Mendadak Kaya Raya - Bab 377 Sesak Nafas

“Budak kecil, kamu bahkan berani mengejek kami ? !”

Setelah tiba di hadapan Desta, Susana langsung berteriak dengan suara yang nyaring.

“Kamu tahu tidak, acara perayaan wisuda pada kali ini berbeda sama sekali dengan acara yang sebelumnya, kesuksesan acara ini akan langsung mempengaruhi apakah kamu dapat berhasil wisuda, saat itu Rosimin bilang kamu kenal dengan Lalisa, makanya teman-teman sekelas baru mengusulkan agar kalian yang bertanggung jawab dalam program pertunjukan kali ini !”

“Tetapi sekarang Lalisa di mana ? Pertunjukannya di mana ? Kamu langsung mengajukan program pertunjukannya selagi kami masih tidak tahu apapun ? Kamu bahkan mengajukannya pada detik-detik terakhir, kamu sengaja mempermainkan kami ya !!”

Setelah mendengar caci maki panjang lebar ini, ketua kelas dan ketua akademik mahasiswa juga menatap Desta dengan tatapan emosi, sekumpulan mahasiswa lainnya bahkan sudah memprotes dengan suara yang keras agar Desta dapat bertanggung jawab untuk wisuda mereka.

Reaksi wajah Desta sangat datar, dia melambaikan tangan dan berkata :”Tenang saja, pertunjukan kali ini tidak akan terjadi kecelakaan apapun, Lalisa juga akan ikut hadir, wisuda kalian sama sekali tidak bermasalah, percayalah padaku.”

“Percaya padamu ? Aku mending percaya kalau dunia ini ada hantu daripada memercayai mulut kamu Desta !”

“Iya, kalau kamu bisa mengundang Lalisa, aku langsung berlari telanjang bulat di lapangan kita dengan triple axel, lalu akan jungkir balik untuk menambah tingkat kesulitan !”

“Kita jangan percaya padanya, kalau tidak bisa wisuda, dia harus bertanggung jawab terhadap kita !”

….

Keadaannya masih mending apabila Desta tidak berbicara, setelah Desta membuka mulut, keadaannya menjadi semakin menghebohkan, jika bukan karena Desta harus menampilkan pertunjukannya di atas panggung, mereka sudah pasti akan beranjak memukul Desta.

“Kalian boleh saja tidak percaya, tetapi apakah kalian masih ada pilihan lain ?”

Desta sama sekali tidak merasa panik, dia hanya menggerakkan pundak sendiri lalu tersenyum kepada para teman-temannya.

Semua temannya juga terdiam di tempat, wajahnya menjadi kemerahan karena emosi, namun tetap saja tidak dapat membantah apapun terhadap Desta.

Kenyataannya memang demikian, apabila mereka tidak memercayai Desta pada detik-detik seperti ini, mereka juga tidak ada solusi lainnya lagi.

Mereka tidak mungkin menyusun sebuah program pertunjukan yang baru dan ulang mengajukannya lagi, jangankan waktunya yang sudah begitu mepet, meskipun masih sempat, kualitasnya juga tidak terjamin lagi.

Oleh sebab itu, pada saat ini mereka hanya bisa menaruh kepercayaan terhadap Desta !

“Kalau tidak ada urusan lain, aku mau bersiap-siap dulu, kalian duduk baik-baik saja di bawah panggung, aku tidak akan mengecewakan kalian.” Desta melambaikan tangan kepada teman-temannya, lalu tersenyum senang dan berkata.

Setelah itu, dia langsung pergi dengan tanpa ragu, kesannya sangat santai sekali.

Pada jam delapan malam, acara perayaan akan dimulai.

Orang yang naik ke atas panggung untuk pertama kalinya tentu saja adalah Kepala Sekolah beserta para pimpinannya, mereka berpidato secara bergiliran untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada para senior yang dapat meluangkan waktu untuk menghadiri acara perayaan tersebut.

Setelah itu para mahasiswa di bawah panggung juga bertepuk tangannya, seolah-olah sedang menyambut kedatangan para senior yang telah wisuda.

Sementara belasan pria dan wanita yang duduk di barisan depan juga langsung berdiri, lalu mengangguk dan tersenyum kepada para junior di belakangnya.

Salah satunya adalah seorang pria yang berumur tiga puluhan, pria tersebut sedang mengenakan pakaian yang berharga, tubuhnya tidak ada jejak kesombongan dan gaya arogan seperti anak muda lagi, malahan membawa pesona lelaki dewasa yang menebar seiring usia.

Pada saat melihat orang tersebut, mata mahasiswi langsung berbinar-binar, mereka tidak bisa menahan jeritan suaranya, lelaki yang berusia seperti dia memang sangat memesonakan, ini tipikal “Pria dewasa” idaman mereka !

Setelah selesai sesi berpidato, acara pertunjukan akan dimulai.

Beberapa kelas yang tampil terlebih dahulu rata-rata menampilkan pertunjukan bernyanyi, menari, beserta pertunjukan seni, tidak ada sesuatu yang lebih inovasi lagi, tentu saja juga ada tim pengawalan dan tim seni bela diri dalam universitas yang menampilkan pertunjukan bela diri dan berbagai jenis pertarungan, tentu saja tim tersebut juga mendapatkan reaksi yang menghebohkan.

Namun selain dari ini, acara pertunjukan lainnya terkesan sangat membosankan, sama sekali tidak dapat menarik perhatian para penonton, ada orang yang bahkan sudah menguap dan hampir ketiduran.

Apabila bukan dikarenakan sesi pelantikan pada belakangnya, mereka sudah bersiap-siap untuk pergi secara diam-diam.

Pada saat ini, Sakuya yang duduk di tempat juri sedang melirik sekilas pada susunan acara pertunjukan, tatapan matanya menjadi dingin ketika melihat tulisan 《Hujan Lampau》 yang tertera di atas kertas.

“Bagus sekali, akhirnya giliranmu juga !”

Sudut bibir Sakuya menampakkan senyuman sinis, jari yang sedang memegang pena penilai juga menjadi gemetaran.

Acara pertunjukan mereka masih belum dimulai, Sakuya sudah terlanjur menulis angka “0” pada kolom penilaian untuk terlebih dahulu, tandanya dia sangat kecewa terhadap acara tersebut, sehingga langsung memberikan nilai yang terendah.

Beberapa juri yang duduk di sisinya juga terus memperhatikan gerak gerik Sakuya.

Pada saat mereka menyadari bahwa Sakuya langsung memberikan hukuman mati sebelum acara tersebut ditampilkan, beberapa juri yang licik juga mengikuti gerakannya, sehingga juga menuliskan angka “0” pada kolom penilaian yang ada.

Namun ada beberapa juri lugu yang masih belum bertindak, jelasnya ingin menyaksikan acara pertunjukannya untuk terlebih dahulu.

Di dalam tempat duduk penonton, Rosimin dan Cepi yang membawa pacar mereka beserta Vero dan Citra sedang menanti acara pertunjukan Desta.

Tangan Rosimin mengepal dengan erat, lalu berkata dengan nada khawatir :”Tidak tahu juga Desta sedang berulah apa, dia bahkan tidak mau memberitahukan kita mengenai perkembangan pertunjukan kali ini, bagaimana kalau terjadi masalah !”

“Tenang saja, kakak Rosimin !”

Vero yang duduk di samping sedang tersenyum lebar, lalu berkata dengan nada datar :”Aku percaya kalau kakak Desta bukan orang yang tidak bisa diharapkan, kalau dia bilang sudah mempersiapkan, tandanya sudah pasti siap, kita tinggal menyaksikan saja !”

Citra yang mendengar demikian juga mengangguk kepalanya.

Mereka selalu menaruh kepercayaan yang pasti apabila mengenai Desta.

Pada saat ini, pembawa acara menyebutkan acara pertunjukan untuk selanjutnya, yaitu 《Hujan Lampau》 yang berasal dari kelas 7 jurusan manajemen ekonomi.

Para penonton di bawah panggung terbengong sejenak, lalu mulai berbisikan.

Mereka semua adalah mahasiswa yang akan wisuda, puisi 《Hujan Lampau》 adalah pelajaran mereka pada saat sekolah menengah, pada saat mendengar judul tersebut, berbagai kenangan masa lalu langsung memenuhi benak dan pemikirannya.

Ada orang yang bahkan sudah melafalkan puisi penuh kenangan ini dengan perasaan dalam dan juga merindukan gadis yang bagaikan bunga cengkeh tersebut.

Acara dimulai secara resmi, cahaya di dalam aula menjadi sedikit gelap, cahaya lampu sorot juga diturunkan untuk menyinari ke atas panggung, membentuk suasana yang kemurungan.

Tiba-tiba terdengar suara petir yang ringan, setelah itu mulai terdengar suara rintisan hujan.

“Memegang sebuah payung kertas, mengembara sendirian pada sebuah gang kehujanan yang panjang dan sepi.

…..:

Sebuah suara yang rendah dan serak muncul secara tiba-tiba di antara suara rintisan hujan.

Setelah itu, seornang pria berjubah panjang dan mengenakan kacamata bingkai bulat beserta memegang sebuah payung kertas muncul perlahan-lahan dari sisi samping panggung.

Pria tersebut adalah Desta.

Pada detik kemunculan Desta, seluruh tempat terpenuhi dengan suara kekagetan, semua orang sangat terkejut setelah melihat penampilan Desta yang luar biasa beserta kesenian dalam pertunjukan tersebut.

Namun setelah itu, mereka langsung menahan nafas dan tidak berani bersuara keras lagi, seolah-olah merasa khawatir akan merusak suasana yang indah ini.

“Berharap untuk bertemu dengan gadis yang murung bagaikan bunga cengkeh. Dia memiliki warna yang persis dengan bunga cengkeh aroma yang persis dengan bunga cengkeh kesedihan yang persis dengan bunga cengkeh. Bersedih hati di dalam rintisan hujan mengembara dan tidak pasti.”

Suara melafalkan yang serak mulai terdengar di atas panggung, pada satu sisi lain dari panggung, sebuah bayangan sempurna yang sedang mengenakan gaun berwarna merah dan memegang payung kertas muncul perlahan-lahan dalam pemandangan semua orang.

Pada detik itu, mereka telah sesak nafas !

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu