Unplanned Marriage - Bab 181 Baik, Cari Waktu Untuk Memperkenalkannya Ke Kakak

Lalu dia berbalik mengenalkan Adeline kepada Friscilia, dia berpikir sejenak lalu berkata, "Ini adalah adik kecil dari Ricky."

Selain dari unsur Ricky, sifat Adeline selalu ceria, dia mengedipkan matanya dan bertanya, "Jadi pria tampan diluar sana adalah siapa dari kak Friscilia?"

Pffttt.

Veronica tertawam "Iya, itu adalah suami dari Kak Friscilia, lelaki paling tampan di Hangzhou."

"Bagus sekali." Adeline memujinya setulus hati, sepasang matanya penuh dengan keirian, namun keiriannya tidak akan membuat orang benci, malah membuat orang gembira.

Friscilia menarik tangan Adeline dan bertanya dengan penasaran, "Gadis cantik seperti ini, apakah kamu sudah mempunyai pacar? jika tidak ada aku perkenalkan Antoni kepadamu, dan menculikmu ke Hangzhou."

Adeline tersenyum, "Sudah ada, baru saja aku mengenal satu, aku ingin mencobanya."

Sekali mengungkit sesuatu yang berhubungan dengan Ricky, dia tidak melanjutkannya melainkan mengganti topik pembicaraan dan menanyakan keadaan luka Charles, "Bagaimana dengan luka Direktur Charles? apakah baik-baik saja?"

"Tidak apa-apa." Veronica ragu-ragu sejenak, baru berkata, "Ada beberapa hal yang mana adalah sakit didalam hatinya."

"Tidak ada celah yang tidak bisa dilewatkan." Friscilia menasehatinya seolah dirinya pernah mengalaminya, "Sesusah apapun itu, asalkan dirimu mempertahankannya, maka pasti akan berjalan kearah yang terang, Veronica, jangan berpikir terlalu banyak, terkadang kamu sendiri yang berpikir terlalu banyak makanya tidak bisa keluar dari sini, sebenarnya keluar dan masuk terkadang hanya sebatas satu langkah saja."

Veronica bertanya, "Bagaimana denganmu, apakah kamu pernah mengalami hal seperti ini?"

Friscilia seperti teringat sesuatu, dia lalu menghempaskan nafasnya, "iya juga, terkadang aku hebat dalam menasehati orang, tapi jika aku sendiri yang berada dilingkungan seperti itu, aku juga tidak bisa keluar."

"Kakak Livina juga......" Adeline mempunyai maksud itu namun dia tidak berani bertanya terlalu jelas.

"Iya." Friscilia tersenyum, "Tapi tidak begitu rumit jika dibandingkan dengan Veronica, lelaki yang sudah berumur lebih dari 30 tahun, susah juga jika kamu menginginkan dia bagaikan kertas putih seperti dulu, Adeline, punyamu itu berumur berapa tahun?"

Adeline langsung menjawab, "37."

"......." Veronica dan Friscilia lansung terdiam.

Tapi sesaat kemudian Friscilia bertanya, "37, kalau begitu dia masih lebih tua dibandingkan dengan Livina, seperti Ricky saja, mengapa kamu mencari seseorang yang begitu tua?"

Adeline baru menyadari dirinya salah berucap.

Para wanita mengobrol bersama, tatapan Ricky terus saja melirik kearah itu, ini adalah pertama kalinya dia merasa kacau, bahkan perkataan Charles dan Livina saja tidak didengarkannya.

Hingga setelah Charles memanggilnya dua kali berturut barulah dia kembali sadar, "Apa yang kamu katakan tadi?"

Charles saling bertatapan dengan Ricky, barulah dia mengulanginya lagi, "Masalah Andre, carilah waktu untuk memindahkannya ketempat lain, jangan berada disini lagi, cepat atau lambat Albert pasti akan menemukan alamat aslinya, identitasnya sangatlah tidak biasa, jika terjadi apa-apa, Albert pasti akan mengeserkan kedendaman kepada kita, jika begitu kita akan mempunyai banyak masalah serius."

"Baik." jawab Ricky tanpa terlalu menghiraukannya.

baju pernikahan yang merah, rumah yang kosong, seisi ruangan penuh dengan keromantisan yang misterius.

Caroline membuka semua bajunya, dia menatapi dirinya yang kurus dari kaca, tangannya mengelus pinggangnya dan menuju kebawah ke perutnya, yang mana dulunya lembut dan bersinar namun sekarang sudah penuh dengan luka, tidak hanya sekali saja Albert menciumi lukanya, dia mengatakan sayang terhadapnya, dia akan mencari cara untuk memanjakannya."

------Dia adalah hewan peliharaanku yang paling lucu, selama ini aku paling menyukainya, tidak ada yang lain yang bisa membuatku lebih senang, sayang sekali......nyawanya tersisa 5 tahun, sudah rusak."

Badan Caroline gemetaran, karena terpikiran perkataan Albert dengan orang lain, dia mengedipkan matanya dan sedikit tersenyum sambil menatapi baju pernikahan yang merah itu.

Ketika menikah, orang-orang mengenakan gaun pengantin ala barat, tapi dia menginginkan baju pengantin berwarna merah, dia ingat dengan foto pernikahan Charles dengan Veronica, mereka mengenakan pakaian seperti ini, diatas sana ada phoenix, dengan benang emas disampingnya satu demi satu jahitan terlihat rapi dan teratur.

Caroline mengganti pakaiannya badannya yang kurus mengenakan baju sebesar ini, meskipun wajahnya terlihat murung, namun terlihat indah pada sudut pandang tertentu.

Caroline mulai berdandan didepan cermin, dia sudah lama tidak berdandan.

Caroline terus berpikir, jika dirinya tidak bertemu dengan Charles, tidak bertemu dengan Albert, apakah dirinya bias sampai tahapan seperti hari ini, tapi dia tidak mendapatkan jawabannya, mungkin karena dikehidupan sebelumnya dia sudah berhutang kepada kedua lelaki ini, satunya berhutang perasaan, satunya berhutang badan.

Jadi yang pertama dia bayar menggunakan hatinya, yang kedua dibayar menggunakan badannya.

Albert mengenakan pakaian Chinese tunic suit, badannya yang tinggi semakin ganteng ketika mengenakan pakaian ini ditambah dengan kaca mata.

caroline tersenyum, dia melangkah kedepan 2 langkah, dia lalu sedikit lemas, Albert langsung melangkah dua langkah dan menopangnya dan memeluknya kedalam pelukannya, dia lalu menopangnya dan membuat mereka saling bertatapan, "sayangku, hari ini kamu indah sekali."

Caroline tersenyum, "Seumur hidup ini aku menikah dua kali, pertama kalinya aku menikahi kakakmu, tidak ada acara pernikahan, kedua kalinya adalah menikahimu, aku sangatlah senang."

"Senang kenapa? bukankah kamu terus saja tidak menyukaiku?" Albert mencubit hidung Caroline secara pelan.

Caroline sedikit batuk, ditengorokkannya bagaikan ada api yang sedang terbakar, lalu dia bersandar di bahu Albert, dan menjawab, "Karena aku menyadari bahwa ada hal yang tidak bisa dipaksakan, Albert, dikehidupan ini aku tidak bisa mengembalikan hutang cintamu, aku akan mengembalikannya kehidupan datang, ok? aku akan memberikan semua cintaku kepadamu."

Albert langsung mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu ini?"

batuk Caroline tiba-tiba menjadi drastis, darah mulai mengalir dimulutnya, dia tersenyum, "Bukankah kata dokter penyakit ku ini harus dirawat baik-baik? Aku terlalu banyak berpikir dan meminta, aku terlalu ingin balas dendam.....Albert, aku takut aku tidak bisa melihat matahari esok hari."

Albert memeluknya erat, dia membawanya keluar, "Tidak akan, kamu tidak akan kenapa-kenapa, aku tidak mengizinkannya, aku tidak seharusnya meninggalkanmu di Shanghai, aku seharusnya langsung membawamu keluar negeri."

Mendengar perkataan Albert yang tulus, Caroline tertawa karena terlalu sedih, lalu dia menarik Albert, "Albert, aku tidak pergi kerumah sakit, hari ini adalah pernikahan kita, ciumlah aku sekali lagi, ok?"

Ini adalah pertama kalinya tatapan Albert terlihat kacau, namun dia tetap saja menganggukkan kepalanya, dia menciumi Caroline dengan lembut.

Ditangan Caroline tiba-tiba muncul sebuah pisau.

Cahaya matahari yang terpantulkan terlihat oleh Albert, tatapannya berubah ganas, dia menekan badan Caroline di lantai.

Caroline terjatuh di lantai, darah semakin mengalir dari mulutnya.

Albert melangkah maju, dia mengulurkan tangannya dan mencekik leher Caroline, dia mengangkatnya, "Dasar wanita jahat, kamu ingin membunuhku?"

Rasa sesak nafas membuat Caroline hampir tidak bisa menjawabnya, dia tersenyum dengan susah, suara senyumannya pecah belah, "Bukankah kamu mencintaiku? Jadi aku ingin kamu mati bersamaku, apakah kamu tega membiarkanku menjalani ini semua? Albert?"

Mata Albert berubah sipit, tatapannya semakin ganas.

Badan Caroline layaknya layang-layang yang benangnya putus, dilemparkan kearah kursi yang berada dibelakangnya.

Dia seolah adalah boneka yang sudah kehilangan nyawa, dia terbaring disana, jika bukan karena dadanya masih berdenyut kencang, akan membuat orang lain menyangka bahwa dia sudah mati.

Albert melangkah perlahan kearah Caroline.

Tatapannya yang awalnya lembut sudah pudar, melainkan menjadi ganas bagaikan serigala, seluruh pikirannya penuh dengan Caroline ingin membunuhnya, ingin mati bersama.

hingga telah sampai dihadapan Caroline, barulah Albert bertanya, "Mengapa?"

Mengapa.....

Caroline tiba-tiba mengulurkan tangan dan menahan wajahnya, air matanya berkucuran, dia mulai tertawa, "Albert Du! Sampai kapan kamu mau membohongiku? Aktingmu ini ingin diselesaikan setelah aku mati? Kuberterima kasih terhadap perhatianmu selama ini, ku berterima kasih!"

Wajah Albert berubah, dia lalu berdiri dan juga ikut tersenyum, nada bicaranya yang lembut juga berubah, "Sayangku yang baik, kamu dengar dari siapa, kapan aku berakting denganmu, aku selalu tidak menyamar kesukaanku terhadapmu, jika aku tidak menyukaimu, mengapa aku harus memperlakukanmu seperti begini?"

Caroline mengeluarkan kata "abnormal" tapi dia sudah tidak bertenaga, tangan Albert kembali mencekik lehernya, lehernya yang lembut itu sudah penuh dengan jejak tangan yang merah, dia berkata, "Sayang, kamu pasti sudah ditipu oleh orang lain, bagaimana boleh kamu mempercayai mereka, kamu adalah orang pada sisiku."

Tangan Caroline bergerak, lalu tersenyum, "Tadi kamu menciumku bukan?"

"Kenapa?" Alis Albert bergerak, dia merasakan ada yang tidak beres.

Caroline bangun dengan lemas, dia merasa kekuatan dirinya semakin hilang, rasa itu seolah nyawanya akan melayang, tidak pernah begitu jelas sebelumnya.

Namun Caroline sudah tidak peduli, seumur hidupnya ini adalah sebuah drama sedih, sekali dipikir, masa paling bahagianya adalah diberikan oleh Charles, namun masa paling menyedihkannya juga diberikan oleh Charles, sudah seharusnya dia begitu tertarik dengan Charles.

Sedangkan Albert yang berada dihadapannya ini.

Dia awalnya mengira dirinya bisa mengontrolnya karena dia begitu mencintai dirinya, namun Caroline sadar, semua ini hanyalah kesalahpahaman dirinya saja.

Albert, sebenarnya terus saja mempermainkannya.

Karena pemikiran ini, membuat Caroline semakin berani, dia tersenyum, "Apakah kamu pernah mendengar kata ciuman beracun? aku ingin mati, aku bisa menggunakan berbagai cara untuk mati, aku ingin kamu mati, aku juga bisa menggunakan berbagai cara untuk merealisasikannya, Albert, masuklah keneraka bersamaku!"

Dia tidak menggunakan kata-kata yang mengeluh dunia ini, bahkan dia terlihat seperti hanya sedang bermesraan dengan Albert saja.

Albert tercengang sejenak, lalu dia tersenyum, "Ciuman beracun?! baik, bagus sekali, Caroline, memang benar ada alasan aku menyukaimu."

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu