Unplanned Marriage - Bab 354 Dia Adalah Nyawaku

Perkataan ini sangat aneh...

Veronica tidak bisa menyebut apa yang salah, tapi dia juga tidak bisa membuat kesimpulan hanya dari perkataan ini, oleh karena itu dia pun menunggu Dennis menjawab pertanyaannya.

Dennis mengerutkan alisnya, melihat ekspresi Wenny yang sedih dan kasihan, dia akhirnya berbohong, "Gadis ini berpikir aku berhubungan dengan sekretaris di kantor, dia bersiap-siap menyebarkan berita ini, tapi sebenarnya aku tahu dia hanya ingin mengancamku untuk memberinya kado yang lebih mahal untuk ulang tahunnya."

Wenny tercengang, gila, alasan ini langsung terpikirkan saja ya paman kecil. Dimana paman kecilku yang polos, baik dan tidak pernah berbohong itu?

Tapi oke deh... Mengingat akibat yang lebih parah, Wenny pun terpaksa diam dan ikut berpura-pura, "Ibu~ Lihatlah sejak paman kecil dan Dhea Meng itu putus, aku merasa ada yang aneh dengannya, setelah aku mencari tahu dengan kemampuan detektifku, ternyata dia dan sekretarisnya Hanny Ruan, mesra sekali~"

Saat mengatakan "mesra", Wenny merasa geram, Dennis pun hanya bisa tersenyum pasrah.

Tapi kebetulan saat itu pandangannya jatuh kepada Arnold, merasa tidak enak, dia pun memotong perkataan Wenny dan melihat Arnold, "Arnold kok bisa datang kesini."

"Aku datang mengantar data tari solo." Alasan Arnold ini terdengar jauh lebih berbobot dari alasan Dennis. Arnold pun tersenyum kepada Veronica dan berkata, "Tapi tidak kusangka malah bertemu dengan tante Gu disini, aku berencana mentraktir mereka makan malam, kebetulan kamu pun datang."

"Oh." Dennis menunduk dan melihat Wenny, lalu berkata kepada Veronica: "Karena kakak disini, aku tidak ganggu kalian lagi deh, tapi tolong kakak bantu aku nasehati Wenny ya, tolong suruh dia jangan ngomong sembarangan, kado ulang tahun pasti ada, dan pasti akan lebih baik dari tahun lalu. Arnold, aku ingin bicara denganmu, ayo pergi."

Saat melihat Dennis datang, Arnold sudah menebak kalau makan malam kali ini pasti akan batal, tapi dia juga merasa tidak apa-apa, dia membalikkan badannya dan berkata selamat malam kepada Veronica dan Wenny, lalu pergi bersama Dennis.

Dennis dan Arnold pun tiba di bawah, nada bicaranya terdengar serius: "Arnold, aku menganggapmu sebagai temanku, ngapain kamu disini?"

"Tidak ngapa-ngapain." Arnold tersenyum, "Aku sedang mengejar wanita cantik, memangnya ada yang salah?"

Dennis pun menjawabnya, "Wenny itu milikku, sekarang dia pacaran denganku."

Awalnya Arnold kaget, lalu tiba-tiba dia tertawa, setelah sekian lama dia pun melihat ke Dennis, "Dennis, dulu aku pernah bilang kamu pasti menyukainya, tapi kamu malah bercanda, kalian adalah paman dan keponakan, dan kalaupun kalian pacaran, tapi kalian belum mengumumkan hubungan kalian bukan? Kalau memang benar, aku tentu boleh dong menganggap kalau hal ini tidak benar adanya?"

"Arnold." Dennis memotong perkataannya, "Aku katakan sekali lagi, kali ini aku memberitahumu, Wenny adalah milikku, dan tetap akan menjadi milikku selamanya."

Dennis jarang melakukan hal seperti ini, sejujurnya, hal seperti ini membuat orang-orang merasa lucu.

Tapi sikap Arnold membuatnya merasa jijik, Arnold si playboy ini tidak perlu mempedulikan keadaan Wenny dengannya, kalau suatu hari Dennis menyukai pacar Arnold, dia juga tidak akan melakukan hal seperti ini.

Ini bukan masalah perasaan, tapi lebih kepada masalah pertemanan.

Arnold tertawa, "Ngapain ngomongin ini, aku tahu jelas. Dennis kamu juga sudah terlalu berlebihan, apakah kamu mengira Wenny sangat mencintaimu dan setia, lalu tidak bisa meninggalkanmu karena aku?"

Dennis sangat emosi, tapi saat dia bersiap-siap untuk pergi, Arnold mengikutinya dari belakang dan melanjutkan perkataannya "Dan kalau memang kalian sudah bersama, kenapa tidak diumumkan saja? Kalau sudah diumumkan apakah aku akan melakukan kesalahan seperti ini? Tidak mungkin bukan... Kalau memang belum diumumkan, jangan salahkan orang lain yang mengira kalau Wenny masih single."

Melihat Dennis tidak berbicara, Arnold pun melanjutkan lagi: "Dulu bukannya kamu yang selalu pusing keponakanmu ini tiap hari mengikutimu dari belakang, kamu juga curhat kepadaku, dan kamu bilang kalau kamu tidak ingin bersama dengan keponakanmu. Kenapa dalam waktu sesingkat ini kamu malah berubah pikiran?"

Di depan orang lain Arnold biasanya jarang bicara dan bersikap cool, tapi di depan temannya sendiri sikapnya berbeda lagi, hal ini sempat membuat Wenny kaget.

Tiba-tiba Dennis menghentikan langkah kakinya, memutar badannya dan melihat Arnold yang tersenyum.

Saat ini Dennis benar-benar emosi.

Arnold langsung berkata tepat pada sasarannya, mengatakan dia tidak mengumumkan hubungan mereka.

Tapi tidak mengumumkannya adalah perintah Wenny, dia berharap agar mereka berdua bisa menikmati hubungan mereka untuk sementara, Dennis pun akhirnya menyetujui Wenny.

Melihat Dennis bermuka masam, Arnold pun langsung kesana dan menepuk punggung Dennis, "Sudahlah, aku bercanda saja, aku juga menganggapnya sebagai keponakan kok"

"Semoga benar begitu." Nada bicara Dennis sangat dingin, "Diumumkan atau tidak adalah urusanku dengannya, tidak bisa menjadi alasanmu untuk mengejarnya. Kalau kamu masih tidak mengerti perasaanku kepadanya, sekarang aku beritahu kamu, dia adalah nyawaku."

Arnold pun menepuk tangannya dan berkata, "Oke deh. Kukatakan sekali lagi, aku tidak akan mengejar Wenny, oke?"

————————

Setelah Dennis pergi, Wenny masih melihat ke arah pintu, Veronica pun berkata, "Sudahlah, paman Koo mu sudah pergi."

Ya ampun ibu jangan ngomong sembarangan dong...

Wenny merasa canggung, tapi dia tidak bisa mengatakan kalau Veronica tidak benar, dia pun berkata: "Ibu kamu sudah salah paham..."

"Ibu sudah pengalaman, masa ibu tidak tahu?" Veronica menarik tangannya dan berkata: "Kamu sekarang pasti punya pacar."

Kalau tidak, mengapa dia tidak bisa menjelaskan durex itu, apalagi wajah Wenny sekarang sangat merah, keadaan seperti itu sudah jelas menunjukkan kalau dia sedang pacaran, Veronica pun sudah bisa memastikan kalau Wenny tadi sedang berpura-pura saja.

Wenny memegang dahinya, sepertinya bagaimanapun dia menjelaskan kepada ibunya, ibunya sudah tidak percaya lagi.

Bagaimana ini aaaaahhhh... Kenapa Arnold harus datang di saat itu, dasar Arnold...

Veronica pun berkata: "Ibu tidak mencegah kamu pacaran dengan Arnold, jujur saja, dia juga termasuk seorang anak muda yang berprestasi, umur tiga puluh tahun sudah memiliki perusahaan yang didirikannya sendiri. Tapi dia sedikit playboy, ibu takut kamu rugi."

"Playboy, tidak sedikit ibu." Wenny melanjutkan, "Sebelumnya wanita yang di sampingnya juga wanita cantik yang memakai gaun merah.

"Kenapa mengatakan pacar sendiri seperti itu?" Veronica memijit telapak tangan Wenny, Wenny pun berteriak kesakitan, akhirnya dia pun terpaksa berkata: "Oke deh, aku sudah punya pacar oke?"

Veronica mencuil dahinya, lalu berkata, "Sebenarnya beberapa tahun lalu, ibu juga tahu kamu menyukai paman kecilmu. Bukannya ibu dan ayah tidak setuju, tapi paman kecilmu jelas tidak menyukaimu, sejak kecil dia menjagamu, dia juga tidak mungkin punya perasaan cinta terhadapmu. Ditambah lagi umurnya jauh lebih tua darimu, dari beberapa hal tidak terlalu cocok. Untunglah yang datang hari ini adalah Arnold, ibu pun jauh lebih tenang, kalau itu Dennis, mungkin ayahmu bakal sakit lagi."

Seketika Wenny pun terkejut, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Melihat Wenny yang gelisah, Veronica mengira perkataannya sudah mengingatkan masalah hati Wenny, dia pun mencoba menenangkannya, "Kalau Arnold baik kepadamu, ayah dan ibu tidak akan meminta banyak."

"Aku mau bersama dengan siapa, ngapain kalian ikut campur..." Gumam Wenny, dia ingin mengatakannya, tapi mengingat ayahnya yang sudah sakit, dan tidak ingin ibunya juga ikut sakit, dia pun terdiam.

Veronica melihat jam, karena sudah malam, dia menyuruh Wenny cepat istirahat dan dia pun pulang.

Setelah Veronica pulang, Wenny pun merasa lega dan duduk di atas sofa, sialan, rumah ini tidak ada air hampir saja dia ketahuan, untung saja karena Arnold dan Dennis datang, telah mengalihkan perhatian ibunya, untuk sementara rahasianya ini pun masih terjaga.

Tapi Veronica sudah salah paham tentang Arnold.

Ya Tuhan...

Wenny mengambil durex itu dan melemparnya ke luar pintu, terlempar ke tubuh seorang pria yang masuk.

"Kenapa kamu punya kunci pintu rumah ini!" Tanya Wenny

Dennis pun menghela nafas, "Christian memberinya kepadaku."

Dennis memegang durex yang dilempar Wenny kepadanya, dia pun bingung melihat Wenny, membuat Wenny semakin emosi dan berdiri, lalu berjalan kesana dan menunjuknya, "Ayo katakan, apakah kamu yang memakai ini saat kamu dan Hanny disini??? Di dalam kamar ada baju dalammu juga durex, apa maksudnya???"

Dennis pun terdiam, dia merasa Wenny sangat lucu.

Dia memeluk Wenny, "Dasar gadis kecil, bukannya jelas kalau aku dan dia tidak ada apa-apa?"

"Kalau aku ngotot, kalian pasti ada apa-apanya!" Jawab Wenny sambil melotot, ekspresinya terlihat sangat imut.

Dennis pun menariknya duduk di atas sofa, awalnya Wenny masih marah, tapi karena merasa nyaman dipelukannya, dia pun menyandarkan tubuhnya, Dennis merapikan rambut di samping telinganya, "Aku suka kamu seperti ini, benar-benar pengertian."

"Aduh, paman kecilku sekarang jago muji ya."

Wenny baru saja memujinya, tapi Dennis masih memperhitungkan masalah Arnold, "Ngapain Arnold mencarimu malam ini, kenapa dia tahu kamu ada disini."

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu