Unplanned Marriage - Bab 180 Aku Tidak Pergi Bersama Kalian, Lepaskanlah Aku

Sebelumnya ketika Charles kecelakaan mobil, dia tidak berada disampingnya, kali ini dia dengan jelas merasakan adegan Charles terluka dihadapannya.

Pisau yang berada ditangan Caroline menusuk kebadan Charles, adegan itu bahkan bisa dirasakannya jika dia menutup kedua matanya.

Veronica mengelengkan kepalanya, suaranya merengek, "Charles, kamu jangan bermasalah, kamu pernah berjanji kepadaku, kamu akan keluar dengan aman."

Tapi setelah mengatakan hal seperti itu, Veronica merasa kurang bagus, dia bergegas berkata, "Kita segera ke rumah sakit, pasti tidak akan apa-apa kan."

Semakin bicara dia merasa semakin salah, Veronica bingung harus mengatakan apa, tapi darah masih saja mengalir dari dada Charles, Veronica panik dan ingin mengurusnya, namun dia tidak tahu bagaimana caranya, dia takut membuat Charles sakit, dan juga takut lukanya semakin parah, dia panik hingga mengigit erat kedua bibirnya, bibir bawahnya bahkan terlihat sedikit berdarah.

Seketika tangannya dipegang dengan erat, Charles telah membuka kedua matanya dan menatapinya.

"Kamu sudah bangun?" Veronica sedikit gembira melihat ini, tisu yang diambilnya terhenti diposisi dada Charles tanpa bergerak.

Charles menahan dirinya dan bangkit untuk berdiri, ditatapan Veronica yang panik, dia berkata, "Tidak apa-apa, ini hanyalah luka luar saja, tidak melukai jantung, aku telah mengontrol tenaganya."

Ricky melihat Charles lewat kaca mobil, dia sedikit bingung dengan luka pisau ini, dengan kemampuan Charles, sekalipun tiba-tiba, dia juga tidak seharusnya berhasil tertusuk oleh Caroline, kecuali dirinya bersedia ditusuk oleh Caroline.

Meskipun tidak melukai jantung dan paru-paru, namun lukanya pasti juga sakit, Charles mengerutkan keningnya dan bersandar ditempat duduk, sesaat kemudian barulah dia berkata, "Hutangku kepada Caroline terlalu banyak hingga tusukan ini saja masih tidak cukup untuk melunasinya."

Seketika Veronica sedikit mengerti dengan adegan yang dilihatnya, Charles dan Caroline tidak lancar dalam berkomunikasi, Caroline lalu mengambil pisau dan menusuk Charles, sedangkan Charles menerimanya dan tidak menghindar, karena dia merasa dirinya banyak berhutang kepada Caroline.

Dia tidak bisa memberikannya janji, tidak bisa memberikannya masa depan, pada akhirnya demi Veronica, dia mengkhianati Caroline.

Luka Charles meskipun tidak melukai jantungnya, namun kata dokter, luka ini sebenarnya juga sangatlah bahaya, asalkan sedikit kesalahan saja, mungkin Charles akan mati.

Dia tetap harus dirawat dirumah sakit selama beberapa hari.

Ketika Veronica tahu bahwa Charles tidak dalam keadaan kritis, barulah dia lega. hanya saja ketika menjaganya disampingnya, dihadapannya selalu muncul bayangan wajah Caroline yang hampir gila itu.

Jika bukan karena dirinya, Caroline mungkin sudah bersama dengan Charles.

Dialah yang menjadikan semua ini, bayi didalam perutnya yang menjadikan semua ini.

Veronica tidak tahu.

Charles mengatakan akan menikahi Veronica kembali juga karena dia mengandung----dia tahu lelaki ini terkadang terlalu mementingkan tanggung jawab sehingga Veronica tidak mengerti kelembutan yang diberikan oleh Charles ini apakah sebenarnya untuk anaknya.

Didalam insiden ini, satu-satunya yang membuat Veronica terkejut adalah kedatangan Livina.

Ketika dia mengobrol dengan Charles diruang pasien, tiba-tiba dia melihat ada seorang wanita yang masuk, Veronica gembira, dia berdiri dan melangkah kearah orang itu, "Friscilia, kamu datang juga?"

Friscilia Song, istri dari Livina, dan juga merupakan teman baik dari Veronica, hanya saja ketika mereka berada di Hangzhou, mereka juga sering ada banyak masalah yang mengganggunya, jadi jika bukan karena ada hal yang sangat butuh bantuan, Veronica juga jarang meminta bantuan kepada mereka.

Dia tidak menyangka bahwa Charles berhasil meminta bantuan kepada Livina, dan Livina bahkan membawa istrinya Friscilia kesini.

Friscilia menarik tangan Veronica dan duduk disamping sana, dia sedikit mengeluh, "Ada apa denganmu disini, mengapa kamu tidak memberitahuku sama sekali?"

Veronica menundukkan kepalanya karena merasa sedikit tidak enakan, "Semua hal aku ini memalukan, bagaimana mungkin aku bisa mengatakannya, lagipula kamu dan Tuan Keempat juga punya banyak urusan, aku tidak boleh menjaga diriku sendiri saja."

"Sesibuk apapun itu, jika kalian butuh bantuan, maka jangan ditunda." Friscilia mengkritik Veronica, hanya saja sesaat kemudian tampangnya terlihat ramah kembali, dia megelus perut Veronica, "Aku dengar kamu mengandung anak dia, bagus sekali."

Friscilia melahirkan 3 anak untuk Livina, hanya saja ada dua anaknya yang sedikit bermasalah, jadi ketika mengungkit anak, ekspresinya sedikit sedih.

Veronica menganggukkan kepalanya, "Iya, tapi aku kasih tahu.....ikut aku kesini."

Veronica menarik Friscilia dan berbisik dengannya disamping.

Dibandingkan dengan Adeline dan Corinne, sebenarnya Veronica lebih bersedia membagikan rahasia dan privasi kepada Friscilia, mungkin karena aura Friscilia mirip dengan dirinya, atau mungkin juga karena pengalaman Friscilia lebih banyak, jadi dia lebih dewasa, Veronica terus merasa bahwa jika dia mengatakannya dengan Friscilia, mungkin dia bisa menghadapi masalah hatinya yang tidak bisa diatasinya.

Tatapan Livina melirik kearah Friscilia dan Veronica, sesaat kemudian barulah dia berbalik berkata dengan Charles yang terbaring di kasur, "Caroline memilih untuk tinggal disamping Albert, aku tidak berhak untuk menghentikannya, jadi aku mengiyakannya."

"Dia sudah mengetahui faktanya, namun dia masih memilih seperti itu." Charles mengerutkan keningnya dan menjawabnya.

Livina menganggukkan kepalanya, "Ini adalah keputusannya sendiri, kamu juga tidak perlu merasa bersalah."

Diluar ruang pasien, kedua orang sedang saling bertatapan.

Adeline yang datang menjenguk Charles dan Veronica ketika ingin pergi, dia bertabrakan dengan Ricky, saat ini, sekalipun petugas medis yang lewat, mereka juga bisa merasakan suhu udara yang seolah turun drastis.

Adeline menatapi Ricky, dia tidak tahu harus mengatakan apa, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dan ingin melewatinya.

Tapi alhasil, kemanapun dia jalan, dia terus saja bertabrakan dengan badan yang menghalanginya bagaikan tembok bergerak.

Adeline mengelus hidungnya yang sakit, dia lalu berkata, "Minggir, aku mau lewat."

"Oh? bukannya kamu yang harus minggir?" Ricky sengaja menaikkan alisnya.

Adeline marah hingga pipinya merah, dia lalu minggir kesamping, "Kalau begitu kamu lewat duluan."

Sesaat kemudian, Ricky tetap tidak lewat, dia masih saja berdiri ditempat semula, dia lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menjepitnya dijarinya, "Untuk sementara aku tidak ingin lewat dulu."

"Kamu sengaja mencari masalah denganku? Ricky!" suara Adeline meninggi, dia terlihat marah.

Ricky lalu berubah marah, "Kenapa, baru beberapa hari saja kamu sudah tidak ingat siapakah aku?"

Semua ingatan yang kurang baik muncuk dibenak Adeline, karena tatapan Ricky berubah seram, Adeline lalu mengertakkan giginya dan memanggil, "Kakak."

Tapi sekalipun begitu, Ricky tetaplah tidak membiarkannya lewat, dia menundukkan badannya dan menatapi mata Adeline yang marah, dia terlihat menyindirnya, "Kakak? aku ingat panggilan yang paling kamu sukai bukanlah ini."

Paman? Kakak? Sayang? Suamiku? semakin banyak ingatan yang muncul di benak Adeline, ini membuatnya semakin malu, "Maksud Anda sekarang adalah tidak akan membiarkanku lewat?"

Ricky memegang rokok dijarinya, sayangnya di koridor ini tidak diizinkan untuk merokok, dia hanya bisa menghirup bau rokok dengan begini saja, "Belum tentu."

Sesaat kemudian dia lalu bertanya, "Kamu bersiap untuk berpacaran dengannya?"

Adeline tercengang, dia tahu orang yang dimaksudnya adalah Carlos, setelah ragu-ragu sesaat, barulah dia menjawab, "Iya, sudah sedang pacaran, aku sudah berpacaran dengannya, tadi malam saja kami masih makan bersama."

Dia harus mengatakannya dengan Ricky.

Sama seperti dia mengingatkan dirinya, disamping mereka mempunyai masa lalu itu, dia tetaplah adalah kakaknya sendiri, siapapun yang dia pacari tetap harus dilaporkan ke keluarga.

Setelah selesai mengatakannya, adeline lalu terdiam, "Apakah......boleh membiarkanku lewat? Kakak."

Ricky tersenyum, "Baik, jika kamu sudah memilih pasangan, carilah waktu untuk membawanya pulang untuk bertemu dengan ayah."

"Iya." Adelline terpaksa untuk tersenyum, "Tentu saja."

"Tapi sebelum itu, biarkan aku bertemu dengannya dulu." Ricky lalu mengulurkan tangannya dan memegang dagu Adeline, ketika wajah yang cantik dan muda itu berada dihadapannya, Ricky berkata, "Bagaimanapun juga aku adalah kakakmu, dan berada dikota yang sama, sudah seharusnya bukan kamu membiarkannya bertemu denganku, aku harus mengawasinya dengan baik untuk adikku."

Wajah Adeline merah karena di permalukannya.

Ricky tiba-tiba berkata seperti itu membuat Adeline tidak mampu untuk membalasnya, memang benar, perkataannya tidak salah, Adeline tidak tahu bagaimana caranya untuk menjawabnya.

"Kami hanya baru saja...."

"Baru saja juga tidak boleh." Suara Ricky menjadi tegas, "Carilah waktu untuk pertemuanku dengannya."

mulut Adeline masih saja terbuka, seketika ini, pikirannya kacau, dia bingung dengan semua informasi yang berada dikepalanya, terakhir dia berusaha mengelengkan kepalanya, Adeline! untuk apa masih berharap dengannya! dia bahkan sudah bilang akan bertemu dengan pacarmu, bahkan dia tidak bertindak apapun terhadap masa lalu kalian, apa lagi yang kamu inginkan?

berharap dia cemburu? berharap dia mengatakan bahwa orang yang dia sukai selama ini adalah dirimu?

Bermimpilah....dia mungkin saja sangatlah menginginkan kejadian seperti ini terjadi, karena jika terus seperti itu, dirinya mungkin akan menganggunya seumur hidup, baguslah kalau seperti sekarang, mereka tidak saling menganggu.

Adeline menganggukkan kepalanya, "Baik, aturlah jam, aku akan memperkenalkannya ke kakak."

Tatapan Ricky berubah marah, terakhir dia juga menjawab, "Baik." barulah dia berputar membiarkan Adeline pergi.

Adeline akhirnya melewatinya.

Didalam ruang pasien, ada Charles dan seorang lelaki yang tidak dikenalinya, sangatlah tampan dan tinggi, tapi auranya berbeda dengna Ricky dan Charles.

jika Charles dikatakan diam, dan introvert, maka Ricky adalah terbuka dan ekstrovert, tapi lelaki ini mempunyai aura menolak orang dan tidak peduli, seolah punya tekanan terhadap semua orang, tapi matanya itu sangatlah indah, seolah adalah dana yang jernih dan indah, dengan sekali tatapan saja mungkin bisa melihat hati orang dengan jelas.

Adeline hanya meliriknya saja, tapi dia tidak berani terus melihatnya, dia bergegas berbalik badan mencari Veronica.

Veronica tengah duduk bersama seorang wanita yang terlihat elegan, dan tidak tahu sedang mengobrol apa, mereka berdua terlihat akrab, Adeline bergegas mendekatinya, "Kak Veronica, aku datang menjenguk kalian, apakah Direktur Charles tidak apa-apa?"

"Oh, Adeline, aku perkenalkan." Veronica bergegas menarik Adeline untuk duduk, "Ini adalah teman baikku di Hangzhou, namanya adalah Friscilia Song."

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu