Unplanned Marriage - Bab 185 Aku Berharap Dia Bisa Melahirkan Anak Secepatnya

Dia dan Carlos terhitung ok, dia tidak seharusnya diganggu lagi oleh lelaki dibelakangnya.

Ternyata baru saja dia melangkah kearah kanan, bajunya langsung ditarik dan diseret oleh Ricky kemobilnya dari belakang.

Adeline duduk dikursi depan, dia sedikit tidak puas dan mengerutkan keningnya, "Aku pulang sendiri, kamu tidak perlu mengurusnya."

Ricky mengerutkan keningnya, "Siapa yang bilang akan mengantarkanmu pulang?"

Mobil Ricky berbalik, dia langsung menyetir pergi.

Adeline bertanya, "Jika tidak pulang mau kemana?"

Ricky tidak menjawabnya dan hanya menyetir dengan tenang.

Didalam kegelapan, terasa seolah tidak ada ujungnya, ada saja mobil yang lewat disamping mereka, Adeline melongo melihatnya, tatapannya kabur.

Bagaimana....

Ricky akan menikah.

baru saja pikiran ini muncul, dia langsung menepuk mobil, ini membuat Ricky mengerutkan keningnya, "Melampiaskan apa?"

"Bukankah kamu bilang kamu tidak menyukainya, kamu juga bilang akan membatalkan pertunangan dengannya, jadi selama ini memang benar kamu membohongiku, kamu terus berharap bisa menjauh dariku dan menikahinya, jadi baru saja putus kamu langsung....."

Mobil terhenti.

Ricku tiba-tiba turun dari mobil dan berjalan ke pintu Adeline, dan menyeret Adeline turun dan memasukkannya ke kursi belakang mobilnya, dengan begitu mereka bisa duduk bersama.

"Hanya boleh pejabat yang membakar, namun melarang rakyat untuk menyalakan? bukankah kamu berpacaran dengan Carlos, bahkan kamu akan menjadi ibu tiri dari anaknya yang berumur 5 tahun? Adeline mengapa aku tidak tahu bahwa kamu begitu tertarik dengan lelaki beginian, kamu bisa suka dengannya, atau kamu sudah tidak meminta apa-apa, siapa saja juga boleh?" Ricky menyipitkan matanya, dan bertanya.

Adeline mencibir, "Apakah menurutmu ini ulah siapa?"

"Cantik sekali." Ricky mengulurkan tangannya dan memegang dagu Adeline, dia lalu menuju kebawah menuju ke bahunya, "wanita yang berumur 23 tahun dan sudah bukan perawan banyak sekali, mengapa kamu membuat dirimu seperti ini."

Mata Adeline penuh dengan air mata, dia tidak mempercayai dirinya.

Sampai ujung-ujungnya dia mengatakan hal seperti ini kepadanya?

Tahun-tahun dulu yang membuatnya malu, masa-masa dia melawan moralnya, dimulutnya malah menjadi hal yang biasa saja.

Adeline lalu menepuk tangan Ricky, "Jadi dari awal kamu tidak berpikiran untuk menikah denganku, kamu menipuku terus."

"Terserah apa maumu, semuanya boleh." Ricky menarik Adeline kehadapannya, sedangkan tangannya yang lain akan membuka kancing bajunya, satu demi satu, dan sangat mahir, "Tapi kamu harus ingat, sekalipun kamu mencari Carlos, dia juga harus melihat apakah aku setuju atau tidak dia untuk meniduri apa yang telah aku tiduri."

"Apa maksudmu!" Adeline sedikit kacau, dia mendorong Ricky namun tetap tidak bias mengelak darinya, "Ricky, kita awalnya sudah damai, sekalipun putus kita juga tidak saling menganggu lagi, jangan seperti ini, ini hanya akan membuatku semakin dendam kepadamu saja!"

Dia tiba-tiba terpikiran dengan dirinya yang waktu itu tidak memperhatikan apa-apa, dan menariknya kedalam kamar, Adeline bagaikan seorang psk yang siap melayani pelanggannya, asalkan Ricky mau dia harus melayaninya.

Rasa takut itu memenuhi benak Adeline, dia mulai teriak karena ketakutan, kedua tangannya terus menepuk Ricky.

Dari awal dia terus menipunya, dia tidak pernah menyukainya, dia bagaikan berhasil menemukan sebuah mainan, saat senang, dia memanjakannya saat marah dia tetap hanyalah mainan yang dipermainkan saja.

apa-apaan keuangannya akan diserahkan, akan menikahinya, takut dia terlalu muda dan tidak ada yang menjaganya, semuanya adalah kebohongan.

Jari Ricky merambat diantara kemaluannya, seketika badan wanita ini menjadi lemas, dia tidak lagi melawan seperti tadi, lelaki itu meliriknya, dia sudah penuh dengan air mata, bahkan dia membuka kedua kakinya secara otomatis.

Dia tidak suka dengan tampangnya yang begini.

Yang lebih disukainya adalah ketika dia bermanjaan didalam pelukannya, dan berbincang terus mengenai hal hal kecil, atau mungkin dia sendiri yang datang untuk meminta, ketika dia sedang ramah dia seolah adalah seorang iblis kecil, intinya ketika dia baik dengannya, dia memang benar-benar bersedia memberikan sedunia ini kepada wanita ini.

Tapi wanita ini membelakanginya, dan berkencan buta dengan lelaki lain.

Tampangnya biasa, hartanya biasa, bahkan mempunyai putri berumur 5 tahun, apakah dirinya lebih buruk daripada Carlos itu!

Ricky marah, namun dia tidak bisa memperlakukannya seperti itu, akhirnya dia melepaskannya, dan merangkulnya kedalam pelukannya, suaranya juga menjadi lembut, "Kamu bilang kamu tidak ingin aku menikah, maka aku tidak akan menikah."

Adeline membuka matanya secara perlahan, sepasang matanya kembali menatapi Ricky.

Dia seolah tidak pernah mengenal orang ini, lalu tersenyum, mempermainkan dia lagi, apakah begitu serukah mempermainkan dia?

"Menikahlah, kamu menikah atau tidak sudah tidak ada hubungannya denganku." Adeline mencibir dan mendorong Ricky, dia mulai mengenakan pakaian.

Ricky awalnya tercengang, lalu berubah marah, dia membiarkan Adeline duduk dikursi belakang dan tidak mempedulikannya lagi, dia kembali menyetir, "Ini katamu."

"Iya, aku yang mengatakannya."

Paling bagusnya yaitu tidak lagi berhubungan sama sekali, dengan begitu dia akan selamat darinya!

Adeline duduk dikursi belakang dengan marah dan merenung.

Setelah kembali ke gang tokonya, dia baru saja masuk kehalaman dan dia langsung terkejut karena lampu di halamannya terang, dan ada seorang wanita yang mengenakan baju berwarna biru muda tengah duduk dibawah pohon, dia melihatnya, ternyata adalah Veronica.

"Kak Veronica, mengapa kamu kesini hari ini?" mata Adeline masih merah, dia bergegas mengeluarkan cermin untuk melihatnya, untung saja tidak begitu terlihat, barulah dia berlari kearah Veronica.

Veronica mengelengkan kepalanya, "Aku tidak ingin pulang hari ini, aku ingin menginap disini satu malam."

"Oh, baik." Adeline merasa ada yang tidak beres dengan Veronica, dia terlihat murung, namun memang sepertinya belakangan ini dia banyak masalah, semua orang juga begitu, bukankah dirinya juga seperti itu? ketika akan membereskan kamar untuk Veronica, Adeline seperti teringat sesuatu, dia lalu mundur, "Kak Veronica, apakah kamu juga bertengkar dengan Direktur Charles?"

"Tidak bertengkar." Veronica tersenyum, dia seolah menasehati dirinya, hanya saja ketika terpikiran dengan kata yang berada di atas batu nisan itu, lalu berkata dengan Adeline, "Aku berencana untuk berpisah dengannya."

"Baguslah, memang bagus juga putus." Adeline bergumam lalu tiba-tiba melotot Veronica, "Kak Veronica, perutmu saja sudah terlihat jelas, kamu masih mau putus dengan Direktur Charles, mengapa?"

"Tidak kenapa-kenapa." Veronica menghempaskan nafasnya, "Mungkin takdir, ada hal yang tidak bisa dipaksakan, lagipula Caroline sudah mati, kematiannya membuat kami tidak sanggup menahannya."

Adeline lalu mengambil bangku dan duduk disamping Veronica, dia lalu berkata kepada Veronica, "Dia juga, dia bilang dia akan menikah, ketika aku mendengarkannya aku benar-benar terkejut, dasar lelaki jahanam ini, apakah dia mengira bahwa dia berkata seperti itu dan aku akan menangis terus? baiklah, aku memang menangis, tapi aku berharap dia bisa bahagia bersama Sherlyn dan melahirkan anak secepatnya, hehehe."

Veronica sedikit tidak mengerti tawakan Adeline yang misterius itu, hanya saja ketika mengatakannya, dia merasa lega.

Melihat adeline yang tersenyum, Veronica juga ikut tertawa.

Dia merasa belakangan ini dia semakin suka berinteraksi dengan Adeline, wanita inilah baru seperti bunga yang berada dicelah dinding itu, meskipun tumbuh dalam celah namun tetap mekar dengan indah.

Friscilia dan Livina tidak bisa menetap di kota Shanghai, mereka masih punya banyak hal yang belum diselesaikan di Hangzhou, jadi keesokkan harinya mereka langsung pulang.

Veronica tidak pergi kebandara, dia tahu Charles pasti akan mengantarkan mereka hingga ke bandara, jadi dia mencari Friscilia dan mengobrol lama, barulah dia mengantarkan mereka.

Veronica tidak mengatakan rencananya kepada Friscilia mengenai dirinya dengan Charles, meskipun mereka akrab, tapi ini adalah masalahnya sendiri, jalan juga milik sendiri, orang lain hanya bisa membantu sesaat saja, tapi tidak bisa menolong seumur hidup, pada akhirnya butuh diri sendiri juga yang menjalankan jalan milik sendiri.

Sore hari, Veronica pergi ke Perusahaan Gu, meskipun sedikit penasaran mengenai kemana perginya Veronica beberapa hari ini, namun Elvian juga tidak banyak bertanya, bagaimnaapun juga penampilan Veronica beberapa hari ini tergolong baik, meskipun tidak pergi ke kantor, namun dia tetap akan meneleponnya.

Sebenarnya Elvian lebih bersedia Veronica tidak pergi ke kantor, semakin banyak dia ikut dalam urusan kantor, Elvian semakin sulit untuk beraksi.

Veronica baru saja duduk, Corinne langsung berjalan kesampingnya dan berbisik, "Kak Veronica, apakah kamu baik-baik saja?"

Hari itu Veronica pergi terburu-buru, dan Corinne juga tidak bisa membantu, dia hanya bisa menunggu saja.

Veronica mengelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, sudah tidak apa-apa."

Kebakaran hari itu tetap menakutkan bagi Veronica, tapi yang benar-benar membuatnya sedih bukanlah kematian Caroline, melainkan tulisan yang diukir dibatu nisan itu.

Corinne menyentuh Veronica, "Kak Veronica, apakah kamu tahu belakangan ini Eliana datang mencari Direktur Elvian berkali-kali, Direktur Elvian terus tidak mempedulikannya, Eliana sungguh aneh sekali."

"Mengapa aneh?" tanya Veronica sambil berbisik.

"Jika dia membesarkan masalah, Direktur Elvian pasti malu didepan publik, bayangkan saja, Eliana masih mengangkut nama tunangan dari Tuan Muda Kedua keluarga Tsi, jika dia mengatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah anak dari Elvian, maka bayangkan saja apakah Direktur Gu akan mempergunakannya atau tidak."

Analisa Corinne membuat Veronica tercengang, kedua matanya terlihat kaget, jika Eliana terus melakukannya, Elvian juga sepertinya tidak bisa mengurusnya.

Veronica menjebak Eliana dan Elvian bermusuhan disatu sisi karena ingin melihat seberapa penting dirinya di hati Elvian, disisi lain dia juga ingin Eliana lebih sadis, Eliana mengetahui banyak rahasia Elvian, jika Eliana mau mengkhianatinya, maka hal ini sebenarnya adalah hasil yang paling dinantikan oleh Veronica.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu