Unplanned Marriage - Bab 351 Benar-benar Menjijikkan

Wenny tidak tahu apa yang dikatakan Veronica kepadanya, setelah menutup telepon, dia pun menaruh tangannya di mulutnya, menyuruhnya mencari rumah dalam sore ini tentu saja tidak mungkin! Sebelumnya seharusnya sudah terpikirkan olehnya kalau ayah dan ibunya pasti akan datang melihat tempat tinggalnya.

Wenny pun bergegas memanggil taksi dan pergi ke perusahaan Dennis, Christian bingung saat melihatnya, tapi dia langsung mendorong dan membuka pintu kantor, lalu berteriak ke Dennis yang duduk di belakang meja kantor: "Paman kecil, cepat bantu aku pikirkan cara!"

Dennis pun mengerutkan alisnya, suaranya terdengar tenang: "Kenapa, hamil?"

Seketika wajah Wenny pun memerah, dia pun berkata terbata-bata: "Kamu yang hamil! Ibuku mau datang memeriksa tempat tinggalku! Kalau dia tahu kita tinggal bersama dia pasti akan marah besar!"

Dennis sama sekali tidak panik, dia pun berkata: "Datang ya datang saja, bilang saja kamu tinggal di kamar tamu."

Wenny pun mengerutkan alisnya, "Sembarangan. Kenapa dari dulu tidak beritahu mereka kalau aku tinggal di kamar tamu rumahmu? Lagipula, kamu pikir mereka bakal percaya kalau kita tidak ada apa-apa?"

Wenny memang tidak ingin mengumumkan tentang hal ini sekarang, dia berjalan ke belakang meja, menarik lengan Dennis dan memohon: "Paman kecil~ Bantu aku dong, bukannya kamu banyak rumah di Shanghai? Pinjamin aku satu untuk tinggal beberapa hari saja."

Dennis pun menghela nafasnya, "Kapan dia datang?"

"Aku bilang ke dia malam ini, masih ada waktu setengah hari untuk siap-siap." Wenny menunjuk ke bawah gedung, "Aku juga sudah menarik koperku keluar, sebentar lagi bisa langsung pergi ke tempat baru."

Mendengar masih ada waktu setengah hari, Dennis juga tidak panik, dia mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang Wenny, "Tapi paman kecil tidak ingin kamu pindah."

Hubungan mereka masih dalam fase kasmaran, keduanya tentu saja tidak bisa menerima kalau tiba-tiba harus berpisah, apalagi mereka masih belum merasakan kemesraan saat bersama.

Wenny yang mendengarnya pun semakin tidak rela untuk berpisah, dia berkata: "Aku juga tidak ingin berpisah... Tapi... Ini juga hanya sementara saja, lagipula, setiap akhir pekan aku juga harus pulang ke rumah, kita juga tidak selalu bersama."

Dennis menepuk tangannya, menyuruhnya berdiri dan tidak bermanja-manja lagi, Wenny pun menurutinya dan berdiri, hari ini dia harus menurutinya karena ingin meminta pertolongannya.

Dennis menelepon Christian dan menyuruhnya masuk.

Christian membawa laptopnya dan berjalan masuk, saat melihat Wenny dia tidak tahu harus bagaimana, setelah beberapa saat dia pun menoleh melihatnya dan menyapanya pelan "Halo nyonya."

Wenny senang mendengar panggilan itu, dia menepuk bahu Christian dan tersenyum mengatakan kalau pria ini pandai berbicara, masa depannya pasti cerah.

Dennis juga tersenyum, dia menanyakan kepada Christian rumah mana yang lebih kecil dan bisa disewakan.

Wenny pun melototinya dan berkata: "Apa maksudmu? Kamu mau menyewakannya kepadaku?"

"Surat rumah juga bisa kuberikan kepadamu. Jangan potong dulu." Dennis pun pasrah dan menarik Wenny ke sampingnya, mencoba menenangkan emosinya.

Dennis menahan tawanya, dan berkata pelan kepada Wenny: "Di daerah Timur kota memang ada satu yang cocok. Sebelumnya aku sudah membereskannya, tapi kunci dan data rumah itu masih belum diantar kakak Ruan."

Mendengar nama kakak Ruan, Wenny pun kaget dan bermuka masam, dia mendorong Dennis dengan kuat, "Otakmu bermasalah ya? Atau kamu memang mencintai wanita ini? Masalah rumah saja kamu biarkan dia yang urus? Kenapa kamu tidak menyuruhnya mengurusmu juga?!!!"

Dennis pun kebingungan.

Dulu dia terlalu mempercayai Hanny Ruan, ada beberapa hal yang selalu dia serahkan ke orang lain, kali ini malah menjadi pemicu hancurnya hubungan mereka.

Wenny benar-benar emosi.

Dia ingin pergi tapi berhasil ditarik kembali oleh Dennis ke pelukannya, "Jangan berpikir yang aneh-aneh, memang ada beberapa rumah yang terus-terusan kosong, jadi aku suruh dia sewakan ke agen rumah, surat rumah masih ada di tanganku, tidak separah yang kamu pikirkan."

Wenny melototi Christian, "Tadi aku masih memujimu, sekarang kenapa kamu masih disini."

Christian kebingungan, mendengar perkataan Wenny dia pun memutar badannya dan pergi.

Dennis melanjutkan penjelasannya, "Lagipula semua ini, aku sudah menyuruhnya untuk diserahkan ke Christian, jadi ini bukan hak khusus untuk siapapun, setelahnya semua akan diurus oleh Christian."

Wenny masih saja marah, awalnya dia mengira Hanny sudah pergi jauh, tidak disangka wanita sok suci ini masih saja mengundur-undur beberapa hal, kalau dia tidak menanyakannya, dia masih tidak tahu kalau kunci rumah pun masih ada di tangannya.

Wenny memukul dada Dennis, dan mulai menangis, "Tidak seharusnya aku begitu cepat menjawabmu, aku menyesal..."

"Wenny." Melihat Wenny ingin menarik tangannya kembali, Dennis pun menariknya dan meletakkan tangannya di bagian dadanya, "Dia sudah menghilang, dan tidak akan muncul lagi."

"Dia sudah seperti bayanganmu oke?" Wenny tersenyum pasrah, "Dia seperti pengurus rumahmu, asalkan berkaitan dengan urusan pribadimu, dia pasti akan muncul dan menagih uang. Kalau aku mau mengambil keuntungan ini, aku harus meminta izin darinya."

Setelah itu Wenny pun mengambil tasnya dan beranjak pergi, Dennis menarik tangannya dan berkata: "Kamu sudah lupa masalah kakak?"

"Aku mau pulang dan tinggal di rumah."

"Wenny, hubungan memang perlu diasa, tidak mungkin karena muncul sedikit masalah saja kamu langsung ingin pulang ke rumah, sikapmu ini tidak benar." Dennis menyabarkan dirinya dan menjelaskan kepada Wenny, "Masalah ini memang salahku, aku tidak mengurusnya dengan baik, tapi diantara aku dan Hanny memang tidak ada apa-apa, nantinya juga tidak akan ada apa-apa, kamu harus memberiku waktu untuk menyelesaikan masalah ini."

Karena serah terima tugas dengan Hanny tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, urusan Christian juga sangat banyak, dalam waktu dekat tidak mungkin bisa diserahkan semuanya sekaligus.

Dennis mengerti perasaan Wenny, dia rela mengurus masalah ini bahkan tahu kalau ini adalah hal yang sangat sensitif baginya, dia harus menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Tapi dia tidak menyangka, baru beberapa hari saja, mereka kembali bertentangan gara-gara Hanny.

Christian menelepon Hanny agar dia segera menyerahkan sisa kerjaan kepadanya, dan mengatakan kalau nyonya sudah marah.

Hanny pun terkejut, dia tidak menyangka Wenny masih memperhitungkan masalah dirinya, jelas-jelas sudah lama sekali dia tidak muncul di hadapan Dennis.

Hanny menanyakan masalah apa yang menyebabkkan nona Gu marah, Christian pun mengatakan karena rumah, rumah direktur Zhou.

Setelah menutup telepon, Hanny duduk sejenak, dia merasa tidak tenang, beberapa saat kemudian dia pun keluar sambil mengambil sebuah dokumen.

Saat Hanny sampai di kantor sudah jam empat sore, Wenny sedang menunduk memainkan kukunya, saat melihatnya dia pun meliriknya dan melekukkan senyuman yang seakan-akan sedang menyindirnya.

Sebenarnya Wenny tidak ingin perhitungan dengan Hanny, melainkan Dennis, lagipula semua yang berkaitan dengan wanita ini juga dia tidak ingin perhitungkan lagi, dia pun berdiri dan menggunakan dagunya menunjuk Christian.

"Sebentar lagi kamu bantu aku antar barang ini ya."

Christian pun menjawab oke.

Dennis menanyakan kunci rumah di daerah Timur kota itu dimana dan menyuruh Hanny memberinya kepada Wenny.

Hanny juga tidak berkata banyak, dia mengeluarkan kunci itu dan memberinya ke Wenny, lalu berkata pelan, "Tempat ini... Dulu aku pernah tinggal disini, jadi mungkin mau merepotkan nona Gu untuk membersihkannya."

Benar-benar menjijikkan.

Wenny mengambil kunci itu, tidak berkata apapun dan pergi, sebelum pergi dia pun menarik Christian bersamanya.

Di dalam kantor hanya tersisa Dennis dan Hanny berdua.

Setelah Wenny benar-benar pergi, ekspresi Dennis pun berubah menjadi serius, ini pertama kalinya dia menggunakan nada yang berat dan menusuk saat berbicara dengan Hanny, "Dalam beberapa hal, kamu sudah keterlaluan."

Hanny tidak menyangka Dennis akan memarahinya dengan serius, seketika air matanya pun mengalir, "Direktur Zhou..."

"Kalau memang kamu memanggilku direktur Zhou, seharusnya kamu sudah tahu, diantara kita, tidak ada urusan pribadi." Dennis mengerutkan alisnya, sama sekali tidak tersenyum atau berkata lembut, dia tahu jelas, kali ini dia tidak boleh bersikap lembut lagi.

Hanny mengusap air matanya, "Direktur Zhou... Kamu, kamu jangan, aku mohon jangan katakan lagi."

"Aku juga cukup baik kepadamu, bahkan semua masalahmu aku juga menutup sebelah mata, tapi ini tidak berarti kamu bisa mengulurkan tanganmu bahkan mau mencampuri hubunganku." Dennis berdiri, selangkah demi selangkah berjalan ke samping jendela, gumpalan awan perlahan-lahan terurai dan memancarkan segaris cahaya, cahaya matahari pun menyinari setiap sudut dunia, seluruh taman, terlihat hijau dan asri.

"Sejak kamu dan kakak ketigaku bersama, aku tidak mungkin memilihmu lagi." Dennis membalikkan badannya, pandangan matanya langsung tertuju pada wajah Hanny yang lembut itu, "Walaupun aku tidak bersama Dhea, ataupun Wenny, aku juga tidak akan bersamamu."

Badan Hanny pun gemetaran, tiba-tiba dia bertanya dalam tangisnya, "Tapi dulu kamu pernah menyukaiku bukan? Kenapa dulu kamu bertanya apakah aku ingin bersamanya atau tidak? Apakah kamu tahu, saat kamu menanyakan itu, hatiku hancur."

***

Melihat Dennis tidak menjawabnya, Hanny pun melanjutkan, "Aku menjawab setuju, sebenarnya karena hanya ingin tahu reaksimu. Asalkan kamu bilang tidak, aku pasti tidak..."

Tapi Hanny tidak menyangka, Dennis membenarkan hubungannya dengan kakak ketiganya begitu saja.

Saat itu Hanny berpikir, kalau memang sudah hancur, ya sudah, dia bersama Harley saja.

Bertahun-tahun lamanya dia selalu berada di samping Dennis, tidak pergi kemanapun, dia pikir Dennis akan mengerti perasaannya, dan menjawab perasaannya itu.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu