Unplanned Marriage - Bab 352 Semua Hanya Salah Paham!

Dia tidak menyangka setahun demi setahun bersamanya, dia hanya dianggap sebagai seorang asisten saja.

Bahkan setelah berkali-kali Wenny marah, Dennis pun berkali-kali membataskan diri dengannya.

Jelas-jelas dia tidak melakukan apapun!!

Dennis tidak berencana menjelaskan isi hatinya kepada Hanny, ataupun menjelaskan hal ini, dia hanya bisa menjelaskan kepada wanita yang disukainya.

Dia pun menggeleng, "Sudahlah. Yang berlalu biarlah berlalu, tidak ada awal maka tidak mungkin ada proses."

Hanny berjalan mundur dua langkah, dia memang sedikit merasa tidak rela, dia mengira dia cukup mengerti Dennis, asalkan Dennis tidak bersama Wenny, maka Dennis akan bisa bersama siapapun.

Hanny berpikir dia masih berkesempatan.

Tapi kali ini pemikirannya itu telah dihancurkan Dennis.

——————————

Christian mengantar Wenny ke rumah yang ada di daerah Timur, sebelum naik ke atas dia menanyakan kepada Wenny apakah dia perlu membantu untuk bersih-bersih.

Kesan Wenny terhadap Christian lumayan baik, dia menggeleng dan berkata tidak perlu, dia masih punya banyak waktu untuk bersih-bersih, tidak perlu membantunya.

Tapi sebelum Christian pergi, tiba-tiba dia mengingat sesuatu dan memanggilnya, dia tersenyum dan berkata, "Kamu sudah melakukan hal ini dengan baik, memberitahuku kalau kunci rumah masih belum diserahkan, kamu orang yang pintar, kalau begitu cepat serah terima tugas dengan Hanny ya, oke?"

Christian pun menjawab oke.

Masih ada beberapa hal yang belum diserahkan Hanny, Christian telah melaporkan semuanya kepada Wenny, sejak malam itu saat Dennis pergi mencari Wenny, Christian pun tahu siapa orang yang benar-benar ada di hati direktur Zhou.

Kebetulan Veronica akan datang mengunjungi Wenny, dia pun memikirkan sebuah cara untuk menyelesaikan dua masalah, pertama, mengusir Hanny si wanita sok suci ini, kedua, membuat Dennis mengetahui sifat asli Hanny.

Dia merasa terkadang wanita seperti petarung, keadaan memaksa mereka untuk berpikir keras dan bertarung.

Sebenarnya Wenny juga tidak suka dengan keributan-keributan seperti ini, tapi dia tidak punya cara lain, dia harus menghadapinya, kalau tidak, apa yang akan didapatkannya nanti?

Wenny mengeluarkan kunci dan membuka pintu, setelah mendorong kopernya masuk, dia pun menghela nafasnya.

Tidak tahu apa yang akan dilakukan Dennis dengan rumah ini, sebuah apartemen studio, desain interiornya juga lumayan bagus, gaya desainnya indah, sepertinya sudah lama tidak dihuni, makanya banyak debu.

Mengingat malam ini ibunya akan datang, dia pun bingung.

Tuhan pun tahu dia paling benci bersih-bersih rumah.

Tapi demi menghindari ibunya, dia memutuskan untuk sementara menganggap tempat ini sebagai rumah keduanya, setidaknya bisa digunakan saat ibunya datang memeriksanya.

Mengingat ini, dia pun melipat lengan bajunya dan mulai bersih-bersih.

Barangnya tidak terlalu banyak, dia juga mengambil kain seprei dari ranjang Dennis dan digunakan di tempat tidurnya ini, sedikit kebesaran tapi tidak terlalu jelek.

Setelah itu dia pun mulai membereskan lemari, melap meja, terlihat sangat bersemangat.

Bahkan saat Dennis menelepon pun tidak diangkatnya.

Dia juga menemukan beberapa baju pria di dalam lemari, model dan warnanya sama seperti yang dipakai oleh Dennis dulu.

Wenny pun tertawa, Hanny benar-benar salah besar, dia ingin menciptakan kesalahpahaman?

Kenapa wanita ini masih saja tidak paham?

Apakah dia tidak tahu Wenny Gu adalah wanita yang tidak mau rugi dan tidak suka menyimpan emosinya?

Wenny pun mengambil hpnya, mengambil beberapa foto dan dikirim ke Dennis, dia menulis pesan: Sudah lihat? Tidak kusangka ternyata paman kecil dan Hanny si wanita cantik itu pernah tinggal bersama disini, rumah ini kamu jadikan sebagai tempat penyimpanan wanita ya?

Dennis pun membalas: ...

Setelah beberapa saat dia membalas lagi: Angkat telepon.

Wenny tidak mempedulikannya, dia terus melap meja dan membereskan rumah, tidak lama kemudian, Arnold meneleponnya dan menanyakan keberadaannya, dia ingin memberinya data tari solo.

Wenny mengatakan kalau dia sedang membereskan rumah, nanti dia akan menelepon kembali.

Arnold pun setuju, dia menanyakan alamat Wenny dan menutup teleponnya.

Veronica telah datang, saat itu sudah jam delapan malam, dia pun mengerutkan alisnya dan berkata: "Wenny, kenapa rumah ini bau."

Wenny menghela nafasnya, tadi dia sudah berusaha menghilangkan bau ini selama beberapa jam.

Dia pun langsung menarik tangan ibunya dan berkata: "Sudahlah. Ibu, ibu kok punya waktu datang kesini melihatku."

Veronica menyodorkan sebuah kotak makanan kepadanya, "Ibu Yang memasak sup kesukaanmu, dia bilang ingin memberikan kepadamu. Aku pikir kebetulan aku datang melihatmu, makanya sekalian kubawa. Bagaimana, masih terbiasa tinggal disini?"

"Terbiasa, sudah terbiasa." Jawab Wenny. Dia sedikit merasa bersalah, dia masih tidak tahu harus bagaimana mengatakan kepada ibunya tentangnya dan Dennis .

Sepertinya ibunya masih oke-oke saja.

Yang paling sulit adalah ayahnya.

Veronica berdiri dan mulai melihat tempat tinggalnya, sebenarnya Veronica merasa sedikit bersalah kepada anak perempuannya ini, Wenny sudah mandiri sejak kecil, dia dan Charles bisa dibilang tidak terlalu mengurusnya.

Memang Wenny juga baik dan pintar, kalau tidak, mereka pasti tidak akan bisa setenang itu.

Tapi walaupun begitu, terkadang memikirkan penderitaan yang dirasakan Wenny, Veronica merasa sangat bersalah kepadanya, sampai akhirnya, terkadang bukan mereka tidak ingin mengurus Wenny, tapi Wenny yang tidak perlu diurus mereka.

Ini semua sudah menjadi kebiasaan, apakah karena Veronica dan Charles telah mengabaikan Wenny? Bukannya tidak sayang, hanya saja, Wenny sudah terbiasa sendirian di luar.

Desain rumah ini lumayan, hanya saja terasa sedikit kosong, karena tidak ada apapun, melihat Veronica masih ingin memeriksa lebih banyak lagi, Wenny pun menariknya ke sofa, "Apa lagi yang mau kamu lihat, aku kan baru pindah, barang-barang juga masih di dalam koper. Beberapa hari ini aku belum sempat menghubungi Lavenia, bagaimana kabarnya?"

Perhatian Veronica berhasil dialihkan Wenny, dia menoleh melihatnya, menepuk tangannya dan berkata: "Lavenia ya... Dia benar-benar tidak bisa membiarkan orang tenang. Sekarang dia ngotot ingin mengikuti sebuah acara dengan Cornelius. Gara-gara ini, ayahmu pun sakit."

Wenny sedikit terkejut, tidak disangka Lavenia mulai menentang demi masalah dirinya sendiri, dia pun bertanya pelan, "Ibu, selama ini Fernand sudah tinggal di rumah, harusnya kalian sudah bisa melihat sifat aslinya bukan? Dan masalahnya itu apakah kalian sudah mencari tahu, kalau memang dia baik, biarkan saja dia bersama Lavenia."

Veronica menghela nafasnya, "Masalah Cornelius sebenarnya sudah hampir tahu. Ayahmu juga pernah melihat data Fernand, selama dia menjadi artis, masih belum ada gosip yang terlalu besar."

"Bagus dong kalau begitu." Wenny tersenyum, "Bukannya kamu sudah sangat merindukan kakak Cornelius? Kalau Lavenia bisa bersamanya, bukannya sangat sempurna."

Veronica sedikit sedih melihat Wenny, "Benar, aku juga merasa bagus. Tapi Lavenia masih terlalu kecil..."

"Kecil apaan bu." Wenny berkata, "Sudah sembilan belas tahun. Zaman dulu umur empat belas saja sudah bisa melahirkan anak! Orang yang kita tahu asal-usulnya tentu tidak apa-apa kalau mereka bersama, Lavenia juga sangat menyukainya kenapa harus memisahkan mereka. Ayah benar-benar ketinggalan zaman, masalah seperti ini saja malah jatuh sakit."

"Beda lagi kalau Cornelius masih mengingat kita, tapi jelas-jelas dia sudah tidak mengingat kita."

Setelah perkataan ini, Wenny baru mengingat kalau dia belum membuat teh untuk ibu, tapi tiba-tiba dia mengingat kalau dia juga tidak tahu teko dimana! Untunglah Veronica tidak terlalu peduli dengan hal ini, di dalam kepalanya hanya ada masalah Lavenia dan Fernand.

"Saat itu dia masih berumur enam tahun bukan." Wenny berpikir-pikir: "Menurutku dia tidak sepenuhnya lupa, mungkin masih ingat sedikit. Aku lihat dia juga sangat baik kepadamu, kedekatan ini seharusnya tidak disengajakan."

Veronica mengangguk.

Fernand memang baik kepadanya.

Semenjak dia tinggal di rumah, Fernand pun membeli beberapa hadiah untuknya, dia meminta ibu Yang untuk menaruhnya di meja riasnya, awalnya, Veronica mengira Charles yang memberinya hadiah-hadiah itu, dia merasa kaget kenapa tiba-tiba suaminya menjadi seromantis ini.

Akhirnya setelah ketiga kalinya dia menerima hadiah, Veronica pun menanyakan kepada Charles, Charles tidak mengaku, dia pun bertanya kepada ibu Yang, dan ibu Yang bilang kalau ini semua adalah hadiah dari Fernand.

Veronica tidak menyangka Cornelius akan baik kepadanya, tapi di saat yang sama, dia juga bersikap dingin dan asing kepadanya, ini membuat Veronica merasa sedih, dia memeluk hadiah pemberiannya dan menangis.

Seumur hidupnya dia merasa sangat bersalah kepada Cornelius.

Walaupun Cornelius bukan anak kandungnya, tapi di dalam hatinya, dia sangat merindukannya.

Oleh karena itu mengenai hubungan Lavenia dan Cornelius, Veronica pun setuju-setuju saja, tapi kalau Lavenia ingin mengikuti Fernand menghadiri sebuah acara, Veronica tidak terlalu setuju.

Wenny pun memikirkan cara untuk membantu adiknya menasehati ibunya, "Ibu, bukannya Lavenia sudah berjanji, setelah masalah ini selesai, dia akan sekolah di luar negeri? Cornelius juga bukan orang jahat, kalau ada dia, dia bisa melindungi Lavenia. Apalagi sudah sampai di tahap ini, kamu pikir kalian bisa selesaikan dengan melarang mereka? Apakah ibu pernah mendengar cerita The Romance of the west chamber, romeo and juliet? Mengikat mereka terus tidak akan berhasil, gunakan cara pandang lain untuk melihat masalah ini, biarkan mereka tenang dan bersama. Kalau memang tidak memungkinkan, Lavenia juga bukannya tidak laku, setelah dia keluar negeri, beberapa tahun nanti dia juga akan menjadi nona kedua keluarga Tsi yang berharga."

Perkataan Wenny membuat Veronica terdiam sejenak, tidak bisa dipungkiri, perkataan anak pertamanya ini memang sedikit blak-blakan, dia butuh waktu untuk mencernanya.

***

Wenny berkata pelan: "Ibu coba pikir saja, apakah kalian bisa mengurus kita selamanya? Kita sudah tumbuh dari sebuah benih menjadi pohon besar, kalian hanya perlu merapikan cabang-cabang kita, pohon tetap harus tumbuh sendiri, hanya dengan mengalaminya sendirilah yang akan menjadi pelajaran bagi kami. Perjalanan yang kalian lalui, itu pengalaman kalian, saat muda kami selamanya tidak akan mengerti, bukannya begitu?"

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu