Unplanned Marriage - Bab 193 Ayah, Bisakah Membantu Wenny Mandi?

Ujung bibir Dennis sama terangkatnya. Menurutnya, pemandangan ini adalah hal yang tak terduga, tapi lumayan lucu.

Ia tak berencana membocorkan identitas Wenny untuk saat ini. Tiba-tiba ia punya ide untuk hanya menjadi pengamat drama ini.

Dennis mengangguk, suaranya juga sangat lembut, "Selamat, Wenny."

Charles dan Dennis masuk ke ruang utama. Sakura melihat pemandangan itu dengan sedikit terkejut, "Charles, apa yang terjadi?"

Charles takut Wenny mendengarnya, jadi ia berkata dengan suara pelan, "Ini adalah cucu Tuan 周吾正. Ia membawa keponakannya datang menikmati musim semi di gunung, lalu tersesat. Aku mengundang mereka untuk menginap semalam di rumah kita."

"Oh, baik kalau begitu," Sakura menunjukkan senyum ramah pada Dennis, mengatakannya padanya agar menganggap rumah ini sebagai rumah sendiri dan tak perlu sungkan, lalu ia menjatuhkan pandangannya ke arah Wenny yang sedang menggelayut erat di leher Charles seperti miliknya sendiri, "Nona kecil ini..."

Mata besar Wenny menatap Sakura sambil mengerjap-ngerjap, lalu dengan lembut berseru, "Halo, Nenek!"

Sakura tertawa.

"Pintar sekali anak ini," Sakura otomatis mengira kalau Wenny adalah keturunan keluarga Zhou, "Keluarga Zhou tak diragukan lagi adalah keluarga terhormat di Shanghai. Oh, ya, Charles, kenapa aku merasa anak ini sedikit mirip denganmu?"

Charles mengelus rambut hitam Wenny dengan lembut, "Sepertinya kami memang berjodoh. Aku akan membawa Tuan Muda Zhou ke kamar tamu dulu, Ibu beristirahatlah."

"Ya."

Charles mengajak Dennis ke kamar lantai 2. Mansion keluarga Tsi sangat besar, kamar tamu saja ada belasan ruang. Setelah masuk ke kamar, Charles berpesan agar mencari pengurus rumah saja bila membutuhkan sesuatu.

Charles baru saja meletakkan Wenny yang kelelahan, namun ia segera terbangun. Mata besarnya lagi-lagi menatap Charles dengan penuh permohonan, "Ayah...Ayah tidak tidur dengan Wenny?"

Dennis tertegun, lalu tertawa, "Tuan Tsi, sepertinya kami masih harus merepotkanmu. Aku tidak menyangka keponakanku bisa begitu menyukai Anda."

Charles sebenarnya sangat ragu.

Bagaimanapun dia bukan ayah dari anak ini. Ia takut dirinya memberi kesan yang terlalu dalam pada Wenny hingga Dennis bakal kesulitan membawanya pulang.

Lagipula, walaupun ia sangat bersedia membantunya, namun mereka tidak mempunyai hubungan apapun.

Detik itu, Charles tak tahu bagaimana harus menolaknya.

Bibir Wenny manyun, matanya mulai dipenuhi air mata, yang akan jatuh hanya dengan sekali kedipan, "Ayah...Ayah tidak mau Wenny ya?"

Charles terdiam sesaat. Pada akhirnya ia menggendong Wenny dengan pasrah. Ia memutar badannya dan berkata pada Dennis, "Malam, hanya malam ini. Tak disangka bocah ini tidak takut padaku."

Charles pada dasarnya memang orang yang tegas, tidak sedikit anak kecil yang takut padanya. Ia benar-benar tak pernah melihat anak yang selengket ini padanya.

Dennis tersenyum, "Berjodoh."

Charles mendapati bahwa tuan muda keluarga Zhou ini sangat tenang walaupun masih berusia 15-16 tahun, langka sekali. Setelah menganggukkan kepala, ia pun pergi sambil membawa Wenny.

Wenny bersandar pada pundak Charles. Ia bertanya dengan manis, "Ayah, apa aku bisa memanggil ibu ke sini?"

Belum sempat Charles menjawab, Wenny sudah berkata dengan penuh percaya diri, "Dengan begitu ayah dan ibu bisa bersama-sama di sisiku. Wenny senang sekali."

Charles merasa canggung sekali. Bagaimana bisa ia memanggil ibu Wenny kemari. Ia mengelus kepala Wenny, "Besok kita bicarakan lagi, ya?"

Wenny menatap mata Charles. Mata ayah sangat indah, tidak sama dengan kecantikan ibu. Wenny mengangguk kuat-kuat, "Baik!"

Setelah kembali ke kamar, Charles tak tahu bagaimana harus mengurus anak ini. Teman pun bisa dibilang sangat sedikit, apalagi berhubungan dengan urusan seperti ini sendirian.

Awalnya ia ingin memanggil Jayden, tapi Tina bilang anak itu sudah tidur.

Jadi ia pun menyuruh Wenny bermain bersama Cathy terlebih dulu.

Cathy sangat patuh, ia sama sekali tak bergerak ketika dipeluk oleh Wenny. Ia menjilat kaki Wenny sambil mengeong manja.

Charles berdiri di sana melihatnya sesaat, tiba-tiba ia menoleh, rasanya seperti melihat Veronica berdiri di sana menghadap ke kamar dan berseru, "Cathy, ibu pulang."

Charles mengernyitkan alisnya. Masa karena hanya bertemu sekali dengan wanita itu hari ini, ia jadi tak seperti dirinya lagi. Ia langsung pergi ke ruang baca dan membuka laptop, hendak mengurus beberapa surat.

Entah berapa lama kemudian. tiba-tiba masuk sesosok kecil, Wenny berkata dengan wajah terangkat sambil menggendong Kitty, "Ayah, bisakah membantu Wenny mandi? Wenny mau tidur."

Charles melirik laptopnya sejenak, lalu berjongkok dan berkata pada Wenny, "Wenny, Ayah tidak cocok melakukan hal ini."

"Kenapa?" tanya Wenny, "Kata Ibu, kalau memandikan Wenny, Paman tidak boleh, Paman Kecil tidak boleh, tapi Ayah boleh."

Charles mendesah, aku bukan ayahmu...

Tapi ia malah menasihati Wenny, "Ayah juga tidak boleh. Apa Wenny dengar kata-kata Ayah?"

Wenny mengangguk, "Dengar, Wenny dengar semua kata Ayah."

"Ayah akan menyuruh Bibi Chen memandikanmu, setelah mandi..."

"Setelah mandi, Ayah tidur bersama Wenny ya," Wenny menarik tangan Charles, menggenggamnya erat, "Paman selalu membacakan dongeng sebelum tidur. Wenny ingin dengar dongeng."

Charles mendesah, "Ya."

Ia menelepon Bibi Chen dan menyuruhnya memandikan Wenny, lalu mengganti bajunya dengan baju Jayden.

Charles sendiri mandi di kamar mandi tamu. Ia sudah berjanji akan membacakan dongeng untuk anak itu, jadi ia akan melakukannya.

Baru saja ia berdiri di bawah shower, di kepalanya langsung muncul gambaran Veronica yang kebingungan di dalam mobil tadi. Ia mencarinya hari ini, ada apa?

Dengan cepat ia mengenyahkan pikiran kacau ini. Wanita ini sudah meninggalkannya tanpa perasaan saat itu, untuk apa lagi merindukannya? Di antara mereka, sudah tak mungkin ada hubungan lagi.

Setelah kembali ke kamar, Wenny sudah menunggu dengan manis sambil memeluk Kitty.

Charles mendatanginya, namun masih menyisakan sedikit jarak. Ia bersandar di tepi ranjang dan bertanya, "Kamu ingin dengar cerita apa?"

Wenny menampakkan ekspresi penuh harap, "Semua boleh. Apapun yang Ayah katakan, Wenny suka mendengarnya."

Sebetulnya di kepala Charles sudah tak banyak konsep tentang dongeng, tak ada cara lagi, ia pun mengambil ponselnya dan mencari beberapa dongeng untuk dibacakan. Wenny mendengarkan sampai tertidur dalam pelukan Charles. Ia sangat mungil dan lembut. Charles telah membaca cerita kelima sebelum ia menyadari kalau Wenny telah memejamkan mata. Saat ia hendak pergi, Wenny menggenggam tangannya erat-erat, "Kelinci kecil...kelinci kecil sedang mencari ayah...apakah kali ini akhirnya...akhirnya kelinci kecil menemukan ayahnya...ayah tak akan pernah meninggalkan kelinci kecil lagi..."

Charles mengingat pertemuan dengan anak ini, terbersit rasa simpati di matanya. Ia bahkan merasa, kalau anaknya bersama Veronica tak digugurkan, ia pasti sama seperti gadis kecil ini, Charles pasti akan memperlakukannya sebagai putri raja.

Charles menundukkan badannya. Ia tidak segera pergi, melainkan menunggu sampai Wenny terlelap, lalu baru perlahan-lahan bangkit berdiri.

Selamat malam, kelinci kecil.

Keesokan paginya, Charles berpindah dari ranjang di ruang baca ke kamar. Bagaimanapun ia bukan ayah kandung Wenny. Sekalipun anak itu baru berusia 4 tahun, tapi ia tetaplah seorang anak perempuan.

Charles mengambil sebuah buku dan membacanya. 30 menit kemudian, Wenny baru terbangun sambil mengusap matanya dengan punggung tangan. Ia menguap keras-keras. Saat melihat Charles di sampingnya, ia segera tersadar dan langsung menyerbunya, "Ayah!"

Charles kelabakan dipeluk seperti itu. Ia segera menopang tubuh kecil Wenny.

Wenny bergelayut di leher Charles. Matanya tiba-tiba melihat sebuah foto di atas kepala ranjang. Ia berseru dengan penuh semangat, "Ibu! Foto ayah dan ibu!"

Charles menoleh, ia baru sadar kalau yang dimaksud Wenny adalah foto bersama yang dipajangnya di atas kepala ranjang. Entah mengapa, selama bertahun-tahun ia tak pernah menyimpannya, ia selalu membiarkannya terletak di sana.

Wenny seketika menjadi sangat bersemangat. Ia menyerbu ke arah foto itu sambil berseru ibu, membuat Charles tertegun. Ia mengambil foto itu, lalu meletakkannya di hadapan Wenny, "Ibu?"

"Benar, ibu, ibu," Tangan mungil Wenny memukul-mukul permukaan pigura, lalu berkata sambil menunjuk Veronica yang berbalut baju merah, "Ini ibu."

Tangan mungilnya bergeser ke wajah Charles, "Kata ibu, ini ayah."

Wenny mengangkat wajahnya, "Ayah Wenny, itu ayah kan?"

Charles seketika tertegun. Hingga akhirnya ia tersadar, tangannya mencengkeram erat pundak Wenny, "Wenny, katamu umurmu 4 tahun, shio kelinci?"

"Aku kelinci kecil," Wenny tersenyum, lalu tiba-tiba mengerutkan mukanya, "Ayah, sakit."

Charles buru-buru melepaskan cengkeramannya. Ia merasa degup jantungnya bertambah kencang, sampai-sampai ia mencernanya lama sekali baru bertanya, "Siapa nama ibumu? Apa Wenny tahu?"

"Nama ibu veronica."

Suara Wenny sangat lembut, hanya saja suara lembut ini seperti mengiris dan membelah kepala Charles.

Veronica. Veronica. Veronica?!

Jadi Wenny...Wenny 4 tahun, shio kelinci, ia menyebut dirinya ayahnya.

Charles akhirnya tak bisa menahan gejolak dalam tubuhnya. Ia menggendong Wenny, memeluknya erat-erat, langsung menuju ke kamar Dennis.

Dennis bangun pagi-pagi. Tidak hanya itu, ia juga suka bermeditasi di atas kasurnya. Sangat jarang menemui remaja berusia 18 tahun yang berpikir da bertindak sehati-hati ini. Charles melihat Dennis yang menoleh dengan tenang, tiba-tiba ia menyerbu ke hadapannya sambil menggendong Wenny, seperti seorang remaja yang belum matang.

Dennis tersenyum tipis, "Pagi, Tuan Tsi."

Charles berlutut sambil menggendong Wenny, "Tuan Muda Zhou, ibu Wenny adalah Veronica?"

"Ayah, kenapa masih bertanya pada Paman Adik Kelas...?" Wenny agak bingung. Bibir merahnya manyun, tampak tidak senang.

Charles menjelaskan padanya, "Ayah mau memastikan, bagaimanapun ayah baru pertama kali bertemu Wenny, benar kan?"

Charles yang sedang berbicara saat ini, terdengar sangat lembut. Kata 'Ayah' itu terucap dengan begitu lancar. Wenny tiba-tiba tertawa, matanya menyipit. Seketika Charles merasa, anak ini benar-benar gabungan anatar dirinya dan Veronica. Kenapa sebelumnya ia tidak menyadarinya?

Dennis tidak membantah, ia tersenyum, "Bagaimana menurut Tuan?"

"Namanya?" tanya Charles.

"Wenny Gu," jawab Dennis langsung.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu