Mendadak Kaya Raya - Bab 72 Kamu Berdoa Sendiri Saja

"Lepaskan aku!"

Tenaga Vero terlalu lemah, sementara Gito dan Wulan juga tidak bisa melarang orang-orang Tio , hanya bisa melihat Vero dibawa pergi begitu saja.

Di tengah-tengah, pacar Tio sekalian menampar pipi Vero yang berusaha membantah, wajah Vero yang putih pun segera memerah.

"Bisa dimanjakan Bang Zhang itu keuntungan kamu, teriak apa? Percaya tidak kalau aku mencabut lidahmu?"

"Agak ringan, kulit dia begitu putih dan lembut, kalau rusak nanti sudah tidak cantik. Tidak cantik sudah tidak ada nafsu lagi" Tio berkata dengan senyuman.

Pada saat ini ponsel Vero berdering, seolah-olah ini ada penolongan terakhirnya, Vero menggunakan semua tenaganya untuk membantah dan mengambil ponselnya. Ujung-ujungnya ponsel dia direbut Tio .

"Aku bantu kamu angkat"

"Oh, bang Desta? Pacar kecilmu ya?" Tio tertawa ketika membaca nama kontak penelpon.

"Dia adalah pacarku!" Vero berkata dengan keras kepala.

"Pacar?" Tio melihat ke bawahannya dan mulai tertawa dengan suara besar, "Bagus kalau pacar, aku paling suka wanita yang memiliki pacar. Bagaimana kalau aku sambil mempermainkan kamu sambil video call dengan pacarmu?"

Wajah Vero langsung memucat, dia mending pergi mati juga tidak mau membiarkan masalah seperti ini terjadi.

Sementara Tio sudah menekan tombol mengangkat telpon.

"Halo? Bro, pacarmu di aku sini, nanti aku akan memperlihatkan kamu video yang asyik" Tio tertawa dengan jijik.

Desta diam selama tiga detik.

"Kamu siapa? Vero di mana?" Suara Desta tiba-tiba mendingin.

"Jangan buru-buru, apakah dia di mana itu penting? Apakah aku siapa itu penting? Yang penting itu kamu harus mempersiapkan mentalmu dan menonton film gerakan romantis aku!" Tio berkata dengan gembira.

Pada saat ini Vero berteriak, "Bang Desta aku berada di lantai 5 Hotel Mariot ! Cepat menelpon ke polisi!"

"Sialan, kamu mencari mati ya!" Tio langsung menampar wajah Vero.

Desta mendengar semuanya dengan jelas melewati telpon.

"Aku mau kamu mati dengan penuh siksa!"

Desta marah dan langsung bergegas ke Hotel Mariot .

Sementara Vero langsung dibawa pergi oleh orang Tio ke ruangan mereka.

Gito dan Wulan meraka merasa sangat cemas.

" Nobu, Liani, kalau anakku kenapa-kenapa, kalian semua harus dipenjara!" Ketegasan Gito terhadap Vero biasanya itu karena mereka adalah sekeluarga, sementara ketegasan Gito juga demi kebaikan keluarga, tetapi kondisi sekarang berbeda, demi keamanan sendiri Rezka langsung menjual Vero begitu saja, mana mungkin bisa menahan lagi?

Meskipun Vero bukan anak kandungnya, mau bagaimanapun mereka juga telah bersama selama belasan tahun, tidak mungkin tidak bisa berbanding dengan anak saudara. Sementara Vero nanti masih bisa membawa keberuntungan untuk keluarga mereka, Vero adalah pohon uang keluarga mereka pada masa depan, bagaimana Gito bisa tidak marah?

"Bukan, Gito, apa maksud kamu? Kamu mau melihat tangan anakku diputusin begitu saja? Apakah ada orang yang menjadi paman seperti kamu?" Liani sama sekali tidak merasa bersalah.

"Anakmu itu orang, jadi anak gadisku bukan orang? Kamu jangan berpikir mau pinjam 600 juta lagi!" Gito berkata dengan marah.

"Wulan, kamu lihat suami kamu ini. Bukannya hanya masalah ditiduri sekali? Ada apa yang luar biasa dengan itu? Apakah perlu sampai begitu? Tidak mau pinjam uang lagi? Berarti kamu sudah tidak ingin pulang ke kampung ya? Wulan, iya tidak?" Liani menunjuk ke Gito dan bertanya kepada Wulan dengan marah.

"Ini...."

Sebenarnya Wulan tidak merasakan apapun, Vero memang bukan anak kandungnya. Kalau bukan pemimpin keluarga Chen membawa Vero dari Vihara dan meminta dia untuk mengasuhnya, sampai memberi dia uang setiap bulan, Wulan juga tidak akan mengasuh Vero. Di bawah kondisi seperti ini, dia sama sekali tidak merasa cemas ataupun sakit hati, malahan dia lebih mementingkan penglihatan keluarganya yang berada di kampung, kalau hari ini mereka berantem dan Liani menyebarkan masalah ini di kampung, Wulan pasti akan digossipin dan dia tidak akan bisa pulang ke kampung dengan nyaman lagi.

"Hais, kalau tidak menelpon ke polisi saja?" Gito menghela nafas panjang, sekarang bukan waktunya berantem, lagian dia juga malas berantem dengan Liani .

"Tidak ada gunanya, aku tahu Tio itu, dia lumayan berposisi di dunia preman. Mencari polisi itu tidak ada gunanya, kemarin ada yang bersalah kepada dia dan dia membunuhnya secara diam-diam, kalau ada masalah dengan dia, diputusin tangan kaki itu hal yang normal" Vina berkata.

Sama dengan ibunya, Vina sama sekali tidak cemas, malahan dia merasa sedikit senang. Baru-baru ini semua masalah bagus direbut oleh Vero, sudah saatnya dia dididik. Masalah Diran Gao kemarin tidak sukses, hari ini diselesaikan oleh Tio juga bagus.

"Bagaimana kalau begitu? Tidak mungkin melihat Vero ditiduri orang itu begitu saja?" Gito menepuk pahanya dengan cemas.

Semua orang menghening sejenak, mereka sama sekali tidak tahu Tio membawa Vero ke tempat apa. Mau mencari pun tidak mungkin bisa mendapat, hotel ini terlalu besar, sementara resepsionis sana juga tidak akan mau memperlihatkan rekamam cctv kepada kamu.

"Bos Madog, aku membawa pulang wanita yang cantik, apakah mau menikmati bersama?"

Tio membawa Vero kembali ke ruangannya sendiri, Madog yang berada di dalam ruangan sedang memeluk 2 wanita di sisi kanan dan kirinya, 2 wanita cantik itu sedang mengelus paha Madog. Melihat Tio kembali, Madog pun menoleh kepadanya secara refleks.

"Hehe, tidak menyangka aku begitu beruntung kali ini. Kebetulan dia adalah tipe kesukaan aku, aku mendengar boss Madog juga menyukai wanita tipe ini, saya tidak lupa berbagi dengan boss Madog" Tio berkata dengan sombong, dia masih belum menyadari perubahan ekspresi Madog.

"Adik Vero?"

" Tio , kamu sedang buat apa?" Madog langsung berdiri dan bergegas ke hadapan Vero.

"Tentu saja sedang berbagi dengan boss Madog, masih bisa buat apa?" Tio menggaruk kepalanya, tidak tahu kenapa Madog tiba-tiba terlihat ketakutan dan ekspresinya mengalami perubahan yang sangat dashyat.

Tunggu, tadi boss Madog memanggil dia adik Vero, jangan-jangan mereka saling kenal? Berpikir sampai sini, detak jantung Tio pun berdetak dengan cepat. Sebelum dia sempat bereaksi, wajahnya langsung ditampar dengan kuat, Madog terlihat sangat marah, dia langsung mendoron Tio ke atas lantai.

"Kamu meminjam keberanian dengan tuhan ya? Adik angkat aku saja kamu berani tangkap? Kamu mengira dunia ini sudah tidak ada yang bisa mengontrol kamu ya? daerah Sanbaku membuat kamu merasa kamu itu boss ya?" Madog berteriak dengan marah, melihat pipi Vero yang bengkak dan merah, hati dia langsung tenggelam, bagaimana kalau Desta mengetahui hal ini?

"Boss Madog, aku salah, aku tidak tahu dia ini sekeluarga dengan kita"

"Adik Vero, apakah kamu baik-baik saja? Berapa kali dia menampar kamu? Sini, pukul dia dengan kuat, ada kemarahan apa langsung pukul saja, kamu pukul dia sampai mati pun tidak apa-apa, Bang Madog akan membantu kamu di sini" Madog berkata dengan penuh perhatian.

"Aku baik-baik saja" Vero menggelengkan kepalanya dan menghela nafas panjang, untungnya yang berada di sini itu Madog, kalau orang lain, bisa jadi Vero akan dihabisin begitu saja. Hubungan Madog dan Bang Desta lumayan akrab, seharusnya dia tidak akan melihat Vero diganggu begitu saja.

"Apakah Desta mengetahui masalah ini?" Madog tiba-tiba bertanya dengan suara kecil.

"Tahu, seharusnya dia di tengah jalan bergegas ke sini" Vero mengangguk.

Mendengar jawaban Vero, Madog menarik nafas dalam dan menoleh ke Tio , "Kamu berdoa sendiri saja, aku tidak bisa menyelamatkan kamu"

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu