Unplanned Marriage - Bab 150 Nona, cepatlah hubungi Charles

Selalu ada kehangatan dan kelembutan dari Elvian yang ditujukan kepadanya, namun dia telah banyak melakukan hal-hal yang tidak bisa dimengerti Veronica.

Contohnya Eliana, juga email anonim.

Kedua hal ini membuat hati Veronica terasa sesak, secara tidak sadar dia menarik tangannya, dan menyapu matanya, “Terima kasih, aku sudah merasa lebih baik.”

Elvian tersenyum, “Masih begitu sungkan denganku?”

“Jadi aku ingin kembali kerja di perusahaan, apakah boleh?” tanya Veronica sekali lagi.

Elvian dengan sedikit beban bersandar kebelakang kursi,” Vero, kamu juga tahu masalah ini perlu didiskusikan dulu.”

“Diskusi?” tanya Veronica dengan bibir cemberut. “Jangan berbohong lagi, kak Elvian. Kalau memang tidak ingin aku kembali terus terang saja, tidak perlu beralasan.”

“Bukan begitu.” Elvian mengelak, lalu melihat ke sepasang mata Veronica yang jernih, akhirnya setelah agak lama baru menghela nafas dan berkata, ”Baiklah, tapi beritahu aku alasan kamu ingin kembali bekerja, kamu juga tahu kondisi perusahaan tidak seperti dulu lagi, dan kamu sendiri juga punya pabrik parfum, buat apa repot-repot begitu?”

Veronica terdiam sesaat, dengan tanpa daya menjawab, “Aku sedang hamil dan tidak bisa ke pabrik parfum. Meskipun itu kebanyakan bahan alami, tapi aku tidak bisa mencium aromanya. Dan aku sendiri tidak suka santai, harus mempunyai hal untuk bisa dilakukan.”

“Kamu sudah pasti?”

Veronica mengangguk, “Tentu saja.”

“Baiklah. Aku akan mengatur kamu untuk melakukan pekerjaan yang lebih santai.” Terakhir Elvian memilih untuk mengalah. Veronica sekarang lagi hamil, seharusnya tidak akan membuat masalah, lagipula di hati dia Veronica bukan orang seperti itu.

Elvian memikirkan kembali sifat Veronica yang kurang fleksibel, dan sekali lagi memberi peringatan, “Tapi kamu harus punya persiapan psikologis, keluarga Gu yang sekarang tidak seperti dulu lagi, dan Leonard anak itu setiap hari berbuat onar, termasuk Isabella. Seharusnya kamu masih ada kesan terhadap wanita ini, kamu yakin mau kembali?”

“Tentu saja...mau.” jawab Veronica tanpa rasa takut. Sejak awal memang bermaksud kembali untuk kasih pelajaran ke wanita itu, dan tidak pernah ada rasa takut untuk berhadapan dengan wanita itu dan anak-anaknya.

Pandangan Charles terus tertuju pada Veronica yang berlalu pergi bersama Elvian.

Setiap bertemu dia selalu menyadari Veronica lebih kurus dibandingkan sebelumnya, hal ini membuat hatinya kacau dan campur aduk dan merasa dialah yang membuat Veronica berubah seperti itu.

Tapi dia tidak mungkin meminta Veronica untuk menerima dia kembali sekarang.

Filbert melihat pandangan Charles yang sedang memandang Veronica dari belakang, dalam hatinya muncul rasa ingin tahu. Selama bekerja di perusahaan Tsi yang dia tahu Direktur Tsi adalah orang yang berhati dingin, yang pasti banyak sekali wanita yang ingin jatuh ke pelukannya, dan bagi mereka Charles beruntung disukai banyak wanita, tapi tidak disangka seorang demi seorang ditolaknya.

Hanya satu yang bisa mendapatkannya, orang itu adalah Nona Caroline. Tapi Caroline itu

, bagaimanapun Filbert melihat tidak ada bandingannya dengan nyonya direktur.

Sekarang kelihatannya hati direktur sepenuhnya diberikan kepada sang nyonya, Veronica.

Filbert yang sekarang berumur 40 tahun, sebelumnya selalu merasa tidak punya kesempatan untuk berkembang. Kini kesempatan yang bagus ada di tangannya dan otaknya tanpa dicegah mulai berpikir keras.

Veronica membiarkan Elvian mengantarnya sampai di depan rumah saja, dan setelah pulang diingatkan jangan lupa untuk menghibur Elena.

Elvian tersenyum dan mengatakan Elena ini masih temperamen anak-anak, biarkan saja.

Veronica dengan jelas bisa merasakan suasana hati Elvian yang sangat baik, ucapannya yang hangat, tingkahnya yang lembut, kembali lagi seperti dulu dimana tiap hari selalu memanggil “Kakak Elvian”, momen itu membuat hati terasa nyaman.

Tapi perasaan nyaman cuma penampilan luar saja, dalam hati Veronica merasa tidak tenang, merasa ada yang salah, pria yang ada di depan matanya sekarang, bagaimana mungkin masih Elvian yang dulu.

Dengan senyum palsunya Veronica pamit dan melambaikan tangan ke Elvian, lalu memutar badannya melangkah masuk ke rumah.

Veronica merasa sedikit lelah setelah berpura-pura seharian.

Pantas saja Elena tidak mampu berpura-pura terus, yang pasti Veronica tidak bisa bertahan dengan kehidupan seperti ini. Tapi untuk kali ini dia harus bertahan, karena siapa yang mampu bertahan sampai akhir, dialah pemenangnya.

Baru saja melangkah masuk ke koridor tangga, mendadak tercium bau darah dan membuat dia mengerutkan alisnya, lalu melihat sekelilingnya. Tiba-tiba terkejut dan langsung berlari mundur ke belakang.

Namun orang tersebut lebih cepat, langsung menyergap tubuhnya. Veronica terkunci oleh berat badan orang tersebut, terasa sebuah pisau di pinggangnya, “Nona Gu, jika tidak ingin kehilangan dua nyawa sekaligus, lebih baik bawa aku ke kamarmu.”

“Kamu, kamu mengapa mencariku?” tanya Veronica dengan wajah pucat.

Tubuhnya menggigil dan gemetaran melihat wajah yang mengerikan itu. Wajah ini sudah dia takuti sejak dulu, karena takut dia akan melakukan hal buruk padanya, tapi sampai saat ini masih terhitung ada sedikit niat baiknya.

Kecuali sebelumnya memanfaatkan dia selama dua minggu, dan terakhir membuat Charles kecelakaan.

Andre dengan helaan nafas yang kasar, “Karena setidaknya kamu seorang wanita yang baik hati.”

Begitu mendengar alasannya Veronica tidak tahu harus berkata apa, di bawah ancaman sebuah pisau , masih mengatakan dia wanita yang baik.

Dia mengangkat kepalanya untuk melihat Andre.

Setengah badannya bersandar di samping tangga naik, paha dan sebagian lengannya bersimbah darah, sebuah wajah yang cacat sebagian, membuat Veronica menggigil ketakutan, “Aku...”

“Cepat, jangan buat aku mengulang untuk ketiga kalinya.”

Rasa nyeri membuat Veronica mengerang, dia tidak berani melawan, lalu memegang lengan Andre dengan sekuat tenaga membawanya ke lift.

“Kamu bisa jalan?” tanya Veronica begitu melihat kaki yang satunya tidak terluka, setidaknya dia masih bisa berjalan.

Andre tersenyum pahit, “Beberapa tahun ini kalau tidak berjuang pasti akan cacat total, mungkin sudah mati beberapa kali.”

Jawaban darinya membuat Veronica terdiam.

Tidak berani bersuara, setidaknya tidak berani melawan orang yang sedang terluka, dengan emosinya mungkin akan membuat hal yang lebih buruk lagi.

Pintu lift terbuka, merogoh kunci dari saku, membuka pintu dan masuk ke dalam.

Selama itu Veronica tidak bersuara.

Andre tidak henti-hentinya menahan kesakitan, sambil menggigit ujung bibir tanpa berbicara.

Dalam hati Veronica muncul rasa salut pada dia, lalu mendudukan dia ke sofa, dan berniat untuk pergi.

Kali ini Andre tidak menyulitkan dia, sejak masuk ke dalam rumah, pelan-pelan perasaannya jauh lebih tenang, dan perlahan menarik kembali pisaunya.

“Nona Gu, ambilkan kotak obat.” pinta Andre.

Veronica terburu-buru masuk ke dalam untuk mengambil kotak obat, dan mencoba minta pertolongan dengan mencari kontak di handphonenya. Tapi dari luar terdengar suara Andre dan berkata, “Nona Gu, hari ini aku masih berbaik hati padamu, kali ini aku mendapat masalah besar, mau tidak mau aku harus meminta bantuanmu. Aku tidak bermaksud ingin melukaimu, dan berharap kamu tidak lapor polisi.”

Mendengar itu Veronica terdiam sesaat dan menurunkan handphonenya, membawa kotak obat dan berjalan keluar.

“Meskipun kamu pernah membantu aku , tapi juga memanfaatkan aku untuk mencelakai Charles. Jadi maksud kamu, aku mesti berterima kasih padamu?” tanya Veronica sambil menyodorkan obat luka ke tangan Andre, dan tidak berniat untuk membantunya. Lalu dia berjalan menjauh, dengan tatapan dingin, “Dasar musuh.”

Andre tersenyum mencibir, lalu menggulung lengan bajunya dan sambil menahan sakit mulai mengobati lukanya sendiri.

Dulu melihat adegan seperti ini cuma dari televisi, dia tidak bisa melihat adegan yang penuh darah, jadi tanpa sadar dia membelakanginya.

Kalau dia musuh...

Veronica tiba-tiba merinding, apakah ini maksud Andri yang ingin bekerja sama dengan Charles untuk menghancurkan Andre.

Tapi melihat Andri yang sekarang ini bukanlah tandingan Andri dan Charles.

Tiba-tiba muncul rasa ngeri. Perasaan yang tadinya sudah mulai stabil sekarang mulai panik lagi. Kalau bukan karena Charles, tidak ada alasan Andre untuk mencarinya.

“Justru karena dia tahu lawannya adalah Charles dan Andri, dan mengetahui seseorang yang berharga bagi mereka, sehingga membuatnya datang mencari aku?” pikirnya dalam hati.

Adanya pikiran ini membuat Veronica kesal dengan dirinya sendiri yang sudah membuka pintu untuk sang musuh.

Andre sudah selesai mengobati obatnya, lalu menutup kotak obat baru menarik nafas lega dan berkata, “Musuh? Benar-benar...”

Veronica dengan gugup berbalik, tanpa sadar dahinya basah oleh keringat.

Andre dengan tatapan yang galak, “Dia selalu menganggap aku seperti harimau yang kehilangan gigi, tapi pasti tak terpikirkan olehnya kalau aku masih belum mati dan bisa melarikan diri.”

Dia?

Veronica merasa ketika Andre mengucapkan kata-kata tadi, ekspresinya itu tidak seperti menunjuk pada Charles dan Andri, dengan hati-hati dia bertanya, “Kamu bilang dia, siapa? Siapa yang membuatmu sampai seperti ini?”

“Apa kamu kira dia adalah Charles?” tanya Andre dengan senyum dingin.

“Charles masih lebih baik, tidak terlalu mempermalukan aku.” kata Andre dengan langkah pincang menuju jendela, dan duduk di lantai, “Nona, apakah kamu punya arak?”

“Aku bisa membelinya di luar ....,” jawab Veronica.

“Kamu ingin pergi melaporkan aku?” tanya Andri yang sepertinya membaca pikiran Veronica.

“Bahkan handphone pun tidak aku bawa, bagaimana aku bisa melapor.” jawab Veronica.

“Nona, apakah di rumahmu ada arak?” tanya Andre sekali lagi.

“Aku seorang wanita hamil, apa mungkin punya arak di rumah?” Veronica balik bertanya. Lagian mana mungkin Veronica berani kasih dia minum arak, orang seperti ini kalau mabuk mungkin akan membunuhnya?

Andre menerima penjelasan Veronica.

Veronica menarik nafas lega sambil beranjak dari sofa dan agak menjauh dari Andre.

Dengan terdiam Andre memandang keluar jendela, dari belakang terlihat dingin dan kesepian, sepertinya di dunia ini hanya tersisa dia seorang diri, bahkan seolah-olah ada awan hitam mengambang di sekeliling tubuhnya.

“Selama ini aku memperlakukan dia dengan baik, tapi tidak disangka air susu dibalas dengan air tuba.” kata Andre dengan suara keras yang terdengar seperti ban pecah di ruangan sepi. “Luka di wajahku, kaki yang cacat, dia yang melakukan ini semua! Namun dia masih belum puas....separuh hidupku hancur di tangannya, dan kini malah ingin mengkambinghitamkan aku !”

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu