Unplanned Marriage - Bab 317 Itu Namanya Perasaan Suka, Tahu Tidak?

Mata Wenny Gu merah. Meskipun perkataan Dennis Zhou membuat dia lebih tenang sedikit, tapi harus dia akui, saat Dennis Zhou mengatakan, "Kalian masih kecil, kalian tidak boleh seperti ini" tetap membuat dia sedih.

Dia mencintai Dennis Zhou bertahun-tahun, juga tahu dalam waktu singkat tidak mungkin merubah pandangan lama Dennis Zhou padanya. Tapi pria itu seharusnya mengerti perasaannya. Dia ingin tinggal di sebelah rumah Dennis Zhou, apakah begitu memalukan?

Dia juga tidak menganggu kehidupan sehari-hari Dennis Zhou. Beberapa hari ini bahkan Dennis Zhou tidak tahu dia tinggal di sebelah rumahnya.

Dennis Zhou menarik napas dalam, lalu memijat tangan Wenny Gu dengan lembut, "Ya sudah, jangan marah sama paman kecil lagi ya."

Wenny Gu dengan begitu dipeluk. Sebenarnya sudah tidak marah, hanya kesal saja. Dia memberontak sedikit lalu bertanya dengan suara rendah, "Kenapa kamu bisa keluar? Bagaimana dengan Dhea Meng?"

"Dia ..." Dennis Zhou berhenti sebentar baru kemudian menghela napas, "Kalau dia mau terus diam di dalam rumahku, maka aku memberikan rumah itu padanya."

"Kenapa bisa begitu!" Wenny Gu tidak terima, "Rumah itu 'kan punyamu! Selain itu, memangnya kamu hutang apa sama dia? Tidak bisa, aku harus mencarinya sekarang."

"Wenny." Dennis Zhou menangkap tangan Wenny Gu, "Kalau kamu percaya perkataan paman kecil, paman kecil akan menyerahkan masalah ini."

Wenny Gu juga tahu ekspresinya tadi terlalu panik. Dia sudah berjanji pada Dennis Zhou bahwa dia akan pelan-pelan menunggu pria itu menyelesaikannya.

Namun sekarang dia malah mau bertengkar dengan Dhea Meng, dengan identitas sebagai pasangan utama.

Sikap ini memang tidaklah benar.

Wenny Gu tahu dia seharusnya tidak boleh seperti itu. Jadi setelah menahan emosinya, dia berjalan balik ke atas sofa dan berkata, "Ya sudah. Tapi rumahmu tidak boleh kamu berikan padanya. Kamu harus memintanya balik. Aku tidak ingin menjadi tetangga dengannya."

Lavenia Tsi terus mengintip keluar, kebetulan bertemu dengan mata Dennis Zhou yang melihat ke arahnya. Dia segera duduk kembali, aduh, perutnya lapar sekali ... kenapa dua orang itu belum selesai juga, dia benar-benar sudah lapar sekali.

Dia belum pernah melihat Dennis Zhou yang begitu lembut menenangkan orang. Ternyata kakaknya yang paling hebat, mampu menguasai emosi seorang pria. Kalau dia bisa mempunyai setengah saja dari kemampuan kakaknya itu, bukankah Fernand Meng akan tunduk di bawah kakinya!

Saat Lavenia Tsi duduk di dapur dan mengemuti sendok, Dennis Zhou masih terus menasehati Wenny Gu.

"Kamu tidak boleh tinggal di sini." Dennis Zhou berkata dengan suara rendah, "Aku bisa meminta kembali rumahku dan kamu tinggal di sana. Lalu suruh Lavenia pulang."

"Kenapa begitu." Wenny Gu memandang Dennis Zhou dengan tatapan bingung, "Lavenia juga tidak kenapa-napa, apa kamu tidak enak hati karena Lavenia tahu hubungan kita? Tapi kalau kamu mengusir dia pulang dan dia tidak sengaja bocor mulut bagaimana? Atau ... sebenarnya kamu malu, tidak berani?"

Kepala Dennis Zhou benar-benar pusing, dan dia menghela napas, "Semuanya. Wenny."

Wenny Gu tidak peduli Dennis Zhou kesal atau tidak. Karena pria itu sudah memilih jalan ini, maka seharusnya sudah tahu kalau jalan ini sangat sulit dilalui. Jadi Wenny Gu harus menggaet suatu orang untuk membantunya, "Bukankah ada perkataan asalkan menjadi orang benar, pasti perintahnya akan didengar oleh orang? Paman kecil apa menurutmu perkataanmu sekarang, Lavenia mau mendengarnya?"

Perkataan Wenny Gu sangat usil, dan dia tersenyum. Bukannya ingin menyusahkan paman kecil, tapi menurutnya paman kecilnya kadang terlalu kuno, bahkan bisa dibilang seperti memberi ceramah.

Kemarin berpikir membuka topeng asing itu, mengajak Dennis Zhou pergi ke hotel. Awalnya dia pikir Dennis Zhou bisa berbeda dari dulu, lebih terbuka sedikit. Namun tidak disangka baru tidak bertemu sebentar, pria ini sudah kembali lagi ke bentuk semula.

Apa perlu setiap saat di sisi pria itu, agar Dennis Zhou baru tidak bisa memperlihatkan lagi sisi sebagai seorang paman?

Lavenia Tsi mengintip dari dalam, "Kalau kamu adalah pamanku, aku tidak mau mendengar nasehatmu.Tapi kalau kamu adalah kakak iparku, aku bisa mempertimbangkannya. Tapi aku masih belum boleh pergi."

Kalimat iseng gadis itu membuat Dennis ZHou tertawa. Dia mencubit hidung Wenny Gu, "Adikmu itu baru saja bersamamu beberapa hari, sudah menjadi nakal sama sepertimu."

Wenny Gu berakting marah, "Apanya yang nakal! Kamu seharusnya berkata kami itu melakukan hal yang kami mau, tapi tidak pernah melakukan hal yang melanggar hati nurani."

Tapi setelah itu perut Wenny Gu berbunyi. Semalam dia tidak tidur, paginya ingin tidur, tapi terbangun oleh Lavenia Tsi yang sedang membuat sarapan. Awalnya ingin ikut sarapan baru kemudian tidur lagi, siapa sangka menjadi seperti sekarang ini.

Wenny Gu menepuk bahu Dennis Zhou dengan marah, "Aku mau makan, sudah lapar."

"Ok. Aku juga sudah lapar." Dennis Zhou merasa kalau ada masalah bisa dibicarakan saat makan, jadi dia memutuskan untuk makan dulu.

Saat Dennis Zhou bersiap untuk pergi ke meja makan, dia baru menyadari satu hal. Di rumah Wenny Gu sama sekali tidak meja makan, jadi dia bertanya sambil mengerutkan dahi, "Makan dimana?"

Wenny Gu menunjuk sofa, lalu berpindah ke meja di depan sofa, "Di, di sana ..."

Dennis Zhou memandang sofa itu lama sekali. Di atas sofa bahkan masih terletak banyak sekali barang wanita. Tas make-up menumpuk di ujung sofa. Juga baju-baju terletak berantakan di ujung lainnya. Beberapa kantong belanjaan juga berserakan. Bahkan di belakangnya juga tergantung beberapa helai pakaian dalam.

Dennis Zhou mengerutkan dahi, "Aku ..."

"Duduk di sini saja." Wenny Gu menarik tangan Dennis Zhou, lalu mendorong semua barang ke samping, menyisakan sebuah tempat kosong di tengah. Setelah dirasa sepertinya tidak cukup untuk diduduki tiga orang, dia mengambil sebuah kursi kecil lalu meletakannya di seberang meja.

Dennis Zhou duduk di tengah tumpukan barang dan kekesalannya semakin jelas terlihat. Tapi dia berusaha menahan kekesalannya dan menenangkan dirinya agar tidak usah mempedulikan ini. Karena Wenny Gu pun tidak keberatan.

Perlu diketahui Wenny Gu dan Lavenia Tsi adalah buah hati Charles Tsi. Dua gadis ini tinggal di tempat seperti ini, maka seharusnya dia kasihan bukannya merasa jijik.

Selain itu, Wenny Gu tinggal di sini, semuanya demi dirinya.

Memikirkan ini, ketidaknyamanan itu pelan-pelan hilang. Dia mengulurkan tangan untuk mengenggam tangan Wenny Gu. Wenny Gu tersenyum, tapi tidak lama dilepas oleh wanita itu, "Aku bantu Lavenia buat sarapan dulu, tunggu aku ya."

Dennis Zhou mengangguk.

Dia melihat tubuh Wenny Gu yang indah dan baju tidur yang tipis, dan matanya menggelap.

Wenny Gu berjalan masuk dapur. Sedangkan Lavenia Tsi sudah dari tadi tidak tahan di dalam dapur dan mengomel dengan suara kecil, "Aduh kamu ini ya benar-benar, tidak terlihat kalau kamu di depan paman kecil ini begitu centil."

Wenny Gu tidak merasa seperti disinder, malah mengangkat kepala dan merasa sombong, "Centil di depan pria sendiri, itu bukan centil namanya. Itu namanya perasaan suka tahu tidak?"

"Aiya, aku iri sekali padamu." Lavenia Tsi merasa Wenny Gu yang mengontrol paman kecil seperti, kebalikan sekali dengan kasusnya.

Dia sepertinya dikontrol habis-habisan oleh Fernand Meng. Jadi sebenarnya benar juga kalau dia tidak lebih baik dari kakaknya dalam segala sisi.

Wenny Gu melihat ke arah Lavenia Tsi, dan menemukan wanita itu sedang melamun. Tapi dia tidak berniat memecah lamunan wanita itu. Karena sifat mereka berbeda, jadi cara menyelesaikan masalah juga berbeda. Apalagi Wenny Gu dan Dennis Zhou sudah kenal sejak umur 4 tahun. Jadi perasaan di antara mereka berbeda dari orang lain.

Alasan Wenny Gu bisa mengontrol Dennis Zhou, bukankah juga karena mereka sudah sangat kenal satu sama lain. Dia tahu Dennis Zhou tidak akan marah-marah padanya, jadi berani melakukan hal-hal yang seperti ini.

"Dua orang yang berinteraksi pasti selalu ada batasnya." Wenny Gu melihat Lavenia Tsi seperti sedang berpikir, jadi mengingatkan dengan suara kecil, "Batas dari semua orang itu sebenarnya diberikan oleh masing-masing orang. Saat kamu bisa melewati batas itu, maka dia akan membuat satu batas baru bagimu. Maka pelan-pelan bisa jadi kalian bisa akur. Bersama sebenarnya sesimpel itu."

Lavenia Tsi memandang kakaknya dengan mata besar, seperti tidak pernah kenal dengan orang ini saja.

Wenny Gu mengangkat semangkuk bubur yang panas, lalu dengan tangan yang lain mencubit pipi adiknya, "Aduh, kamu ini. Apa sekarang sudah mau belajar untuk mengontrol suami? Terlalu cepat, terlalu cepat."

"Kamu juga tidak beda jauh dari aku. Wenny Gu!" apa boleh bertindak dewasa seperti itu!

Wenny Gu menegapkan dadanya sendiri, "Iya, aku juga tidak terlalu besar. Tapi aku terlalu kenal dengan batasan Dennis."

Lavenia Tsi baru mengerti. Iya ya, Wenny Gu dan Dennis Zhou terlalu mengenal satu sama lain, sedangkan dia sama sekali tidak mengenal Fernand Meng. Jadi dia jauh lebih sulit dibandingkan Wenny Gu!

Wenny Gu membawa mangkuk bubur keluar. Baru saja mau keluar, dia teringat akan sesuatu. Dia membisikkan sesuatu ke telinga Lavenia Tsi, "Kamu nanti lihat bagaimana terus membuat paman kecil menurunkan batasnya."

Kalimat itu dibisikkan ke telinga Lavenia Tsi, dan Lavenia Tsi tidak mengerti. Setelah Wenny Gu keluar, dia melihat kakaknya sudah merubah wajah menjadi wajah yang menyedihkan.

Wenny Gu membawa sumpitnya dan duduk di samping Dennis Zhou, lalu dengan suara sangat kecil berkata, "Paman kecil, sebelumnya tidak pernah terpikir akan ada tamu yang datang ke rumah. Jadi di rumah tidak ada sumpit lebih, hanya ada ini saja."

Sambil berkata, Wenny Gu menggoyangkan sumpit yang ada di tangannya.

Dennis Zhou bukanlah orang yang sangat parah fobia bersihnya, tapi pikiran pria itu terhadap 'bersih' sangatlah tinggi. Apalagi yang ada di sekitarnya.

Orang yang suka bermain tentu suka bermain dengan yang ada di sekitarnya. Rumah Wenny Gu sudah membuat Dennis Zhou kesal, tapi kali ini Wenny Gu memegang sepasang sumpit, tentu saja maksudnya adalah ingin menggunakan sumpit itu bersama-sama.

Di bawah alam sadarnya, Dennis Zhou menjawab dengan suara kecil, "Tidak apa, paman tidak lapar."

Mata Wenny Gu tiba-tiba terlihat berair, lalu dia berkata dengan sedih, "Kamu bahkan sudah meminum banyak air liurku, masih mempedulikan ini juga. Kalau begitu kamu lapar saja sana."

Lavenia Tsi terus diam-diam memakan buburnya. Sambil makan, sambil melihat kejadian di sana. Dia tiba-tiba berpikir kakaknya sudah bisa mengambil penghargaan Oscar kali. Akting itu, 'pura-pura' sekali ....

Sekarang Lavenia Tsi sudah mengerti. Hanya paman kecil yang bisa menerima kakaknya! Begitu manja dan pura-pura, ckckck.

Melihat Wenny Gu yang sedikit sedih, Dennis Zhou juga tidak tahu harus berkata apa.

Dennis Zhou bukannya tidak mau dekat dengan Wenny Gu. Tapi waktu itu dan sekarang berbeda. Waktu itu mereka berdua di bawah hawa nafsu. Sedangkan di bawah kondisi seperti ini, pasti akan memikirkan banyak hal.

Wenny Gu menghapus air mata, tapi dengan segera dia memakan habis bubur lalu berkata dengan suara kecil, "Aku cuci sumpitnya dulu baru setelah itu kamu makan. Kamu juga tidak boleh lapar bukan. Masakan Lavenia sangat enak lho."

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu