datang kenapa terlambat sekali. Apa macet di jalan?”

Rosimin tersenyum, ketika mau bicara tiba-tiba tatapan matanya teralih ke Fangmei yang ada di samping Desta.

Senyum di wajahnya langsung membeku, lalu menarik Desta berjalan ke sisi lain, lalu berbisik, “Desta, ada apa ini. orang yang ada di sampingmu, kenapa tiba-tiba ganti orang lain? ada masalah apa?”

Begitu mendengar ini, Desta tertawa terbahak-bahak. Lalu, dia menjelaskan kepada Rosimin hubungan antara dia dan Fangmei. Ketika mendengar mereka berdua itu hanya berpura-pura saja, dan Vero juga tahu hal ini, Rosimin pun menghela napas lega.

“Kalau begitu kita cari kafe saja dan mendiskusikan acara dan program apa yang cocok sambil duduk di kafe. Lebih cepat pergi lebih cepat juga urusan ini akan selesai, agar Desta dan pacar barunya bisa segera menikmati dunia milik mereka berdua.”

Kata Rosimin tanpa ada maksud sambil mengedipkan mata ke Desta. Kesalahpahaman sudah selesai dijelaskan.

Desta tertawa terbahak-bahak, lalu mereka pun pergi dan duduk di sebuah kafe bergengsi di kampus. Setelah itu, mulai mendiskusikan acara dan program pertunjukan.

“Eh bos, mau tanya dulu deh, mengapa tugas menentukan acara dan program kelas kita jatuh pada kita. Begitu banyak gadis di kelas kita yang bisa bernyanyi dan menari, kenapa tidak mereka saja yang bertanggung jawab atas ini, dan malah menyuruh para pria seperti kita yang melakukannya, Otaknya Susana Gao sudah tidak benar ya?"

Tanya Desta sambil memesan secangkir kopi Blue mountain.

Dia masih ingat kalau di kelasnya ada beberapa gadis cantik, apalagi salah satu dari mereka ada yang punya siaran langsung di sebuah app. Kenapa tidak meminta mereka saja melakukan pertunjukan tari? Kenapa malah harus membuatnya dan teman-teman ini menderita dan terganggu begini?

Rosimin berdeham lalu berkata dengan ekspresi canggungnya, "Sebenarnya urusan ini memang tidak perlu sampai kita yang mengurusinya. Tapi ketika kami makan bersama dengan teman-teman sekelas, aku minum terlalu banyak. Lalu, aku membual kalau aku dapat mengundang Lalisa Shen sebagai perwakilan pertunjukan dari kelas kita di pesta itu. Karena itulah mereka memutuskan untuk menyerahkan urusan ini kepadaku. Tapi bagaimana mungkin aku bisa benar-benar mengundang Lalisa Shen, jadi terpaksa aku memintamu datang untuk menanganinya.”

Mendengar ini, Desta menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit.

Rosimin ini sangat pandai dalam segala hal, satu-satunya kelemahan adalah jika dia minum terlalu banyak, dia pasti suka membual.

Tidak disangka apa yang terjadi saat ini ternyata seperti ini. Karena itu dia sangat heran sekali dan bertanya-tanya mengapa Susana Gao menyuruh mereka yang kamar asramanya jauh sekali ini untuk bertanggung jawab atas acara pertunjukkan kelas. Ternyata karena suka dengan Lalisa Shen.

Tapi katanya dalam waktu-waktu ini, Lalisa dan dua orang lainnya itu sedang melakukan tur di luar negeri, mana mungkin mereka punya waktu untuk pulang ke negara ini?

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu