Mendadak Kaya Raya - Bab 94 Benar-Benar Datang Untuk Membeli Rumah

"Bukankah ini nona besar Chen? Nona besar Chen juga datang ke tempat ini untuk makan? Apakah tidak terlihat menjatuhkan harga diri?"

Desta menoleh untuk melihatnya, tiga orang wanita dengan rambut yang berwarna warni, mengenakan pakaian seksi, pandangan mereka semua ditujukan ke Vero.

Apakah teman sekolah Vero? Dulu tidak pernah melihat Vero berinteraksi dengan teman seperti ini.

Desta berpikir dalam hati.

“Kak Desta, tidak perlu hiraukan mereka, kita makan saja.”

Ketika Desta sedang memperhatikan tiga gadis itu, Vero mengulurkan tangan menepuk punggung tangan Desta, memberi isyarat untuk tidak mencari masalah.

“Sudah menjadi pemimpin memang luar biasa, kekuatan besar, bahkan tidak memandang teman sekolah lagi, aku lihat beberapa waktu lagi, apakah nona besar Chen bahkan tidak mau mengakui keluarganya lagi?” Gadis berambut merah berkata secara aneh.

“Aih, masyarakat ini, memiliki sedikit kekuasaan saja sudah tidak tahu mulut cemberut ke mana, melayang, benar-benar konyol sekali, apa tidak tahu di atas langit masih ada langit, kelak berani sombong lagi, bukan hanya sekedar tamparan saja, lidahmu juga akan aku cabut.” Gadis berambut merah wangi parfum sambil mengambil sayur, sambil berkata dengan dingin.

“Kalian yang memukul wajah Vero hingga terluka?”

Desta langsung berdiri setelah mendengar kata-kata mereka, wajah menunjukkan keganasan.

“Kami yang memukulnya, kenapa? Bocah kamu ingin jadi pahlawan menyelamatkan wanita cantik? Apakah kamu memiliki kemampuan itu? Apakah kamu pernah mencari tahu kami ini siapa? Melihat tampang pecundangmu, jangan sepanjang hari hanya tinggal dalam asrama main game dan komputer, lebih banyak memahami dunia luar, memahami organisasi di Universitas Yunhai.”

“Saat kamu mengetahui kemampuan DEWI, mungkin kamu tidak akan memiliki keberanian untuk langsung memandang kami, masih berani bicara omong kosong?” Gadis rambut merah wangi parfum, sedikit sombong mengatakannya.

Desta benar-benar sudah ingin muntah, DEWI ? Hanya pesona seperti ini juga bisa disebut DEWI, sungguh tidak tahu di dalam DEWI masih ada orang seperti apa.

“Kak Desta, sudahlah, jangan bicara lagi, kemampuan DEWI sangat besar di sekolah kami, selain itu masih mengenal orang-orang di masyarakat, kita tidak sanggup menyinggung mereka.” Vero memegang tangan Desta, bergegas memberi isyarat mata padanya.

Desta merasa aneh dan bingung, dia sudah berada di sekolah selama tiga atau empat tahun juga tidak pernah mendengar ada organisasi DEWI. Masih mengenal orang dalam masyarakat? Seperti bergelut dalam masyarakat saja, begitu dengar oranisasi ini sudah tahu semuanya pasti wanita, wanita bagaimana bisa berhubungan dengan orang dalam masyarakat, tampaknya bisa dengan mudah memikirkannya.

“Nona besar Chen cukup berpengetahuan juga, bahkan tahu kemampuan DEWI kami, kelak harus patuh, jika tidak bukan hanya memukulmu, bahkan kak Desta itu kami juga akan membuatnya tidak bisa datang bersekolah, dan tidak bisa turun dari tempat tidur.” Nada bicara wangi parfum seperti semua dalam genggamannya.

Desta marah sekali, jika bukan Vero yang menariknya erat-erat, sungguh ingin maju ke depan memberi pelajaran pada sekelompok wanita yang tidak tahu batas ini.

“Kak Desta sudahlah, jangan berdebat dengan mereka lagi, jika sampai menyinggung orang yang tidak seharusnya disinggung, kelak kita juga akan sangat repot.”

“Apa lagi sekarang, aku tidak membuat masalah, mereka juga tidak akan mempersulitku.”

Desta menghela nafas, Vero tidak ingin membuat masalah sebenarnya alasan terbesarnya adalah tidak ingin melibatkan dia, Desta mengerti semuanya, dia juga sama tidak ingin membuat Vero merasa sulit, jadi mereka berdua meninggalkan restoran ini, Desta juga tidak pergi mencari masalah dengan ketiga gadis itu.

Menyuruh dia memukul wanita, jujur saja sedikit susah, tapi jika ketiga orang itu tidak bisa memahami niat baik orang, Desta tidak keberatan memberi dia sebuah pelajaran yang membekas dalam ingatan.

“Beberapa orang itu teman sekolahmu atau teman satu asramamu?” Desta bertanya.

“Teman satu asrama, mereka bertiga semua adalah DEWI, hanya aku yang bukan, jadi wajar jika dijadikan target.” Vero agak tidak berdaya mengatakannya.

Desta berpikir, merasa sudah waktunya membiarkan Vero tinggal di luar, pulang ke keluarga Chen tidak terlalu praktis, pertama perjalanan sedikit jauh, pergi dan pulang sekolah tidak mudah, kedua jika orang tua Vero bertanya tentang masalah ini sulit untuk menjelaskannya.

Akhirnya Desta memutuskan pergi mencarikan sebuah rumah untuk Vero, sudah seharusnya Vero memiliki ruang pribadinya sendiri, kalau tidak ketika mereka berdua kencan dan dipandang orang satu rumah, sungguh agak memalukan.

Setelah berpikir baik-baik langsung melakukannya, mengantar Vero kembali ke sekolah, Desta sendirian pergi ke perumahan di sekitar sana, berkeliling sepanjang sore, akhirnya memilih Cluster Eling Bening dengan penghijauan terbaik.

Perumahan ini cukup mewah juga, di luar perumahan ada sebuah papan besar, di atas tertuliskan “Tinggal di Cluster Eling Bening, menjadi bangsawan kelas atas, sejak itu berbeda dengan orang lain.”

Desta tersenyum, namun rumah bertingkat dan villa di kawasan perumahan ini memang cukup mewah, ada orang yang khusus mengelola tanaman hijau, setiap hari akan ada pemangkasan dan penanaman, bisa memelihara binatang kecil, asalkan ada sertifikat kesehatan maka boleh memeliharanya di lantai bawah perumahan, alun-alun dan fasilitas hiburan sangat lengkap, juga tidak terlalu berisik.

Desta memutuskan menyiapkan sebuah villa untuk Vero, tidak perlu terlalu mewah, tidak perlu terlalu berkelas, kalau tidak Vero mau atau tidak juga belum pasti, apakah akan menyalahkan dia atau tidak, pada saat itu akan mencuragai sumber dananya.

Pergi ke gedung departemen penjualan, menemukan masih harus antri, untuk itu Desta pergi ke toilet, ketika cuci tangan ada seorang wanita berdandanan cantik di sebelahnya, wanita itu melirik Desta sejenak.

“Apakah kamu karyawan di sini? Kenapa tidak mengenakan seragam?”

“Maaf, aku bukan karyawan, aku datang untuk membeli rumah.” Desta menjelaskan sambil tersenyum.

“Kamu? Beli rumah? Kamu masih seorang pelajar bukan? Membual apaan? Melihat aku cantik ingin menggodaku? Modal yang terlihat jelas? Sadarlah, suamiku sudah memesan villa di sini.”

Wanita itu bicara agak sinis, membuat Desta tidak tahu harus mengatakan apa, mengibaskan air di tangan, berbalik dan pergi.

“Bocah kamu berhenti, kamu membuat airnya jatuh ke tubuhku!” Di belakang wanita itu berteriak.

Pada saat ini Desta melihat di depan hanya dua orang yang antri, Desta melihat wanita itu mengejar dari belakang.

“Suamiku, orang ini menggangguku, dia menggodaku dan masih ingin bertindak sembrono padaku!” Wanita ini berjalan ke hadapan pria yang sedang antri di depan sambil menunjuk ke arah Desta, sedang mengadu dengan penuh omong kosong.

Desta tertegun untuk sesaat.

“Wajahmu itu saja sudah tiga puluhan, kamu lihat aku seorang pemuda berusia dua puluhan, apakah perlu bertindak sembrono padamu?” Desta merentangkan tangannya, wajah penuh ketidakadilan.

Namun pasangan pria dan wanita itu tidak mau dengar apa penjelasan Desta.

“Aku berharap kalian bisa mengusir pengemis ini, sejak kapan Cluster Eling Bening tidak memiliki ambang pintu? Orang apa pun bisa masuk? Apakah kami para pelanggan kelas atas tidak mau mencobanya?”

Usia pria yang sedang bicara ini sudah mendekati empat puluhan.

“Maaf, mohon maaf, ini adalah kelalaian penjaga kami.” Seorang karyawan wanita dengan cepat berjalan ke sini.

“Tahu kelalaian kalian maka cepat usir keluar, jika sampai kehilangan sesuatu, yang rugi juga kalian, bukankah begitu?” Pria paruh baya mengerutkan kening, tentu saja maksud dari kata-kata ini adalah Desta seorang pencuri.

“Iya iya.” karyawan wanita bergegas ke samping Desta, menunjuk ke pintu, “Tuan mohon kamu meninggalkan Cluster Eling Bening.”

“Aku datang untuk membeli rumah, kamu mengusirku pergi, apa maksudnya?” Desta merasa heran, sebenarnya seberapa kaya pria ini? Dia mengatakan apa maka karyawan di sini langsung percaya, mengatakan dia Desta adalah pengemis?

“Tuan jangan bercanda lagi, di tempat kami rumah termurah setidaknya harus empat miliar, bukan kamu seorang pelajar sanggup membelinya.” Karyawan wanita tersenyum-senyum.

“Aku benar-benar datang untuk membeli rumah, jangankan empat miliar, bagiku rumah empat miliar aku masih meremehkannya.” Desta bersemangat, memandang rendah siapa? Sekarang sudah bukan zaman menilai orang dari penampilan, bekerja dalam bidang penjualan masih tidak mengerti hal ini?

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu