Unplanned Marriage - Bab 253 Hal Ini Bukannya Tak Bisa Dibicarakan Lagi

"Kemarin malam Veronica tak bisa tidur, ia terus merindukannya."

Meskipun Charles tak merasakan adanya kepentingan bagi mereka untuk merawat Cornelius, tapi ia ingat bagaimana air mata anak itu jatuh saat digendong Nicholas meninggalkan mereka. Anak ini tak bisa mengungkapkannya, namun ia punya perasaan yang begini kuat.

Veronica membolak-balik badan semalaman, terkadang menghela napas. Saat Charles bertanya ada apa, ia berkata ia merindukan Cornelius.

Ia merasa Cornelius adalah anak baik, dan jelas bisa disembuhkan. Ia akan merasa bersalah kalau anak itu tak bisa sembuh karena ikut Nicholas.

Charles ingin mengatakan kalau hal itu bukan tanggung jawab mereka.

Tapi Veronica bilang ia menyukai Cornelius. Ia merasa anak itu terikat takdir dengan mereka. Kalau tidak, kenapa Cornelius bisa berubah di rumah mereka, padahal di rumah orang lain tidak pernah ada kemajuan?

Charles mengakui kalau kata-kata ini telah menyentuh hatinya.

Ia jarang sekali menyukai anak kecil, selain putrinya sendiri, Wenny. Tapi Cornelius, ia tak membencinya, bahkan ia sedikit suka.

Melihat Charles menggeleng, Veronica memohon padanya, "Bukankah kata Eva Cornelius bukan anak Nicholas, melainkan hanya anak pungut? Dan juga setelah didiagnosis sakit, Nicholas ingin memberikannya pada orang lain. Tapi akhirnya karena penyakit Cornelius, ia dikembalikan."

Veronica merasa Cornelius sangat malang. Anak itu mungkin tahu kalau tak ada yang menyukainya. Ia jadi terbiasa diam demi bertahan atau bahkan diperhatikan.

Andai saja ia tidak pergi.

Cornelius pasti mengira Nicholas memberikannya pada Veronica, lalu Veronica tidak suka, dan mengembalikannya pada Nicholas.

Memikirkan hal ini, Veronica merasa sangat menderita. Ia merasa itu adalah luka yang sangat besar bagi seorang anak, sekalipun anak itu memiliki masalah kecerdasan.

Kata Veronica pada Charles, "Kalau Nicholas sungguh tak menginginkannya, biarkan ia memberikannya pada kita. Kita mampu memeliharanya. Kau juga sudah lihat, Cornelius sangat baik pada Wenny. Walaupun keadaannya seperti itu, ia juga sangat ingin melindungi Wenny. Apa kau tidak merasa anak seperti itu amat sangat baik?"

Percakapan malam itu, membuat Charles memutuskan mendatangi Nicholas hari ini.

Ia tentu tak akan membiarkan Veronica yang memohon pada Nicholas. Pria ini sengaja menarik perhatian Veronica dengan menggunakan Cornelius, jadi ia pasti juga akan menggunakannya untuk bertukar sesuatu.

Saat Nicholas mendengar Veronica ingin mengasuh Cornelius, ia sangat terkejut. Matanya menurun, tampak kesulitan, "Itu...datang meminta naka orang lain, tidakkah itu sedikit aneh?"

Nicholas awalnya ingin berkata, kalau Veronica sangat ingin menjadi ibu dari putranya, maka ada cara lain. Tapi ia khawatir Charles akan menghajarnya begitu ia selesai bicara, jadi ia tidak mengatakannya.

Charles tahu Nicholas pasti mempersulitnya, "Kata Eva kau tak hanya sekali ingin memberikan Cornelius pada orang lain. Kalau kau sungguh baik padanya, seharusnya ada banyak macam cara untuk memperlakukannya, bukan hanya menyewa pengasuh saja."

Nicholas tertawa, "Kau percaya kata-kata Eva?"

Charles tak bicara lagi. Kalau Nicholas mempersulitnya seperti ini, maka hal ini sia-sia saja, tak perlu dibicarakan lagi.

Charles hanya menjawabnya dengan 'Oh', "Berhubung kau ingin merawat Cornelius, maka biar ia tinggal denganmu. Tapi kalau kau ingin menggunakannya untuk menarik perhatian Veronica, kusarankan jangan lakukan lagi, kalau tidak jangan salahkan aku kalau tak sungkan lagi."

Melihat Charles hendak berbalik pergi, Nicholas lagi-lagi tertawa, "Hal ini, bukannya tak bisa dibicarakan lagi."

______________________

Di bar FH tengah malam, suara musik terdengar keras di hall. Elvian yang sedikit mabuk terus-terusan mendorong perempuan-perempuan berbaju minim yang mendekat padanya. Ia berjalan keluar.

Sopir masih menunggunya. Melihat Elvian yang minum terlalu banyak, ia segera berlari memapahnya, "Manajer Lu, jangan minum terlalu banyak."

"Tidak apa-apa," Elvian melihat dunia gemerlap itu dengan sedikit muak, lalu menyuruh sang sopir melajukan mobil.

"Ke mana, Manajer Lu?" tanya sopir hati-hati.

"Taman saja."

Mobil melaju dalam kegelapan malam. Hati Elvian sangat kesal. Akhir-akhir ini tak ada hal yang lancar. Perusahaan Besar Gu stagnan akibat masalah ibu dan anak. Sharlene lebih susah ditangani daripada Billy. Masalah yang harus diwaspadainya banyak sekali, hal yang perlu dikontrolnya lebih banyak lagi.

Sharlene sedang memeriksa laporan keuangan Perusahaan Gu. Elvian sulit untuk melarangnya. Sharlene dulu melakukan hal ini, ia memeriksanya dengan mudah.

Itu masih belum apa-apa. Elena menyukai seseorang bernama Edwin Meng, tapi Elvian tak sudi adiknya menikah dengan pria ini. Ia merasa Edwin tak cocok dengan adiknya dari segala sisi, namun Elena sudah cinta mati, bahkan berkata setelah dirinya menikah dengan Edwin nanti, keluarga Lu bisa kembali ke posisi atas. Sekarang ia berhubungan baik dengan orang-orang di kota D.

Apapun yang dikatakan Elvian, semuanya tak masuk, akhirnya mau tak mau ia mengiyakan Elena.

Tapi hatinya masih tetap tak senang.

Yang terakhir, tentu masih ada Eliana. Akhir-akhir ini sikap Eliana jadi aneh. Ia jadi lebih sering mengganggunya ketimbang dulu. Tapi Elvian tak menyukai Eliana, ia sama sekali tak tertarik padanya. Saat ia bersikap begitu padanya, sikap Eliana jadi makin aneh.

Elvian diam-diam merasa kalau semua yang terjadi akhir-akhir ini mulai melebihi perkiraannya. Ia mau tak mau menyambut sendiri kedatangan saat ini.

Ia pun jadi suka minum-minum. Ia kira minum bisa membuatnya melupakan kekesalan itu, tapi hasilnya makin banyak minum ia jadi makin sadar. Masalah-masalah itu ada di dalam kepalanya, tak bisa dilupakan bagaimanapun caranya.

Sopir menghentikan mobil di depan taman. Lampu vila dalam taman itu masih menyala. Saat Elvian turun dari mobil, wanita yang berdiri di sisi jendela itu buru-buru turun dari lantai 2 dan langsung memapah Elvian.

Wanita itu sangat cantik, anggun. Kecantikannya terpancar dari dalam, auranya bagus. Hati Elvian sedikit lega saat melihatnya. Ia melingkarkan tangannya pada pinggang wanita itu, dengan sedikit aroma alkohol ia mendekati telinganya, "Febi."

Wajah Febi Lee agak memerah. Setelah berterima kasih pada sopir, ia membawa Elvian masuk.

Elvian menatap sisi wajah Febi, agak terpesona.

Ia sungguh wanita yang cantik, juga wanita yang dipeliharanya di luar. Sebetulnya Elvian tak kekurangan perempuan, tapi Febi Lee adalah satu-satunya wanita yang ditolongnya karena cinta.

Ia selalu merasa dirinya orang jahat, orang jahat yang jahatnya sampai ke tulang, jadi ia tak pernah menyangka akan membantunya ketika melihat wanita itu tak punya jalan keluar, lalu memberinya rumah dan hidup bebas, dan tidak punya pemikiran untuk membiarkan sesuatu terjadi antara mereka.

Elvian memperlakukannya dengan baik. Kebaikannya hampir seperti kebaikan terhadap keluarga. Febi jauh lebih baik dan anggun daripada Sharlene, jadi Elvian sangat sudi mencurahkan isi hatinya dengannya. Ia bahkan tanpa ragu memberitahu Febi hal apa saja yang sudah dilakukannya.

Wanita ini selalu menatapnya dengan tatapan lembut dan menenangkan.

Elvia sering menceritakan tentang Veronica padanya, menceritakan wanita yang membuatnya jatuh cinta namun juga patah hati. Hingga suatu hari, Febi memeluk pinggangnya sambil berkata, "Tuan, aku tahu kamu sedang menunggunya untuk kembali. Kalau dia tidak muncul, anggaplah aku sebagai dirinya."

Elvian tak pernah berpikir untuk menyentuhnya sejak dulu. Ada banyak pengecualian dalam hidup. Febi adalah pengecualian di dalam hatinya. Semua kebaikan Elvian serasa tertumpah pada diri Febi, sampai-sampai menyentuhnya pun ia tak tega.

Hasilnya, wanita ini melepaskan pakaiannya di hadapannya, memohonnya untuk memeluknya.

Katanya, "Entah bagaimana kamu terhadap orang lain, tapi lihat bagaimana kau padaku. Aku tahu kau bukan orang baik, tapi bagiku kau adalah orang baik."

Akhirnya, Febi menjadi wanita yang dipelihara Elvian di mansion ini. Ketika ia tak ingin pergi ke manapun, dan tak ingin bertemu siapapun, mansion ini menjadi tujuannya berlabuh. Entah dia datang ataupun tidak, lampu di sini akan terus menyala, seperti selalu menunggunya.

Febi mendudukkannya di tepi ranjang. Elvian membelai ringan wajah Febi. Ia sungguh sempurna, sempurna hingga menyentuhnya membuat Elvian merasa berdosa.

Febi berkata agar menganggapnya sebagai Veronica. Sebenarnya Elvian

membedakannya dengan jelas dari dulu.

Veronica adalah lubang raksa di hatinya yang tak pernah bisa hilang. Febi tak sama dengannya.

"Febi, aku tanya sesuatu," Elvian tiba-tiba tertawa ringan, "Kalau suatu hari, aku tak punya apa-apa lagi, dan tak punya jalan keluar, bagaimana/"

Febi tertegun. Ia mengalungkan tangannya di leher Elvian, lalu bersandar di dadanya, "Tidak apa-apa, aku akan menunggumu di ujung jalan. Kalau sampai di ujung sana, aku juga menunggumu, ya?"

Kata-kata Febi membuat senyum pahit di bibir Elvian makin kuat. Elvian mengangkat tubuh Febi, membuatnya bertatapan mata dengannya, "Hal yang paling tak seharusnya kulakukan, adalah menyentuhmu. Kau terlalu bersih, aku harusnya menyisakan bagian ini..."

"Jangan berkata begitu," Febi menutup mulut Elvian, "Akulah yang rela. Kalau tak bisa saling berjaga bersama pria yang kucintai, itu hal buruk. Tuan...biarkan aku menikah denganmu, bagaimana?"

Mata Elvian seketika menyuram.

Ia adalah pria tanpa tempat tujuan yang jelas. Eliana yang melahirkan dan membesarkan anaknya di luar pun tak ingin dinikahinya, karena ia tak ingin menikahi wanita yang tak dicintainya.

Sementara Febi? Febi juga mencintainya, ia tahu jelas. Tapi ia juga tak ingin memberinya masa depan. Bukannya tak sudi, melainkan tak bisa, karena Elvian diam-diam merasakan, dirinya tak punya masa depan.

Melihat Elvian tak menjawab, Febi pun kembali bertanya, "Kalau begitu, kalau begitu biarkan aku mengandung anakmu, bolehkah?"

Elvian lebih tak bisa menyetujuinya lagi kali ini. Beberapa saat kemudian ia berkata dengan kehilangan semangat, "Febi, jangan membuatku kecewa padamu. Anak, aku sudah punya satu, sangat jelas aku bukan orang yang menyukai anak-anak, terlebih aku tak bisa baik terhadap mereka."

Febi menampakkan segaris kekecewaan. Ia meminta maaf dengan suara pelan, lalu pergi mengambilkan handuk panas, membasuh wajah Elvian, dan mengganti pakaiannya, agar ia bisa tidur lebih baik malam ini.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu