Unplanned Marriage - Bab 179 Tuan Keempat, Semua Sudah Diatasi

Ricky dan Livina mengepungnya dari kiri dan kanannya, mereka membawa Charles mundur, badan Caroline lemas dan mulai terjatuh, Livina mengulurkan tangan dan menopangnya.

"Charles! Kehidupan sebelumnya aku pasti berhutang kepadamu!" Caroline berteriak, emosinya sudah tidak terkontrol.

Charles yang wajahnya pucat menutup matanya setelah mendengar perkataan Caroline, Veronica berlari dari belakang, matanya menatapi pisau yang berada didada Charles, dia bergegas mencari teleponnya, "Telepon ambulan.....ambulan......"

Livina melirik Caroline yang sedang menangis ditangannya, dan berkata kepada Ricky, "Kamu urus luka Charles dulu, serahkan dia kepadaku."

Ricky menganggukkan kepalanya, kali ini Livina adalah bala bantuan mereka yang paling utama, jika tidak, mereka ini yang hanya mempunyai bisnis namun tidak mempunyai bawahan juga susah untuk mengatasi masalah seperti ini.

Albert juga mungkin tidak akan terpikiran bahwa sebenarnya mereka sudah berkontak dengan Livina diam-diam dan menyuruhnya untuk membawa bawahannya yang paling hebat kesini.

Hingga Ricky dan lainya pergi, barulah Livina meletakkan Caroline dikursi yang berada dibelakang sana, "Hutang seseorang ada batasnya, dia berhutang kepadamu, tapi tidak berarti bahwa dia harus mengembalikannya menggunakan seumur hidupnya, jika dia tidak mencintaimu lagi, maka hanya bisa dibilang bahwa takdir kalian memang begini, tidak ada gunanya mati bersama seperti ini."

Perkataan Livina tegas, karena dia tidak begitu mengenal orang-orang ini, dia hanya menggunakan identitas orang ketiga untuk mendengarkan semua ini, tapi dia tidak akan mempunyai perasaan yang sama dengan mereka, jadi dia hanya bisa menggunakan pemikiran orang luar untuk menyelesaikan masalah yang rumit ini.

Saat ini, dari luar sana masuk seorang lelaki yang terlihat lumayan tampan, dia menundukkan badannya dan berkata kepada Livina, "Tuan Keempat, semua sudah teratasi, ini adalah barang yang kamu inginkan."

Livina menerima barang yang diberikan oleh Antoni, dia menganggukkan kepalanya lalu menyuruh Antoni pergi dulu.

Caroline terduduk diatas kursi bagaikan sudah lumpuh, tatapannya kosong.

Livina berkata, "Sekarang disini sudah dikontrol oleh orangku, apakah kamu akan pergi denganku?"

Caroline seolah tidak mendengarkannya, dia tidak mengatakan apa-apa.

Livina tidak peduli, "Kamu akan aman jika pergi bersama kami, Albert akan segera kembali, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu disini."

Sebenarnya Livina bisa langsung membawa Caroline pergi, tapi dia ingin membuat sebuah percobaan, mencoba seberapa pentingnya Caroline terhadap Albert, apakah dia akan mencegatnya disini.

Caroline menatapi Livina.

Livina tersenyum, dia melanjutkan, "Menurutku sekarang kamu juga sudah kehilangan logikamu, kalau begitu aku kasih kamu dengar sebuah rekaman saja."

Rekaman itu baru saja diberikan oleh Antoni, Antoni membawa satu tim orang untuk pergi ke markas Albert, dan merekamnya.

Suara Albert sama seperti biasanya, tapi gaya bicaranya berbeda seperti biasanya, dia sama sekali bukan pria ceria seperti biasanya.

"Caroline sudah mendengar perkataanku dan mengajak Charles untuk bertemu." Albert tersenyum, "Dia adalah hewan peliharaanku yang paling lucu dan mendengarkannya, selama ini aku paling menyukainya, tidak ada yang lebih membuatku senang dibandingkan dengannya, sayangnya........hanya tersisa lima tahu lagi, sudah rusak."

"Bagaimana rasanya? Aku lihat kamu sudah memainkannya begitu lama tapi masih saja belum bosan." suara orang yang menanyakan Albert sedikit tajam, suaranya membuat orang benci, "Sudah rusak saja kamu masih mempertahankannya, sepertinya kamu juga benar-benar mencintainya."

"Kamu tidak tahu seberapa menariknya dia." Albert tertawa terbahak-bahak, "Didalam hatinya dia menyukai Charles, ketika bersetubuh bersamaku, dia malah sangatlah terbuka, dia adalah wanita yang perkataan dan tindakannya berbeda, waktu itu aku membius kakakku dan menidurinya disampingnya, dia sangatlah gembira, mulutnya mengatakan tidak, badannya malah sangatlah ramah, hahahahaha, aku tidak tega melepaskan wanita yang begitu menarik."

Caroline mendengarkannya, tatapannya mulai kembali bersinar, awalnya badannya yang lemas malah kembali gemetaran.

"Apakah kamu masih ingin terus mendengarkannya?" tanya Livina, tatapannya sama sekali tidak mengasihaninya, jika Caroline tidak mengatakan tidak, dia masih akan terus melepaskannya.

bibir Caroline bergerak, lalu berkata, "Dengar, tentu saja dengar."

Livina lalu terus melanjutkannya.

Kata-kata dibelakangnya semakin keterlaluan, semakin tidak enak didengar, sambil mendengarkan, tiba-tiba Caroline berjongkok dan memegang kepalanya, dia tertawa namun air matanya mengalir.

Adegan tertawa dan tersenyum ini membuat Antoni merasa tidak tega, dia melangkah dan berbisik ke Livina, "Tuan Keempat, bagaimana caranya mengatasi nona ini?"

Livina melihat jam, setelah mengetahui hal ini, dan pergi dari markas hingga kesini, seharusnya juga harus sampai, jika masih belum ada kabar, hanya bisa dibilang bahwa Caroline sudah dilepaskan oleh Albert.

"Bawa dia pergi bersama kita." Livina memerintah Antoni, sesaat kemudian, ada dua orang yang memegang jas hitam masuk kedalam, dan menopang Caroline untuk berdiri.

Caroline ditopang hingga setengah melayang, matanya sudah membengkak karena menangis.

Livina sepertinya sama sekali tidak menyayangi wanita cantik, dia sama sekali tidak menasehatinya, dia bersiap untuk pergi dari villa ini.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar, ada yang mengatakan bahwa, "Tuan keempat, diluar sana ada orang yang bernama Albert Du, katanya dia ingin berkomunikasi denganmu."

Livina tersenyum secara diam-diam, barulah dia berbalik menoleh Caroline, "Dia sudah datang, kamu ingin pergi dengannya atau pergi denganku."

Caroline menatapi Livina, dan berkata, "Terserah."

Dia sudah tidak perduli dengan nyawanya sendiri, seolah semua ini sudah tidak ada hubungannya dengannya.

Livina menganggukkan keplanya dan membawa orang-orang keluar dari villa.

Albert tidak membawa banyak orang dia berdiri sendiri didepan air manjur, dia tersenyum dan melamaikan tangannya kepada Livina, "Siapa nama kakak ini? ada apa dengan semua ini?"

"Livina Chu, Hangzhou." Livina mengenalkan dirinya secara sederhana.

Yang bermain didunia mafia pasti mengenal nama ini, hanya saja belakangan ini Livina sudah mulai menjaga diri, dia tidak ikut kedalam hal-hal beginian secara langsung, dia selalu memberikan hal seperti ini kepada bawahannya, dirinya sendiri mulai menjalankan bisnis perdagangan.

Jika bukan karena hubungannya baik, Livina tidak akan turun tangan sendiri.

Albert melompat dari air manjur, lalu menaikkan alisnya, "Aku tidak tahu kapan aku menyinggung Tuan Keempat, mengapa memperlakukan wanitaku seperti ini?"

"Tidak apa-apa." Jawab Livina, "Tadi dia menyinggung sahabat baikku, Charles, bagaimana menurutmu?"

Livina tentu saja tidak akan membongkar kartu Albert disini, dan ini juga bukan saat yang paling baik.

Sama-sama adalah pendatang baru, tidak ada yang bersedia merusak hubungan disini.

Albert tersenyum, "Jika Caroline melakukan kesalahan, aku mewakilinya untuk meminta maaf kepadamu, tapi Tuan Keempat, aku jamin, aku tidak tahu dia akan melakukan hal begituan kepada Kak Charles, jika aku tahu, aku pasti akan menjaganya dengan baik, aku masih berencana untuk menikah dengan Caroline, dia tidak akan mengganggu Charles lagi, ok?"

Perkataan Albert terlihat tulus, tatapannya kasihan, sekali dilihat sama seperti seorang lelaki yang sangat mencintai Caroline, jika bukan karena sudah mengetahui orang ini, pasti akan terbohong oleh kebohongan yang dikarangnya.

Livina tidak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum.

Suasana tiba-tiab terasa canggung.

Tiba-tiba, Caroline berkata, "Aku tidak mau pergi bersama kalian, lepaskanlah aku."

Livina menoleh dengan ekspresi sedikit diluar dugaan, matanya melirik Caroline, seolah ingin memastikannya.

Caroline lalu mengatakannya dengan tegas, "Aku akan bersama dengannya, aku tidak akan mengganggu Charles lagi."

Perkataan ini seolah sedang membantu Albert, tapi seperti juga membantu Livina.

Livina sedikit tidak mengerti dengan pilihan Caroline, tapi setelah mendengar rekaman Albert itu, mengapa dia masih memilihnya?

Tapi Livina menghormatinya, jika Caroline sudah memilih untuk tinggal bersama Albert, maka dia tidak akan meminta apa-apa, dia langsung menyuruh orang untuk melepaskannya.

Caroline berjalan kesamping Albert dengan susah payah, lalu terjatuh dalam pelukannya.

Albert memeluk pinggangnya yang kurus, "Hari ini kamu tidak baik, mengapa kamu sembarangan? Mereka memberitahuku, kamu menyiram bensin didalam rumah, bagaimana aku bisa meninggalinya malam ini?"

Caroline berkata, "Aku sudah tidak kuat berjalan, peluk aku kembali dulu."

Albert memeluk Caroline dan tersenyum kearah Livina, langkahnya melaju kearah villa.

Livina berbalik melirik mereka berdua, lalu dia mengelengkan kepalanya, ada hal yang tidak bisa dimengerti olehnya, namun dia tidak akan mencampuri urusan orang lain.

semua orang berpergian.

sesaat kemudian, seolah semuanya sudah selesai.

Caroline berbaring dipelukan Albert, dia mengelus pipi Albert menggunakan hidungnya, "Albert, kita sudah berapa lama bersama?"

"Sudah bertahun-tahun, aku sudah tidak ingat." ketika berkata dengannya, suara Albert sangatlah lembut, sama sekali tidak sama dengan suara didalam rekaman.

Caroline tersenyum, seperti pertama kali bertemu dengannya, "Dia berada didalam hatiku, tapi kamu adalah satu-satunya lelaki yang kumiliki, apakah kamu tahu mengapa aku jelas menyukainya namun tidak berpisah denganmu, terakhir aku mengerti, aku tidak bisa melepaskannya, namun aku tidak bisa meninggalkanmu."

Albert tercengang, dia lalu mengelus rambut Caroline menggunakan jarinya, hidungnya mencium wangi obat-obatan, "Aku tahu."

"Jadi, kita menikahlah." Caroline tiba-tiba menatapinya, tatapannya berubah menjadi bersinar, "Aku ingin menikah, menikahlah denganku, ok?"

Kali ini Albert benar-benar tercengang.

Ketika Veronica menopang Charles keluar dari gedung, pikirannya kosong, dia menatapi pisau yang penuh dengan darah itu.

Ricku mengatakan bahwa terlalu lama untuk menunggu ambulan, dia langsung mengantarkannya kerumah sakit.

Veronica menganggukkan kepalanya karena panik, lalu bersama Ricky, mereka mengantarkan Charles duduk dibangku belakang mobil, dirinya duduk disampingnya dan memegang tangannya.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu