Unplanned Marriage - Bab 299 Apa Kalian Sedang Kencan Buta?

Michael Tsu mulai menjelaskan kelebihan perusahaannya. Lavenia Tsi sibuk membujuk kakaknya.

Wenny Gu mencubit adiknya, “Sepertinya aku butuh waktu untuk memutuskan hal ini. Orang tuaku mungkin saja keberatan.”

Michael Tsu memahaminya. Selama Wenny Gu tidak menolaknya mentah-mentah, berarti dia setidaknya sudah berhasil membujuknya.

Saat itu, ponsel Wenny Gu berdering. Dia melihat layar ponselnya lalu tersenyum, “Permisi sebentar. Aku harus mengangkat telepon ini.” ujarnya ke Michael Tsu dan Fernand Meng.

Jika Wenny Gu sampai tersenyum begitu, pasti yang meneleponnya adalah paman kesayangannya. Tidak ada orang lain yang bisa membuatnya tersenyum seperti itu.

Ketika kakaknya sudah keluar dari bilik, Lavenia Tsi mengeluarkan CD Fernand Meng dari dalam tasnya dan mengulurkannya ke arah Fernand Meng dengan wajah merah padam, “An… Andrew, apa kamu mau menandatanganinya?”

Fernand Meng tidak menolak. Dia lalu mengambil pena Michael Tsu dan menandatangani CD itu.

Lavenia Tsi lalu bertanya, “Andrew, apakah kamu akan mengeluarkan album lagi dekat-dekat ini?”

Fernand Meng mengangguk, “Ya. Aku akan memberi sekeping CD padamu jika kamu menginginkannya.”

“Ya, ya!” Lavenia Tsi kegirangan. Dia lalu meletakkan CD itu kembali ke tasnya. Dia lalu berhenti bertingkah bodoh dan meminum minumannya.

Michael Tsu bertanya, “Berapa usiamu tahun ini, Nona Tsi?”

“18 tahun.” ujarnya, “Tapi, aku tidak sehebat kakakku. Menurutku dia sangat beretalenta.”

“Kudengar dia sekolah di Jerman sebelumnya?”

“Ya, dia kembali tahun ini.” jawab Lavenia Tsi, dia lalu dengan lirih menambahkan, “Kami memiliki saudara laki-laki yang hilang di tahun itu. Kakak bilang dia mungkin ada di Jerman. Namun, kakakku tidak bisa menemukannya. Jadi, tahun ini dia kembali ke China, ke sisi Papa dan Mama.”

“Oh, maaf. Aku terlalu banyak bicara.” ujar Lavenia Tsi.

Di luar, Wenny Gu berdiri di hadapan Dennis Zhou, “Mengapa kamu datang ke restoran hari ini, Paman?”

Dennis Zhou sendiri terkejut mendapati Wenny Gu ada disini.

Dennis Zhou jarang datang ke restorannya namun kadang dia akan datang berkunjung. Hari ini dia tidak sengaja bertemu dengan Wenny Gu disini.

“Aku datang untuk melihat kondisi bisnisku.” jawab Dennis Zhou.

Wenny Gu tersenyum,”Aku datang untuk menemui orang hari ini. Sepertinya aku menguntungkan bisnismu lagi hari ini, ya?”

Dennis Zhou tertawa dan menyentil dahi Wenny Gu, “Maaf saja, aku tidak mengambil uangmu secara paksa. Kalian sedang membicarakan apa?”

Dennis Zhou duduk di kursi bambunya lalu manajer lobi yang cantik datang menghampirinya, “Direktur Zhou, minuman apa yang Anda inginkan hari ini?”

“Teh bunga saja.” jawabnya singkat.

“Mengapa?” tanya manajer itu. Dia terkejut. Dennis Zhou tidak pernah minum teh. Namun, direkturnya sedang sibuk memandang Wenny Gu yang berdiri di samping manajer itu. Dia hanya bisa mengangguk. Siapa yang sangka orang yang paling disukai Dennis Zhou adalah keponakannya sendiri?

Ketika Dennis Zhou sedang berbincang dengan manajer lobi, Wenny Gu membatin mengapa pamannya gemar menanyai banyak hal tentangnya? Wenny Gu diam-diam merasa senang.

Ini adalah proses mereka mengenal satu sama lain. Dennis Zhou suka sekali bertanya tentang banyak hal ke Wenny Gu. Mungkin itu adalah kebiasaannya. Wenny Gu pernah diculik sebelumnya dan Dennis Zhou tidak ingin itu terjadi untuk yang kedua kalinya.

Wenny Gu baru saja akan berbicara namun Dennis Zhou mendahuluinya, “Aku tahu didalam ada dua orang pria dan adikmu. Apa kalian sedang kencan buta?”

Ketika Dennis Zhou mengucapkan kata ‘kencan buta’, Wenny Gu sedikit terkejut.

Namun dia menjawab, “Ya, aku bukan anak kecil lagi. Tentu aku bisa menemui siapa saja, kapanpun akum au. Adikku hanya datang untuk menemaniku. Aku pamit dulu. Aku tidak bisa membiarkan mereka menunggu terlalu lama.”

Wenny Gu lalu kembali ke biliknya.

Wajah Dennis Zhou sekilas berubah. Dia tidak tahu apa yang kini dia rasakan. Dia selalu merasa Wenny Gu masih belia. Apa pantas baginya untuk memikirkan pria setiap harinya?

Tentu tidak. Lagipula, dia adalah paman mereka. Jadi, dia memutuskan untuk memantau situasi.

Wenny Gu jelas-jelas memasuki fase dimana dia suka memberontak. Kalau tidak, bagaimana mungkin Wenny Gu yang selalu patuh padanya tiba-tiba bersikap seperti ini?

Dennis Zhou memutuskan untuk duduk dan diam diluar. Dia merasa harus berbicara dengan Wenny Gu.

Di dalam bilik, ketika Fernand Meng menatapnya lagi, detak jantung Wenny Gu lagi-lagi naik turun.

Mengapa dia merasa tatapan Fernand Meng sangat familiar? Dia merasa sekilas pernah melihatnya disuatu tempat. Lavenia Tsi menghela nafas lega setelah kakaknya kembali.

Walaupun Lavenia Tsi sangat mengagumi Fernand Meng, namun dia malu untuk bertingkah berlebihan di depan Michael Tsu, jadi dia tidak banyak bicara. Dia juga khawatir kalau saja dia meninggalkan kesan buruk pada Fernand Meng.

Keempat orang itu mulai mencicipi hidangan mereka. Beberapa chef dari Taiwan memasak hidangan di restoran ini. Semua hidangannya dibuat sendiri, dengan bahan segar yang dikirim langsung via udara. Semua menu di restoran ini segar, enak, dan pastinya mahal.

Wenny Gu paling suka hidangan bernama ‘Magnolia yang Mekar’. Hidangan itu terbuat dari ikan. Di dalam sup panas, ikan itu mekar seperti bunga. Lavenia Tsi suka hidangan pedas dan makanan penutup yang bernama ‘Embun Mawar’. Kelopak bunga mawar bertebaran di atas kue beras yang dibungkus kertas emas. Sekali gigit, aroma mawar langsung semerbak.

Kakak beradik itu memiliki etiket makan yang baik. Mereka tidak makan sambil bicara atau tidur. Veronica Gu sendiri yang mengajari mereka. Jadi, gerak-gerik mereka ketika makan sangat menarik perhatian.

Michael Tsu berkata ke Fernand Meng, “Hidangan ini sangat enak. Hari ini kita benar-benar merasakan keuntungan bisa mengenal Nona Gu dan Nona Tsi.”

“Tidak ada hubungannya denganku.” ujar Lavenia Tsi, “Pemilik restoran ini adalah paman dari kakakku. Dia sangat baik pada kakakku. Aku tidak seberuntung dia.”

Wenny Gu menatap adiknya dan menyuruhnya untuk lanjut memakan kelopak mawarnya.

Wenny Gu teringat Dennis Zhou diluar bilik, dia lalu meletakkan sumpitnya, “Kak Tsu, Kak Meng, sepertinya aku harus menolak tawaranmu. Bukannya keluargaku tidak menyetujuiku untuk berkecimpung di musik pop, hanya saja mereka masih menginginkanku untuk berkarir di musik klasik. Industri musik pop juga sangat riskan. Kurasa orang tuaku tidak ingin aku untuk bermain-main dengan hal ini.”

Michael Tsu dan Fernand Meng menatap satu sama lain. Michael Tsu lalu tersenyum, “Tidak masalah. hal seperti ini memang tidak bisa dipaksakan. Tapi, aku tetap mengangumi Nona Gu. Jika mungkin, kamu masih bisa memikirkannya lagi. Nona Gu masih ada waktu sampai Nona benar-benar yakin dengan pilihanmu.”

Wenny Gu tersenyum. Setelah pamit, dia lalu berdiri dan meninggalkan bilik itu.

Namun, Michael Tsu dan Fernand Meng tidak langsung pergi.

Desain restoran ini membuat orang nyaman untuk tinggal sejenak dan berbincang lebih lama.

Michael Tsu menghela nafas, “Sepertinya Nona Gu tidak tertarik.”

“Tidak masalah. Pelan-pelan saja.” ujar Fernand Meng lembut, “Banyak hal yang terkesan terburu-buru. Aku baru saja kembali. Aku masih harus beradaptasi dengan banyak hal.”

“Jangan buka kartu disini. Kamu harus hati-hati kalau bicara.” ujar Michael Tsu, “Untung saja kamu tidak banyak bicara. Beberapa penyanyi yang terlalu banyak bicara, biasanya karirnya tidak akan bertahan lama.”

“Hm, akan kuingat.”

Tiba-tiba, pintu bilik itu terbuka lagi.

Gadis cantik dengan gaun biru berdiri di ambang pintu. Tangannya terkait, wajahnya merah padam. Setelah beberapa saat dia baru berbicara, “Apa… Apakah harus kakakku? Bagaimana kalau aku saja?”

***

Wenny Gu menyuruh Lavenia Tsi untuk menunggu di mobil. Dennis Zhou menariknya ke kantor seorang diri.

Ruangan kantornya tidaklah besar. Lagipula, dia jarang mengunjungi tempat ini.

Dennis Zhou bertanya apa yang baru saja terjadi antaranya dengan kedua pria itu. Wenny Gu merasa kesal Dennis Zhou berlagak menjadi saudaranya yang lebih tua. Dia merasa tidak nyaman.

Dennis Zhou tahu Wenny Gu kesal dengan tingkahnya namun dia tetap saja melakukannya.

Tapi, Wenny Gu bisa apa? Dia juga takut kalau Dennis Zhou tidak lagi peduli padanya. Dia berjanji untuk menjaga hubungan paman dan keponakan ini. Jadi, Dennis Zhou emmiliki hak untuk bertanya.

Wenny Gu menjelaskan dengan santai, “Andrew baru saja kembali dari Jerman. Dulu kami sering bertemu di Jerman tapi kami dulu tidak terlalu dekat. Saat ini dia berencana tinggal di China untuk waktu yang lama. Kami sudah mengenal satu sama lain cukup lama. Jadi, aku bisa mempertimbangkannya.”

Wenny Gu tidak berani melihat Dennis Zhou, “Kalau kamu memberitahu orang tuaku tentang hal ini, tidak masalah. Lagipula, aku sudah cukup umur untuk menikah. Ayahku sendiri yang bilang. Dia juga berharap agar aku bahagia.”

“Aku ingin bertemu dengannya.” ujar Dennis Zhou.

Wajah Wenny Gu merah padam, “Untuk apa kamu bertemu dengannya? Apa kamu tidak suka aku berhubungan dengannya? Paman jangan terlalu memikirkan semua ini, aku bukan lagi Wenny yang dulu. Kamu sendiri kan yang bilang kalau aku sudah besar?”

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu