Mendadak Kaya Raya - Bab 68 Rencana Impian Liani

"Dong dong dong"

"Buka pintu, Vero, kamu keluar. Bibi mau bertanya kepada kamu, apakah otakmu sudah rusak?"

Vero membuka pintu dan melihat ke wanita yang dia sangat tidak menyukai dengan wajah bingung.

"Vero, apakah otakmu sudah rusak? Kenapa berpacaran dengan anak itu? Apakah kamu tidak tahu dia adalah mantan tunangan kakakmu? Mengapa kamu begitu tidak tahu malu? Ya tuhan, kamu ini benar-benar, kamu cepat keluar"

Liani menarik Vero ke ruang tamu, "Kamu lihat dua anak putarku ini, yang mana yang tidak lebih bagus darinya? Kamu ini memang.... bibi benar-benar sudah tidak tahu mau bagaimana mengatakan kamu lagi. Semua ini salah orang tua kamu, mereka yang mendidik kamu sampai menjadi begitu" Liani melihat ke Vero dengan tatapan membenci.

"Bibi, apa maksud kamu? Hubungan Bang Desta dengan kakak hanya perjanjian pernikahan. Dalam waktu 3 tahun ini mereka tidak pernah berpacaran. Lagian kakakku saja tidak memiliki pendapat lain" Berkata sampai sini, nada suara Vero pun menjadi rendah secara perlahan, Vero sendiri saja mungkin merasa malu, karena mau bagaimanapun masalah ini benar-benar tidak memiliki definisi standar.

"Kakakkmu tidak berpendapat lain itu kakakkmu segan mau memarahi kamu menggoda kakak iparmu. Apakah kamu tidak takut disambar petir? Rezka dan Rezki bagian mana yang kurang bagus? Begitu banyak pria bagus yang bisa kamu pilih, kamu malah memilih orang seperti itu?" Liani berkata dengan gaya satu tangan di pinggangnya, dia terlihat sangat marah dan tegas.

Pada saat ini Desta melangkah ke depan dan menarik Vero ke belakangnya.

"Kalin terlalu sibuk dengan urusan orang lain, meskipun Vero tidak memilih aku. Dia juga tidak akan memilih kedua anakmu, aku merasa mau siapapun pasti seharusnya memiliki kesadaran diri"

"Lagian, bukannya kedua anak putramu itu adik sepupunya Vero? Hidup di masyarakat yang modern ini, dasar budaya seperti ini saja tidak mengerti?"

Setelah mendengar kata-kata Desta, wajah Liani berubah dari warna merah menjadi hijau. Sementara Desta sendiri hanya berekspresi datar.

"Dasar, kamu berani melawan? Lihat bagaimana aku menghukum kamu!"

Setelah berkata, Liani pun menghampiri Desta, sementara Desta menarik Vero berdiri ke samping dan menghindarnya dengan mudah sampai Liani hampir saja jatuh ke lantai.

"Sudah, kakak ipar. Jangan membahas masalah ini dulu, kalian sudah datang dari jauh-jauh, istirahat sebentar dulu. Malam ini aku akan meminta orang untuk memesan hotel dan biarkan kita makan bersama, ada masalah apa baru bahas di sana saja" Gito Chen berkata.

"Hari ini kamu harus mengusir dia keluar! Anak ini orang apa? Berani bertingkah seperti ini? Sejak kapan dia ada hak berbicara? Bahkan memandang rendah anakku? Anakku kenapa? Anakku itu calon boss!" Liani berteriak.

Adegan ini membuat Wulan Bai merasa sangat sakit kepala, setiap kali ada saudara datang, rumahnya pasti akan menjadi sangat kacau. Tetapi dia tidak bisa mengomentari apa pun, keluarga dia yang berada di kampung semuanya mengira Wulan Bai menikah ke keluarga kaya raya, sementara Wulan Bai juga harus mempertunjukkan lapang dadanya sebagai istri orang kaya.

Desta dan Vero saling menatap dan saling tersenyum. Ada beberapa hal itu tidak perlu didebatkan. Semua orang tahu bagaimana orang Rezki dan Rezka . Mereka berhenti sekolah sejak SMP dan sampai sekarang masih tidak memiliki pekerjaan pasti, dengarnya beberapa waktu lalu mereka dipenjara beberapa hari karena telah mencuri. Etikanya sudah seperti ini masih mau menjadi boss? Kalaupun mereka benar-benar menjadi boss besar, apakah mereka bisa menjaga hartanya dengan baik?

Sementara sekarang mau Liani teriak sampai tenggorokannya pecah pun Wulan Bai juga tidak akan mengusir Desta keluar. Mereka masih menginginkan uang lotere Desta, kalau tidak mendapatkan uang itu, mana mungkin mereka tega membiarkan Desta pergi?

Di bawah hiburan Wulan Bai dan Gito Chen, Liani dan Nobu akhirnya menjadi agak tenang. Tetapi Wulan Bai tetap meminta Desta untuk menjauh demi menghindar terjadi masalah lagi.

Pada sore hari, Wulan Bai dan Gito Chen sudah selesai memesan hotel. Demi menunjukkan posisi mereka, mereka sengaja memesan hotel bintang lima yang berada di pusat daerah Sanbaku, mereka memilih sebuah kamar yang pengeluaran minimal berjumlah Rp. 800,000 lebih termasuk makanan dan bir. Mau bagaimanapun, makan bersama kali ini pasti lebih dari 1juta.

Malam hari, Gito Chen mengantar Liani mereka ke hotel dengan Mercedes-Benz dia. Setelah tiba di dalam ruangan Liani memberikan sebuah kode mata kepada Nobu , kemudian Nobu pun berdiri dan mereka pergi ke toilet bersama.

"Wulan berkata sejak menjadi pemimpin proyek, Vero mendapat lumayan banyak uang. Katanya kemarin Vero sampai membawa beberapa ratus juta. Kamu berpikir saja, seberapa banyak uang yang bisa dia dapati pada masa depan? Dia sekarang adalah sebuah pohon berduit yang sangat besar, kamu bisa menahan kalau keuntungan itu didapat Desta itu begitu saja? Tiga tahun lalu aku sudah tidak menyukainya, seorang anak yatim piatu dari mana ada hak menikahi anak gadis keluarga Chen? Anak putraku jauh lebih luar biasa dari pada dia. Apakah kamu bisa menahan masalah ini begitu saja?"

"Bagaimana kalau aku tidak bisa menahan? Wulan mereka sama sekali tidak ada maksud mau menikahi anak gadisnya dengan anakku. Tidak mungkin kita menikahkan mereka secara memaksa juga kan? Masalah ini juga tidak sesuai dengan budaya. Mau bagaimanapun Vero juga merupakan anak gadis adikku, hal ini benar-benar melanggar peraturan budaya" Nobu berkata dengan wajah kesulitan.

"Kamu itu bodoh ya? Budaya lebih penting atau kekayaan lebih penting? Setelah miskin sepanjang hidup kamu tetap tidak sadar diri ya? Asal kita bisa menikahkan Vero dengan anakku, maka keluarga kita sudah kaya raya. Nanti kalau anak kita sudah menjadi pemilik perusahaan, kita sudah tidak perlu meminjam uang sana sini lagi" Liani menamparnya.

"Tetapi..... bagaimana kita membicarakan tentang ini dengan mereka?" Suara Nobu pun menjadi mengecil.

"Tidak perlu membicarakan tentang ini. Mereka tidak akan setuju. Kita pinjam uang dulu, bukannya sekarang Vero sudah menjadi pemimpin proyek? Kita meminjam seratus... tidak, dua ratus juga. Kemudian kita investasi seratus juta ke proyek Vero dan mengambil bunga dari sana. Seratus juta lagi kita pakai sendiri dan pada akhirnya kita hanya perlu duduk dan mengambil uang" Liani mengkhayal dengan gembira.

"Untuk bagaimana mengubah Vero menjadi menantu kita, aku akan mengajar anak kita nanti. Asalkan beras mentah dimasak menjadi nasi hangat, mau seberapa tidak ingin pun mereka tetap harus mau. Aku tidak percaya merekja bisa memutuskan hubungan saudara dengan kita hanya karena masalah ini, kecuali Wulan sudah tidak mau reputasinya di kampung saja"

Setelah membicarakan rencana mereka, Liani dan Nobu pun meninggalkan toilet dan kembali ke ruang makan.

Wulan Bai dan Gito Chen berbicara, "Bang, kakak ipar, cepat pesan makan. Nanti Vina akan membawa pacar dia datang ke sini, nanti baru memperkenalkan dia kepada kalian"

Wulan Bai mendorong menu

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu