Unplanned Marriage - Bab 250 Dia Bukan Tanggung Jawab Kita

Saat Veronica melihat ekspresi tak mengerti Charles, ia baru berkata pelan, "Ia sangat tampan, lalu aku berpikir, kalau kita punya anak laki-laki, mungkin saja rupanya akan seperti dia... Charles, jangan salahkan aku kalau aku membawanya pulang tanpa bilang padamu. Niat awalku adalah ingin membiarkannya bermain bersama Wenny. Dia masih kecil, ibunya tidak ada, ayahnya sibuk, kudengar penyakitnya pun hanya bisa bergantung mukjizat. Kata Nicholas, dia mengambilkanku makanan hari ini sudah merupakan sebuah kemajuan. Jadi, aku ingin membawanya."

Charles tiba-tiba menjewer telinga Veronica sampai kesakitan.

Veronica mengerang. Charles berbisik di telinganya, "Apa yang kau ingin aku katakan?"

Charles tak tahu harus berkata apa. Perbuatan Veronica begitu baik, ia tak bisa mengintervensi. Kalau orang itu adalah orang lain, ia mungkin tak akan peduli.

Tapi Nicholas, motif pria ini terhadap Veronica sangat jelas. Ia jelas ingin menggunakan anaknya untuk mendekatinya. Apa yang bisa Charles katakan? Bagi Veronica, ia hanyalah ayah dari anaknya. Ia bisa menolak keputusan-keputusan yang dibuat Veronica, tapi ia tak bisa menggantikannya membuat keputusan.

Melihat ekspresi tidak senang Charles, Veronica mendorongnya pelan, "Kita pergi melihat 周周, ya?"

Charles tak ingin menghiraukannya.

"Ayo lihat dia, untuk apa tawar-menawar dengan anak yang baru berusia 6 tahun," paksa Veronica.

"Ver," Charles mengikutinya berdiri, "Aku tidak melarangmu membawa pulang anak itu. Apa yang kau lakukan itu sangat bagus.

"Tapi,"

Tapi selamanya yang harus bertanggung jawab terhadap anak adalah orang tua mereka, bukan orang lain. Siapa Veronica? Ia dan Cornelius tak punya hubungan apa pun. Membantu Cornelius adalah sukarela, bukan kewajiban.

Charles tak ingin Veronica terbebani dengan tanggung jawab seperti ini, kemudian bertolak pada Nicholas. Kalau dulu, ia tahu dengan ukuran kemampuan Andri sehingga persaingan di antara mereka perlahan-perlahan memudar, tentu juga karena alasan mereka masih suami istri, jadi Charles memiliki pijakan yang sangat kuat.

Tapi kini tak sama. Nicholas dan Andri adalah 2 kepribadian yang berbeda. Nicholas adalah orang yang bisa menunggu dan mengatur strategi, bahkan bisa memainkan kartu perasaan. Charles tak ingin Veronica berhubungan dengan pria semacam ini, tapi ia tak kuasa mencegahnya. Kalau ia ikut campur terlalu banyak, Veronica mungkin akan marah padanya. Sekarang, satu-satunya yang bisa diandalkan, adalah perasaan di antara mereka.

Veronica tertegun setelah mendengar perkataan Charles. Ia mengalungkan tangannya pada leher Charles dan berkata pelan, "Tenang saja, aku mengerti. Tapi kalau aku tidak melakukannya padahal aku bisa melakukannya, aku juga pasti akan menyesal."

Charles membelai kepala Veronica, "Yuk, kita naik."

Veronica tahu Charles merasa tak nyaman, tapi ia terpaksa menerimanya. Satu hal yang sangat bagus dari Charles adalah, se-tidak-setuju apapun dirinya terhadap sesuatu, kalau Veronica memaksa, ia tetap akan menghormati keputusannya.

Keduanya berjalan menuju kamar bermain. Veronica tidak segera masuk, melainkan berdiri di luar dan diam memperhatikan.

Dua anak itu sedang menyusun balok kayu, tapi mayoritas adalah Wenny yang bermain. Cornelius hanya duduk di memperhatikan. Sepasang mata indah anak itu membawa cahaya lembut, memperhatikan Wenny seperti seorang kakak, namun juga tampak tak memedulikannya.

Veronica tahu kalau kecerdasan Cornelius tak seberapa baik, jadi anak itu tak bisa bermain, hanya bisa memperhatikan. Namun sikapnya yang amat diam itu sungguh memilukan hati. Anak laki-laki berusia 6 tahun seharusnya suka bermain, namun Cornelius tak bisa melakukannya.

Wenny menoleh, "Kakak tidak mau main?"

Cornelius berhenti lama sekali. Matanya yang lembut menatap Wenny, lalu ia menggeleng.

Wenny merasa sedikit bosan. Kakak Jayden juga Paman Kakak Kelas paling tidak akan menemaninya bermain, tapi kakak yang ini malah hanya melihatnya.

Tidak seru kalau ia bermain sendirian.

Wenny berdiri dan berlari ke tempat lain, ia tak ingin bermain dengan sebongkah kayu. Mengesalkan.

Cornelius tak seberapa paham, ia hanya menoleh melihat sosok Wenny yang pergi. Sepasang matanya masih tetap menyorotkan kesedihan.

Veronica menggandeng tangan Charles masuk ke dalam ruangan.

Mendengar suara, Wenny segera berseru gembira, "Ayah, ibu!" lalu berlari ke arah mereka. Charles membungkukkan badan dan menggendongnya. Sudut bibirnya menyunggingkan senyum.

Cornelius mengamati keluarga ini. Sorot matanya beralih ke sosok Charles, tiba-tiba merasa sedikit takut. Ia seperti tak berani mendekati paman itu...

Cornelius mendekati kaki Veronica dengan pelan, lalu menarik-narik celananya. Matanya yang indah menatap Veronica.

Walaupun tak pintar, tapi Cornelius mengenali bahwa wanita yang mirip ibu ini bukan ibunya, terlebih karena adik kecil itu memeluknya dengan begitu gembira. Perasaan terpinggirkan itu mencegahnya mengeluarkan kata 'ibu', jadi ia hanya bisa memegang celana Veronica, tak berani melepasnya.

Charles menggendong Wenny keluar. Wenny melihat Cornelius dan bertanya dengan hati-hati pada Charles, "Ayah...Kenapa kakak itu tidak suka berbicara? Apa dia tidak suka Wenny?"

"Bukan," Charles teringat perkataan Veronica padanya tadi. Ia membenci Nicholas, tapi juga kasihan terhadap Cornelius. Ia memangku Wenny di atas kakinya, "Kakak itu tidak tahu di mana ibunya..."

Sementara itu di dalam kamar, Veronica merasa walaupun gerak dan pikiran Cornelius lambat, tapi asal ia mau memberi waktu dan sabar, ia tetap bisa berkomunikasi dengan anak ini.

Seperti saat dulu Veronica menanyakan namanya, anak itu bisa menjawab dengan jelas kalau namanya adalah Cornelius.

Juga sekarang, saat Veronica menanyakan usia Cornelius, anak itu menjawab 6 tahun setelah berpikir lama sekali.

Veronica merasa begini lumayan bagus. Asal Cornelius diberi waktu, ia bisa melakukannya.

Jadi Veronica mengajaknya bermain balok bersama. Ia tak terburu-buru. Setiap kali selesai melakukan sesuatu, ia akan menunggu Cornelius. Mungkin karena merasakan dukungan Veronica, Cornelius perlahan mulai stabil.

Veronica tak tahu betapa besar dukungan sikapnya ini terhadap Cornelius.

Ayah Cornelius, Nicholas, jarang berada di rumah karena sibuk mengurus perusahaan. Urusannya sangat banyak, jadi mayoritas adalah pengasuh yang merawat Cornelius.

Pengasuh bukanlah ibu kandung Cornelius. Pengasuh juga tahu kalau Cornelius menderita penyakit, kecerdasannya tak mencukupi, tapi ia tak bisa memperlakukan Cornelius sesabar ibu kandungnya.

Pengasuh memperlakukan Cornelius sebagai anak dengan keterbatasan intelektual. Jadi sebagian besar waktu dihabiskan Cornelius dengan duduk di lantai, duduk seharian sampai ayahnya pulang. Saat itulah ia baru punya ruang untuk bergerak dan berbicara sedikit.

Tak ada yang bicara dengannya, juga tak ada yang bermain dengannya. Selain makan dan tidur, hari-hari Cornelius dilewati seperti ini. Jadi bagaimana Cornelius tidak makin melambat?

Melihat kesabaran Veronica yang bermain dengannya, dalam mata Cornelius timbul keterkejutan. Ia pelan-pelan berjongkok dan duduk di samping Veronica. Ia duduk sangat dekat sampai bisa merasakan suhu tubuhnya. Setelah itu ia mengambil sebuah balok kayu, dan meletakkannya di atas tumpukan balok yang telah disusun Veronica.

Di luar, Wenny memperhatikan ibunya dan Cornelius dengan bingung. Kenapa ibunya sangat baik terhadap kakak ini? Kata ayah, tubuh kakak ini kurang baik, sama seperti dirinya waktu kecil, jadi ia harus sabar, tidak boleh marah.

Tapi kenapa kakak ini ada di rumahnya?

Wenny tak mengerti. Tapi ia sangat penurut. Awalnya ia tak mau bermain dengan kakak ini, tapi kata ayah ia harus memperlakukan kakak ini sebagai adiknya, bukan kakak, jadi Wenny kembali ingin bermain dengannya.

Ia menjadi kakak!

Wenny berjalan masuk mendekati ibu dan Cornelius.

Wenny berdiri di depan Cornelius dan mengamatinya lama sekali. Cornelius perlahan menyadari tatapan Wenny. Ia mendongak.

Wenny tersenyum padanya, "Kakak tampan sekali."

Cornelius berkedip-kedip lama, tiba-tiba, ia tersenyum.

Tepat di saat itu, ponsel di dalam tas Veronica berbunyi. Charles seakan tahu siapa yang menelepon tanpa perlu memikirkannya. Ia tidak memberitahu Veronica dan langsung mengangkatnya.

Nicholas sedikit terkejut, tapi ia tetap berkata sambil tersenyum, "Aku mengkhawatirkan anakku, jadi aku menelepon Veronica."

Charles terdiam lama, kemudian berkata, "Tuan Cheng, aku bisa menoleransi 1 kali, tapi tidak dua kali. Anakmu, aku bisa memperlakukannya dengan baik, bagaimanapun dia tak bersalah. Tapi, menggunakan anak sebagai umpan adalah hal yang sangat rendahan. Bagaimana kau bisa percaya kami akan memperlakukan anakmu dengan baik? Apakah kau sebegitu percayanya kepada kami?"

Charles biasanya irit bicara, tapi sebagai ayah, ia tak akan pernah memberikan anaknya pada orang lain, kecuali orang itu sangat dipercayainya.

Veronica pasti akan memperlakukan Cornelius dengan baik, ini tak perlu diragukan lagi, tapi bagaimana Nicholas bisa yakin kalau orang-orang di sekeliling Veronica juga akan memperlakukan Cornelius dengan baik?

Kalau Nicholas benar-benar mencintai anaknya, dia tidak akan berbuat begitu.

Nicholas tertegun oleh kata-kata Charles. Tapi Charles jelas tak memberinya kesempatan berujar lagi. Ia langsung menutup telepon.

Malamnya, saat tidur, Cornelius lebih membuat orang pilu lagi.

Ia jelas mengantuk, tapi tak berani mengatakannya. Ia hanya duduk diam sampai kepalanya terantuk-antuk. Saat itulah Veronica baru sadar kalau Cornelius mengantuk.

Setelah Veronica berpesan pada Charles untuk mendongengi Wenny, ia pun menggendong Cornelius ke kamar atas sambil berkata, "Setelah ini, kalau ingin melakukan sesuatu, katakan saja. Jangan disimpan dalam hati, ya?"

Cornelius mengangguk-angguk pelan.

Charles tadi membantu memandikan Wenny. Terkadang Veronica merasa kalau Charles adalah pria berhati lembut walau kata-katanya keras. Ia makin jatuh cinta pada pria yang seperti ini. Veronica melepaskan baju Cornelius, lalu membaringkannya di ranjang, membelai kepalanya. Sebenarnya ia merasa serba salah.

Tampak jelas, hari-hari Cornelius di keluarga Cheng belum tentu baik. Nicholas, sang ayah, juga belum tentu begitu memedulikannya. Bersama Cornelius seharian, susah untuk tak menyukai anak penurut ini.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu