Unplanned Marriage - Bab 110 Ingin Cari Pria Lain? (2)

Tapi saat dia melangkah masuk ke dalam kamar presidential suitenya itu, Adeline baru menyadari pandangan matanya yang penuh dengan sindiran itu, dia pun langsung mengingat, "Tidak mungkin, kamu punya rumah di kota ini."

"Oh. Kamu baru ingat sekarang, tidak sesuai dengan otakmu ini." Ricky sudah menyuruh orang menjaga di luar, saat membuka pintu Adeline melihat ada beberapa penjaga di pintu, dia pun langsung menutup pintu dengan pasrah, sepertinya kali ini dia tidak bisa lari.

Adeline langsung memutar badannya, dan berjalan kembali ke ruang tamu.

Ricky meletakkan sebotol wine di atas meja, wine itu berwarna merah tua, dan dia pun sedang memegang segelas wine di tangannya, menggerakkan gelas dengan perlahan, gerakan itu sangat memikat dan membuatnya berdebar-debar.

"Ngapain lihatin aku?" Ricky menyuruhnya duduk di depannya, "Kamu tertarik padaku?"

"Pria yang sudah mau berumur empat puluh, kamu tidak tahu malu?" Adeline duduk di depannya sambil mengomel, "Kakak, aku tahu aku berhutang banyak kepadamu, tapi aku ingin kebebasan."

Setelah itu dia menunduk kembali, tidak berani melihat ekspresi Ricky.

"Lagipula, aku terus-terusan begini denganmu juga tidak baik." Adeline berpikir, bagaimanapun juga dia harus menjelaskan masalah ini, kalau Ricky mau menyelesaikannya, itu akan sangat bagus, tapi kalau tidak mau, dia terpaksa harus melarikan diri sekali lagi.

Kali ini dia harus lari jauh-jauh!

"Kamu... dan aku terus-terusan bagaimana?" Ricky tersenyum, pandangan matanya seperti sedang menyindirnya.

"Hubunganmu dengan kakak ipar juga lumayan baik, jangan siksa aku lagi. Setiap saat aku di rumah itu, aku merasa sangat terkurung, semua orang melihatku dengan pandangan aneh, ditambah lagi ibuku sedang sakit, aku harus merawatnya." Adeline mengingat dulu saat tinggal di rumah keluarga Shen, dia sangat menderita.

Sebenarnya sifat Adeline juga sangat fleksibel, dia bukan adik kandung Ricky, saat mengatakan ini dia tidak merasa terbebani sama sekali.

Kalau bukan melihatnya membawa tunangannya pulang dan memamerkan di hadapan ayahnya, dia merasa dia tidak perlu melarikan diri.

"Ibumu?" Ricky tertawa, pandangan matanya tiba-tiba berubah tajam, "Ngapain kamu peduli, dia mau hidup atau mati, bukan urusanmu."

"Ibuku bersalah kepada kalian, tapi dia ibuku." Adeline berkata pasrah: "Saat aku bersamamu, kamu tidak membolehkanku merawatnya, aku juga tidak bisa lari, lalu aku harus bagaimana?"

Saat berumur delapan belas tahun, dia sudah mulai berhubungan dengan Ricky, dalam waktu tiga tahun ini, dia seperti sebuah boneka, dia hanya ingin menebus kesalahan ibunya, apapun yang Ricky lakukan terhadapnya dia tetap bersabar, tapi dia tidak membolehkannya sekolah, tidak membolehkannya bekerja, dan mencari uang untuk ibunya, tiga hal ini membuatnya merasa sangat capek.

Sebenarnya dia juga punya perasaan terhadap Ricky, bagaimanapun juga sudah tiga tahun, mereka termasuk sudah pacaran selama tiga tahun, tapi tiba-tiba Ricky membawa tunangannya pulang, dia tentu tidak bisa menerimanya.

Adeline menunduk, "Sudah bertahun-tahun... Kakak, aku pikir kita sudah harus berakhir."

"Tidak boleh." Ricky bersandar dan tetap menggerakkan gelas wine itu, "Hutangmu padaku, selamanya tidak akan terbayar."

Adeline merasa jengkel, "Aku masih muda, aku masih mau menikah!"

"Jadi, tujuanmu memang mau melarikan diri." Ricky berdiri dan berjalan ke belakang Adeline.

Kulitnya putih dan mulus, gadis yang duduk di bawah sinar matahari ini membuat Ricky menelan ludahnya, dia membungkukkan badannya dan berbisik di telinganya: "Kenapa, kamu ingin cari pria lain? Satu saja tidak puas."

"Kamu jelas-jelas tahu aku tidak bermaksud begitu!" Adeline mengangkat kepalanya, tapi malah tertahan oleh sebuah tangan.

Tangan itu panjang dan putih, wajah yang indah itu membuat Adeline berkedip-kedip, dia ingin sekali mengomel, wajah seperti ini sama sekali tidak terlihat seperti wajah seorang pria yang hampir berusia empat puluh tahun, Ricky menciumnya, "Pergi mandi."

Adeline gemetaran, dia tentu tahu apa maksud Ricky, mengapa gadis sepintar dia, setiap kali bertemu dengan Ricky malah jadi bodoh seperti ini?

"Hari ini aku, aku tidak mood." Jawab Adeline.

Ricky melepaskan tangannya lalu mencubit ringan pipinya, "Yang nurut dong, kamu sudah besar, kalau tidak cepat-cepat berbuat baik, nanti kesempatanmu semakin berkurang. Lagipula, kalau kamu tidak nurut, kamu tahu kan apa akibatnya?"

Adeline tidak menjawabnya, dia berjalan ke kamar mandi, tapi saat berdiri di depan pintu, tiba-tiba dia mengingat sesuatu, "Aku tidak bawa baju tidur."

"Memangnya perlu pakai baju? Selesai mandi langsung baring ke ranjang."

Adeline pun berjalan masuk, Ricky tiba-tiba berekspresi dingin, dia mengambil gelas wine itu dan meminumnya, lalu berjalan ke depan pintu kamar mandi dan melepas bajunya, membuka pintu dan berjalan masuk, lalu menguncinya.

Cahaya matahari pagi masuk ke dalam kamar presidential suite itu, sesaat kemudian, suara menyenangkan itu terdengar kembali.

Adeline berbaring di atas ranjang, tapi pria di belakangnya masih saja mengerumuni dirinya, awalnya dia merasa sekujur tubuhnya sudah sangat lemah, tapi seketika dia ditarik kembali.

"Aku ingin tidur..." Adeline memurungkan mulutnya, "Aku masih mau kerja."

Ricky berhenti sejenak, lalu menepuk bokongnya yang putih dan bulat itu, seketika ada bekas merah terlihat.

Adeline tiba-tiba tersadar, tadi dia tidak menurutinya lagi, sekarang dia pun membuka kedua kakinya dengan perlahan, bagian yang sensitifnya itu pun terpampang di bawah mata Ricky.

"Bukannya kamu sudah tidur?" Ricky pun memasukkan bagian tubuhnya yang sudah mengeras itu, setelah mengerang puas, dia pun menggigit telinga Adeline, "Burung kecilku ini setiap pagi harus makan."

Lekuk tubuh gadis ini sangat indah, setiap bagian terlihat sangat manja dan sangat memikat, apalagi di pagi hari, ada aroma yang khas, yang membuat Ricky ingin terus merabanya.

Adeline terdorong hingga ke depan, dia tidak bisa memungkiri, sebenarnya kalau dia menurut, rasanya lumayan nyaman dan nikmat, selain gerakan yang kuat membuatnya tidak bisa menahannya, tapi Adeline tetap mengomel, "Burung kecilmu itu lima belas tahun lebih tua dariku, kamu masih menyebutnya burung kecil?"

"Oh..." Ricky mencium pipinya, "Itu tandanya aku tua tapi kuat, bagaimana rasanya, enak kan?"

"Dasar..." Walaupun diciumnya, tapi gerakan yang tiba-tiba menjadi cepat itu membuat Adeline merasa kesakitan, biasanya dia juga jarang olahraga, tapi tenaganya ini benar-benar diluar dugaannya, apalagi dia sudah berumur 37, umur 37, ngapain mencelakakan diri sendiri.

Ricky berbisik, "Sayang, kamulah yang terbaik untukku, kenapa harus pergi."

Adeline sudah tidak bisa menahannya, sekujur tubuhnya semakin gemetaran.

Saat Ricky terdorong, dia langsung mengeluarkan cairan ke dalam tubuh Adeline.

Ricky melihat jam dan merasa kesal, baru setengah jam, setengah jam saja sudah...!

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu