Unplanned Marriage - Bab 393 Wenny, Maaf

"Sini, bantu aku balikkan badan dulu." Dennis membiarkan Wenny kemari, kedua tangannya sudah tidak mempunyai banyak tenaga, sebelumnya semua mengandalkan Christian, sekarang jika ingin menyuruh Wenny, dia sendiri juga harus berusaha, Wenny mendorongnya dari belakang, akhirnya dia membalikkan badannya kesamping.

Lalu Wenny mengulurkan tanganya dengan wajahnya yang merah, dia membantu membuka celananya, ketika menariknya, dia merasa lebih malu lagi, jelas-jelas bahwa ini bukanlah pertama kalinya mereka begitu mesra lagi.

Namun mungkin karena orang ini menganggapnya sebagai keponakan lagi, dan dirinya juga ikut tertular perasaan itu, barulah dia juga merasa malu, dia merasa semuanya menjadi berbeda.

Tangannya mencoba untuk memegang benda itu, suara Dennis sudah serak, dia mengatakan akan melakukannya sendiri.

"Bukannya tanganmu tidak bisa?" Wenny menampakkan kepalanya dari belakang Dennis, dia baru menyadari bahwa benda itu telah membengkak, wajahnya kembali merah lagi, dia bersembunyi dibelakang Dennis.

"Tangan masih bisa digerakkan, asalkan tempatnya....." Dennis juga terlihat sangat kesusahan, bagaimanapun juga disaat seluruh badannya tidak mempunyai tenaga, dia malah ereksi, itu juga karena Wenny menyentuhnya, kondisi seperti ini juga membuatnya sangatlah tidak bisa menerimanya.

Wenny tentu saja tidak pernah melihat Dennis yang begitu lemah, dia juga tidak pernah melihat dia yang begitu kasihan, sebenarnya dia sendiri seharusnya sangatlah tidak bersedia untuk menunjukkan ii, namun tidak punya cara lain, dia tidak punya pilihan lain.

Hidung Wenny menyentuh punggung Dennis, dia mencium wangi pada badannya, seketika itu, dia merasa tenang, sebenarnya yang diinginkannya tidaklah banyak, namun begitu susah untuk diraih.

Karena rindu, pikirannya kosong dan kacau, semua adegan masa lalu memenuhi pikirannya, dan memenuhi dunianya.

"Wenny." Dennis tiba-tiba menghempaskan nafasnya, "Paman kecil benar-benar tidak ingin kamu menyentuh ini semua......"

"Ada apa dengan ini?" Wenny langsung menjawabnya, "Kedepannya jika waktu kita bersama sudah lama, tentu saja akan ada sakit dan derita, jika akulah yang terbaring diatas kasur pasien, kamu juga pasti akan menjagaku kan? untuk apa kita masih membeda-bedakan satu sama lainnya."

Kata terakhir diucapkan dan Wenny juga terpaku.

Dia menyadari bahwa dirinya salah menjawabnya.

Karena disaat itu, dia seolah merasa kembali pada masa lalu, namun semua sudah berbeda.

Wenny membawa ember itu dan pergi ke kamar mandi, dia tidak melihat ekspesi kaget Dennis.

Malam yang larut, Wenny duduk disamping Dennis dan menatapinya, dibawah sinar rembulan, terasa dingin dan juga lembut, matanya tidak bisa dikontrol dan mengalir beberapa tetes air mata.

Bagaimana ini, dia tiba-tiba menyadari bahwa dirinya tidak bisa menerima fakta seperti begini, paman kecilnya tidak melupakannya, hanya saja melupakan fakta mereka bersama.

Dan disaat Wenny terdiam, Dennis juga tidak tidur, tentu saja dia tidak bisa tidur, Wenny menjaga disampingnya, setiap gerakannya bisa dirasakannya, dia mengerutkan kening, menghempaskan nafas, bahkan suara tangisannya yang pelan, dan terakhir meluruskan pinggangnya lagi.......

Akhirnya Dennis berkata, "Wenny, ayo keatas kasur."

Wenny tercengang, "Pa, paman kecil....."

"Aku tentu saja tidak bisa membiarkanmu begini." Disamping sana sebenarnya ada kasur untuk menemani, namun Wenny tetap bersikeras ingin menemani disampingnya, dia bilang takut jika Dennis ada permintaan dan dia tidak bisa mendengarkannya.

Wenny menarik nafas dalam-dalam, hmm, paman kecil dulunya tidak akan seperti begini waktu bersamanya, namun dia juga hanya ragu-ragu sejenak, dia lalu langsung masuk kedalam pelukannya, dan membiarkan suhu badannya menghangatkan dirinya.

Dennis kesakitan, Wenny bergegas bergeser dan bertanya, "Paman kecil,......apakah bisa begini? apakah masih sakit?"

tampang Wenny yang lembut ini berbeda dengan tampang sombongnya yang sebelumnya.

Dennis menganggukkan kepalanya, dia berusaha untuk mengangkat tangannya dan memberikan lebih banyak tempat kepada Wenny.

Wenny tidak berani sembarangan bergerak, dia membalikkan badannya dan membelakangi Dennis.

Badannya yang kecil dikusutkan, bagaikan seekor udang kecil, sebenarnya Wenny sangatlah lelah, dia panas tinggi selama 3 hari, dan melakukan perjalanan jauh, langsung naik tangga dari bawah, dan juga memberi pelajaran kepada Hanna, merencanakan ini dan itu, dia benar-benar tidak kuat lagi, sekali terbaring dan santai, dia hampir langsung tertidur.

Wenny lebih cepat tertidur dibandingkan dengan Dennis, suara tidurnya terdengar dan menyebarkan rasa letihnya, dengan cepatnya dia mulai bergumam sendiri, "Paman kecil, mengapa kamu melupakanku?"

Perkataannya menusuk dihati.

Perlahan, lelaki yang terbaring disisi sana, Dennis, akhirnya mengulurkan tangannya dengan susah payah dan berhenti diantara rambut Wenny, akhirnya dia berkata dengan pelan, "Wenny, maaf."

Wenny tiba-tiba memutarkan badannya, mereka saling bertatapan.

Disebuah villa berlantai 2, salah satu kamarnya terang benderang, Charles tengah duduk didepan meja kerjanya dan sedang melihat isi dari usb ini.

Karena Charles belum tidur, Veronica sebenarnya juga sedikit tidak bisa tidur, dia bolak balik diatas kasur dan ketika bangun, dia langsung menerima panggilan telepon dari Lavenia.

Lavenia sedang sekolah di Inggris, dia masih sedang mempersiapkan ujian masuk sekolah, jadi seluruh jadwl hariannya akan dia beritahu kepada mereka lewat panggilan video, setelah pergi keluar negeri, Lavenia malah lebih stabil daripada dulu, dan juga dapat dilihat bahwa dia lebih baik daripada dulu.

Hanya saja menerima informasi dari dalam negeri menjadi lambat.

Lavenia baru saja mengetahui bahwa kakaknya bermasalah, dia bergegas menelepon ibunya, dan kebetulan Veronica belum tidur, dia mengangkat teleponnya dengan sadar.

"Ibu! apakah kakak tidak apa-apa?" Lavenia sangatlah tegang, "Kamu jangan menyalahkan kakak, dia juga bukan tidak ingin memberitahu kalian, sebenarnya dia takut kalian tidak setuju!"

Veronica langsung mengerti, Lavenia tahu akan hal ini sebelumnya? Hanya saja mereka kakak beradik terus saja menyembunyikan dari orang tua mereka.

Veronica menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, dia duduk dan berkata, "Dia ada di tempat Dennis......"

Seusai berkata, dia terhenti sejenak.

Lavenia kaget dan mulai memohon untuk kakaknya, "Ibu, paman kecil dan kakak benar-benar saling mencintai, kamu jangan menyusahkan mereka......aku sudah melihat fotonya, sebenarnya sangatlah buram, asalkan kakak tidak mengakui itu adalah dirinya saja sudah ok, hal ini sungguh mudah untuk diatasi."

Namun seusai berkata, Lavenia merasa dirinya terangkap oleh jebakan ibunya, dia tidak lagi melanjutkan perkataannya!

Melihat Lavenia yang terdiam bagaikan sinyalnya putus, Veronica mencibir dan berkata, "Lavenis, lanjutkan."

Lavenia seolah dirinya telah bersalah dan ingin segera bersembunyi kedalam lubang saja! Jebakan yang digunakan oleh ibunya sebenarnya begitu mudah, dia tanpa berpikir dan memasukinya, harus bagaimanakah itu.

Lavenia hanya bisa semangat dan lanjut berkata dengan gagap, "Ibu.......aku rasa kalian juga tidak bisa memisahkan kakak dan paman kecil, untuk apa melakukan hal untuk memisahkan mereka berdua, ka, kalian sendiri dulu juga sudah untuk bisa bersama, untuk apa menghalangi percintaan Wenny."

Veronica merasa kesal, dia bukannya ingin menghalangi percintaan Wenny, melainkan dirinya dan Charles merasa mereka berdua benar-benar tidak cocok.

Sekalipun Fernand dan Lavenia, Veronica juga masih memikirkan cara untuk menyatukan mereka.

Namun jelas bahwa kejadian sudah berkembang mengarah ke arah yang tidak ingin dia lihat namun juga tetap harus dihadapinya, perkataannya semasa muda.

Dia pernah meledek Dennis yang berumur 18 tahun dengan Wenny yang berumur 4 setengah tahun, namun dia tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menjadi begini, mungkin saja, benar-benar akan menjadi kenyataan.

Veronica tidak berbincang banyak dengan Lavenia, dia mengakhiri panggilannya dan Lavenia seharusnya akan memikirkan berbagai cara untuk meminta maaf kepada Wenny, namun sepertinya Wenny untuk sementara tidak bisa menerima sinyalnya.

Veronica terbaring didekat kasur, seketika hatinya kacau, dia berpikir terus dan memutuskan untuk pergi ke ruang kerja, suaminya tengah duduk didepan komputer dan sedang melihat sesuatu dengan serius, tampangnya itu, wajahnya, seolah sudah lama sekali dan tetap terukir didalam hatinya.

Veronica tahu bahwa Charles sedang melihat Usb yang diberikan oleh Wenny, dia langsung mendekat dan duduk disamping Charles, lalu bertanya dengan pelan, "apakah ada masalah dengan usb yang diberikan oleh Wenny?"

"Tidak bermasalah." Charles mematikan videonya, pemikiran orang-orang ini terlalu kotor, dia tidak ingn mereka mengotori mata Veronica, hanya saja dia menatapi Veronica dengan wajah serius, "Aku tidak peduli dengan kesalahan yang dilakukan oleh Wenny, namun aku tidak akan melepaskan orang yang memanfaatkannya."

Veronica tahu maksud Charles, dia mengatakan Hanny dan Harley.

Kedua orang didalam video sudah terlihat jelas, foto Wenny difoto oleh mereka dan dibagikan ke internet.

Meskipun Wenny bersalah, namun itu juga masalah personal, mempublikasikannya secara langsung akan berdampak terhadap nama baiknya, bahkan membuat masalah berkembang menjadi begini, kedua orang ini tidak bisa dimaafkan.

Didalam ruang pasien, sinar lampu sedikit kuning, Wenny merasakan nafasnya mulai terngah-engah, dia bahkan tidak berani percaya perkataan yang didengarnya tadi, 'Wenny, maaf.'

Mengapa dia harus mengatakan maaf? jangan-jangan dia sebenarnya tidak lupa kejadian antara mereka berdua?

Wenny tiba-tiba maju, dia langsung menarik baju Dennis dan bertanya, "Kamu ingat, benar kan? kamu jelas-jelas ingat, benar kan?"

Suaranya sangatlah tulus, bahkan boleh dibilang panik, jika paman kecilnya tidak melupakannya, maka mengapa akan muncul kejadian seperti itu?

Dennis tersenyum masam, tatapannya tersimpan terlalu banyak rasa maaf, Wenny mengerti akan tatapannya, wajahnya bergegas merah, "Dennis, kamu tidak ingin aku tinggal bilang saja, mengapa kamu harus berpura-pura kehilangan ingatan?? Masih Hipnotis, hipnotis dasar keparat!"

Wenny tidak tahan untuk berkata kasar, dia ingin turun dari kasur, Dennis mengulurkan tangannya dengan paksa, rasa sakit yang drastis membuatnya merintih, namun dia akhirnya juga menarik Wenny kembali kedalam pelukannya.

"Iya, aku salah." Dennis berkata dengan pelan, "Namun hal ini sangatlah rumit."

Wenny marah hingga sakit perut, dia sama sekali tidak ingin peduli dengan Dennis, namun dia juga ingin mendengar hal yang rumit ini, dia hanya bisa mencibir dan duduk ditempat semula tanpa mempedulikannya.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu