Unplanned Marriage - Bab 137 Dia Menciumnya? (2)

Masih banyak hal yang belum selesai, sepertinya ia belum bisa meninggalkan kota ini dalam waktu dekat. Mungkin ia tidak menghadiri reuni keluarga Tsi. Pabrik parfum memang sebuah pekerjaan yang sangat merepotkan.

Keadaan mansion sangat kacau. Beruntung mereka dapat menemukan ritmenya tak lama kemudian. Di bawah pengaturan Pengurus Chen, Bibi Lin bertanggung jawab mengambil obat untuk Nona Ren. Dokter keluarga pun dengan cepat datang.

Setelah pemeriksaan dasar, Caroline perlahan-lahan tersadar. Matanya sedikit terbuka. Sosok pria itu perlahan masuk pandangannya.

Air mata Caroline jatuh setetes demi setetes. Ia teringat kata-kata Charles di televisi tadi, ia langsung menanyakannya, "Charles, kau sedang berbohong kan? Apa yang au ucapkan semuanya palsu, benar kan?"

Caroline duduk dengan bertumpu pada kasur. Sorot matanya yang berkilau menatap lurus Charles, "Charles, jawab aku. Beritahu aku secara langsung, aku bisa menerimanya."

Meskipun air matanya masih terus mengalir, namun suara Caroline terdengar jauh lebih kuat, "Sebenarnya aku sangat mengerti dengan kondisi tubuhku. Aku juga tidak berencana sungguh-sungguh bagaimana denganmu. Kadang aku memahami beberapa hal, hanya saja hatiku belum bisa menerimanya. Charles, sudah belasan tahun, kau juga bilang orang bisa berubah dalam waktu belasan tahun. Aku berubah, kau juga berubah. Aku mengakuinya. Jadi, apapun yang kau katakan padaku, aku bisa menerimanya."

Charles menerima gelas pemberian Bibi Lin, lalu memberikannya pada Caroline, "Minumlah obatnya dulu."

Caroline menggenggam gelas itu dan bersiap meminum obatnya, namun rasa sakit dalam hatinya semakin menjadi-jadi. Charles jelas-jelas bisa menyuapinya, tapi sikapnya begitu asing. Jarak di antara keduanya membuat Caroline merasa hubungan mereka semakin samar.

"Kau tidak salah dengar, itu adalah kata-kata hatiku."

Charles terdiam sesaat sebelum akhirnya mengakuinya di hadapan Caroline.

Dulu, asal dia mengatakan hal-hal seperti ini, Caroline pasti langsung memucat dan hampir pingsan, jadi saat ia selesai mengatakannya, matanya tak henti memperhatikan ekspresi Caroline. Saat dilihatnya Caroline tak seperti sebelumnya, ia baru menghembuskan napas lega.

Caroline menundukkan kepalanya. Tangannya terkepal erat. "Ternyata...ternyata memang benar karena kau menyukainya. Lalu beritahu aku, apa karena tidak suka dengan keadaanku yang sekarang?"

"Bukan tidak suka," Charles telah memutuskan akan berterus terang dengan Caroline hari ini, jadi ia tidak menutupi apapun, melainkan menjelaskan semuanya pada wanita itu, "Saat itu kita masih terlalu muda. Kita hanya terpicu dorongan sesaat terhadap cinta. Dia sangat cocok denganku. Dalam banyak hal, kami sejalan, karena aku bukan Charles yang seperti belasan tahun lalu."

Caroline terisak sejenak, pandangannya suram, "Benarkah? Kupikir juga begitu, sudah selama ini..."

"Caroline, sebenarnya Albert juga baik. Aku bisa melihat kalau dia sangat mencintaimu," pikir Charles untuk menghiburnya, "Kali ini dia tidak ada, dia juga tak bisa menolongmu, ditambah lagi kalian sangat ditakdirkan bersama. Caroline, apapun itu lihatlah ke depan."

Caroline menggeleng pelan. Setelah lama sekali, ia baru menarik napas panjang. Susut bibirnya menyunggingkan senyum, "Charles, ada 1 hal yang ingin kurundingkan denganmu."

"Katakan, selama aku bisa membantumu."

"Beberapa hari lalu Bibi Lin bertanya pada dokter. Katanya lebih baik aku pergi ke tempat asing untuk memulai hidup baru, jadi aku ingin meninggalkan negeri ini, dengan begini aku juga bisa menjauhi Andre. Bantulah aku mengurus izin berobat ke luar negeri, lalu cari waktu untuk mengantarku ke sana, bisakah?"

Permintaan Caroline membuat Charles tak bisa membantah. Ia mengangguk mengiyakan, "Baik, bagaimana dengan Swiss? Menurutku pemandangan di sana bagus."

"Baiklah," Caroline tersenyum lega, membuat seisi ruangan jadi cerah.

Charles kembali membicarakan beberapa hal dengannya, kemudian pergi.

Saat sosok Charles menghilang di luar pintu, senyum di bibir Caroline perlahan mendingin. Ia meminta ponselnya pada Bibi Lin, lalu menelepon sebuah nomor yang tak asing.

Albert mengangkat teleponnya.

"Caroline? Bukankah kau tak pernah suka meneleponku? Ada apa, kau merindukanku?" Nada bicara Albert sangat sembrono dan santai, juga mengandung keterkejutan.

Caroline hanya berdehem ringan, lalu berkata dengan suara serak, "Albert, sekarang aku ingin bertemu denganmu, temuilah aku, ya?"

Saat Albert sampai di mansion Caroline, wanita itu sedang duduk di dalam kamarnya. Tubuhnya yang kurus kecil sedang bersandar pada sisi jendela, tampak lemah dan kesepian.

Bibi Lin memberi isyarat pada Albert, namun tidak menghentikannya untuk masuk.

Tuan Tsi sudah berpesan padanya sebelum pergi, agar melarang orang lain untuk masuk, kecuali Albert.

Meskipun Bibi Lin penasaran sebenarnya ada hubungan apa antara Nona Ren dengan kedua pria ini, tapi ia adalah orang yang bijak. Ia tidak akan menanyakan pertanyaan dalam hatinya.

Setelah mempersilakan Albert masuk dengan hormat, Bibi Lin menutup pintu dengan penuh pengertian.

Baru saja Albert melangkahkan kakinya, Caroline langsung berlari menyerbunya dengan kaki telanjang. Ia langsung memeluk pinggang Albert.

"Caroline? Ada apa?" Albert agak terkejut dengan sikap ramah Caroline. Kebahagiaan ini datang terlalu cepat. Meski begitu ia tetap merengkuh tubuh Caroline setelah terhuyung-huyung sesaat. Ia duduk di kasur di belakangnya, sambil tetap memeluk wanita mungilnya.

Mata Caroline sangat merah, bibirnya pucat. Seluruh wajahnya menampakkan warna pucat yang tidak sehat. Albert mengecup pipinya dengan iba. Ia juga berkata dengan suara serak, "Apa karena kata-kata Charles di televisi?"

Caroline tidak menjawab.

Tapi sikapnya yang tidak menjawab ini membuat hati Albert makin terasa dingin.

Dia jelas tahu kalau hasilnya akan begini, tapi tetap saja ingin tinggal di sisi wanita yang seperti ini. Sebetulnya kalau dilihat-lihat, Caroline tidak sebanding dengan semua wanita di sekelilingnya. Kondisi kesehatannya tidak baik, setiap hari murung, tapi Albert, tetap saja menyukainya. Di matanya tak ada orang lain lagi selain dia.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu