Unplanned Marriage - Bab 252 Jangan Dipegang, Tambah Sakit

Awalnya Eva mengira kalau Cornelius tak akan meresponsnya, ternyata ia mendengar suara lembut menjawab, "Ingat."

Eva seketika terkejut.

Eva melihat ke arah Veronica dan Charles sambil menunjuk Cornelius dengan tak percaya, "Dia...Dia...Anak ini..."

Veronica kembali menghela napas. Ia menarik Eva menjauh dan berkata, "Kupikir anak ini kekurangan orang untuk diajak bicara. Sebetulnya hatinya ada sesuatu. Aku benar-benar merasa kecerdasannya tak terbatas pada usia 1 tahun."

Eva merasa tak percaya.

Ia bukannya tak pernah berkomunikasi dengan anak ini dulu. Ia merasa Cornelius benar-benar punya penyakit. Namun jawaban Cornelius tadi membuat ia merasa apakah ia telah salah mengenal orang?

Tapi itu adalah anak yang diadopsi oleh Nicholas. Saat itu pun sudah langsung ada surat diagnosis dari rumah sakit.

"Kalian hebat sekali..." aku Eva, "Tapi bagaimana anak Nicholas bisa berada di sini?"

Veronica sedikit kebingungan, "Itu...panjang ceritanya."

Setelah Eva mendengar keseluruhan ceritanya, hatinya jadi sedikit berdebar-debar. Ya Tuhan, ternyata ceritanya seperti itu? Suami kakaknya sedang mengejar Veronica, padahal Veronica jelas-jelas istri Charles? Walaupun tidak menikah, tetap saja ia tak bisa merebutnya.

Apa yang sedang dipikirkan Nicholas?

Saat Jovita kabur bersama orang lain, Nicholas sepertinya tak merasa tertekan, tapi hatinya tidak seperti itu. Apakah ia mengejar Veronica karena dirinya mirip dengan Jovita?

Kalau begitu lebih baik dia mengejar iparnya sendiri, Eva!

Eva tidak menyuarakan hal ini, ia hanya mengerutkan hidungnya, lalu membelai kepala Cornelius, "Apa Cornelius mau pergi ke rumah Bibi?"

Mendengar hal itu, tatapan Cornelius langsung jatuh pada Veronica dan Wenny, lalu menatap Eva lekat-lekat.

Eva selalu merasa tatapan Cornelius tak seperti tatapan seorang anak kecil.

Tapi juga bukan tatapan mata orang dewasa.

Tatapannya sangat lembut dan pengertian, seperti tak menunjukkan kecemasan apapun. Tatapan yang lembut seperti lautan, yang mampu menenangkan hati orang lain.

Eva tak tahu bagaimana orang lain melihatnya, yang pasti saat ia menatapnya, ia selalu merasa ditenangkan.

Cornelius mengangguk ringan, ia tidak menolak.

Namun Veronica berkata, "Ayahnya akan menjemputnya kemari, sebentar lagi sampai."

Baru selesai bicara, terdengar suara bel pintu rumah. Wenny berkata ia akan membuka pintu, sambil menarik Cornelius ikut bersamanya.

Cornelius mengikutinya dari belakang. Wenny berjinjit, namun tak bisa menggapai gagang pintu. Selanjutnya, Cornelius-lah yang membuka pintu setelah berusaha keras mengikuti petunjuk dari Wenny.

Nicholas sedikit kaget ketika melihat 2 anak seperti malaikat mendongak menatapnya. Salah satunya adalah Cornelius, anaknya sendiri.

Wenny menggandeng tangan Cornelius dan menyapa Nicholas dengan gembira, "Halo, Paman."

Nicholas membalasnya sambil tersenyum. Wenny berlari kembali ke tempat ayah dan ibunya berada.

Merasakan tangan Wenny yang terlepas dari tangannya, Cornelius pun menoleh.

Tiba-tiba, Wenny tersandung, kepalanya membentur lantai. Sakit sekali sampai tak bisa berdiri.

Veronica dan Charles baru saja hendak menyusul ketika melihat pemandangan yang mengejutkan itu.

Cornelius berlari ke arah Wenny. Ia berjongkok, berusaha memapah Wenny. Ia mengulurkan tangannya seperti menyuruh Wenny menggandengnya erat.

Wenny cemberut, "Kakak, sakit," katanya sambil berurai air mata.

Cornelius hendak memegangnya, tapi Wenny mundur selangkah dan menggeleng, "Jangan dipegang, nanti tambah sakit."

Cornelius kebingungan, matanya menyorotkan ketegangan. Ia menoleh menatap Nicholas hendak meminta bantuan.

Serangkaian kejadian ini mengejutkan Veronica dan Charles. Nicholas lebih terkejut lagi dibandingkan dengan mereka.

Karena selama ini, ia selalu memperlakukan Cornelius sebagai anak berpenyakit. Ia tak pernah menyangka kalau pemikiran anak itu sudah begitu kaya, bahkan bisa merawat Wenny bagaikan seorang kakak sungguhan.

Wenny teringat perkataan ayahnya. Melihat ekspresi cemas dan tegang Cornelius, ia pun menggandengnya dan berkata pelan, "Sudah tidak sakit, Kak. Kakak temani aku menemui ayah dan ibu."

Nicholas pun mengikuti kedua anak itu ke ruang tamu. Ia sedikit terkejut saat menyadari Eva dan Marco juga ada di sana.

Eva menyapanya. Nicholas tersenyum, "Tidak kusangka kalian juga ada di sini."

Eva melihat Nicholas dengan tatapan protes, "Kakak Ipar tidak seharusnya menitipkan Cornelius di rumah Veronica, juga...juga..."

Kau seharusnya juga tak mengejarnya.

Eva tak enak hati mengatakannya di depan orang banyak. Ia ingin mencari waktu untuk bicara sendirian dengan Nicholas.

Nicholas menjawab, masih dengan senyumnya yang lembut, "Cornelius harus berhubungan dengan banyak orang. Aku percaya Veronica. Dan lihatlah, bukankah Cornelius jauh lebih baik?"

"Iya sih," Eva menunjukkan ekspresi senang, "Aku sungguh tak menyangka Cornelius bisa maju sepesat ini..."

Nicholas menoleh menatap Veronica. Ia sedang berdiri bersama Charles, serasi sekali. Menyadari tatapan Nicholas, Veronica baru tersadar kalau ia adalah tamu, "Tunggu sebentar, Tuan Cheng, aku akan menuangkan teh untukmu," katanya buru-buru.

"Tidak perlu, aku hanya datang menjemput Cornelius," Nicholas membungkukkan badannya dan menggendong Cornelius. Tangannya yang besar membelai lembut kepala anak itu. Nicholas tertawa dengan amat tulus, "Kali ini benar-benar sudah tidak sopan, tapi kurasa Cornelius menyukai kalian. Kalau ada kesempatan, aku ingin memohon kalian menemani Cornelius."

Kata-kata 'kalian' yang dilontarkan Nicholas kali ini, membuat Charles yang terabaikan merasa sedikit lebih baik.

Charles membantu Veronica menjawab, "Baik, tak masalah."

Nicholas berbalik badan sambil menggendong Cornelius. Cornelius yang menghadap belakang bisa melihat semua orang di ruangan itu. Tiba-tiba ia melihat Wenny, matanya yang besar pun meneteskan bulir air mata.

Namun Cornelius tak berkata apa-apa, hanya menangis.

Eva agak tak tahan melihatnya, "Kakak Ipar, kalau tidak kau biarkan Cornelius tinggal di sini saja! Kau tak tahu akan seperti apa hari-harinya kalau kembali ke sana!"

"Apa maksudnya? Aku salah memperlakukannya?"

"Bukan!" Eva tak tega melihat Cornelius menangis seperti itu. Anak itu juga boleh diberikan padanya, pokoknya, ia tak ingin Cornelius kembali ke rumahnya, "Pengasuh di rumahmu itu memperlakukan Cornelius sebagai orang sakit. Mereka tak pernah merawatnya dengan baik! Kalau kau membawanya pulang, hasil hari ini akan sia-sia."

Nicholas berkata, "Aku akan memberi pelajaran pada pengasuh-pengasuh itu, tapi ini adalah urusan rumahku, terima kasih."

Nicholas pergi dengan menggendong Cornelius. Charles menoleh menatap Veronica, wajah wanita itu juga dipenuhi ekspresi sedih dan tak tega.

Wenny tak mengerti. Ia hanya tahu kalau Cornelius ikut ayahnya pulang, namun tak tahu kalau begitu ia pulang, ia akan kembali ke kehidupan lamanya yang kesepian.

Pintu ditutup di depan pintu. Cornelius memeluk boneka pemberian Wenny, tak bicara.

Cornelius tak suka boneka. Tapi Wenny memberikannya, ia merasa lumayan juga.

Bulu boneka itu lembut, merabanya membuat hatinya hangat.

Sesampainya di rumah, Nicholas langsung bertanya, "Di mana Ibu Lin?"

Ibu Lin bergegas berlari menghampiri, "Kenapa, Tuan? Tuan Muda sudah kembali?"

Sorot mata Nicholas berubah jadi jauh lebih tegas, "Bagaimana kalian menjaga Cornelius biasanya? Kenapa aku mendengar kalau kalian tidak memperlakukannya dengan baik?"

"Tuan, dari mana Anda mendengarnya? Bagaimana mungkin kami tidak memperlakukan Tuan Muda dengan baik? Dia adalah tuan muda!" Ibu Lin sedikit panik begitu dimarahi Nicholas, "Kami mengurus makanan dan pakaian Tuan Muda, kami tak pernah lengah. Tuan, kata-kata Anda harus berdasarkan bukti."

Amarah Nicholas perlahan mereda. Ibu Lin sudah bekerja bertahun-tahun di rumah keluarga Cheng. Seharusnya ia tak akan melakukan hal-hal yang berlebihan. "Kuharap aku tidak mendengar lagi omongan jelek tentang perlakuanmu padanya. Begitu saja. Bawalah dia ganti baju," kata Nicholas tegas.

Ibu Lin menggendong Nicholas dan segera naik. Begitu masuk kamar, ia segera mengomel, "Siapa yang berkata aku begitu? Apa aku tidak baik padamu? Tidak baik padamu?"

Ia mengatakan itu sambil menurunkan Cornelius, lalu mencubit lengannya. Cornelius hanya menunduk memeluk bonekanya tanpa melawan. Melihat Cornelius tetap seperti itu, Ibu Lin baru lega. Ia mengganti pakaian Cornelius.

Keesokan harinya, Nicholas mendatangi Cornelius begitu bangun tidur. Anak itu terlelap sambil memeluk bonekanya, tampak manis sekali. Setelah memastikan tak ada masalah, Nicholas pun keluar.

Begitu keluar, ia melihat sebuah Bentley hitam yang familiar.

Nicholas mengernyitkan dahinya dan tidak jadi menyalakan mobil, melainkan berjalan ke arah Bentley itu.

Charles turun dari mobil. Ia menolak rokok pemberian Nicholas, "Aku berhenti merokok akhir-akhir ini."

"Oh? Berhenti merokok?" Nicholas menyalakan rokoknya.

Charles menampakkan segaris senyum, "Dia tak bisa meninggalkan aku. Hal ini tidak ada kaitannya dengan menikah atau tidak."

"Direktur Tsi percaya diri sekali," Nicholas tertawa, "Lalu apakah Direktur Tsi mencariku untuk memamerkan Anda sudah berhenti merokok dan menginginkan anak?"

"Tidak begitu," Ekspresi Charles tegas, dingin seperti biasanya. Dinginnya setara dengan musim dingin. Sikap dingin Charles telah terkenal, Nicholas sudah terbiasa.

Charles berkata, "Aku ingin membicarakan tentang Cornelius denganmu."

"Ada apa dengan Cornelius?" Nicholas tak mengira Charles akan mencarinya demi Cornelius. Ini bukan masalah yang seharusnya dipedulikannya.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu