Unplanned Marriage - Bab 380 Aku Tidak Menemukan Kebahagiaan

Bagaimanapun Fernand Meng adalah artis, wajar saja kalau ada perubahan jadwal yang mendadak.

Selesai Wenny Gu berkata, Veronica Gu pun tidak berpikir lebih jauh lagi, memanggil semua orang untuk segera mulai makan.

Lavinia Tsi waktu makan tentu saja dari awal sampai akhir hatinya tidak ada di sana, dia tidak hentinya mengirimkan pesan singkat kepada Fernand Meng, menjelaskan isi hatinya, atau di alam bawah sadarnya dia lebih condong pada sosok Fernand malam hari, yang sejak semula memberikan cinta pada Lavinia adalah dia, sejak semula membuat Lavinia merasakan cinta adalah dia.

Yang membuat seluruh dunia tahu akan keberadaan Lavinia, juga adalah dia.

Semua kenangan, ada dia yang menemani, bahkan malam itu apa yang mereka perbuat dalam ruangan itu, juga bersamanya.

Lavinia Tsi terus menerus mengirimkan pesan singkat, sampai hampir meneteskan air mata, dia mengira setidaknya Fernand Meng akan mempedulikannya.

Tidak sangka dai sama sekali tidak membalas.

“Ayah, ibu, semuanya, aku sudah beres makan, duluan naik ke atas ya.” Lavinia Tsi berkata perlahan, memalingkan wajahnya dan segera berlari naik.

“Anak ini….” Baru saja Veronica Gu akan bicara, ditahan oleh Wenny Gu.

Clarissa Lin dengan tampang sangat penasaran memandangi punggung Lavinia Tsi, dia juga ingin naik untuk melihat Lavinia Tsi, Wenny Gu juga melarangnya, “Sudahlah, ayo lanjut makan. Lavinia baru saja pulang dari perjalanan jauh, pastinya sangat lelah. Biarkan dia istirahat lebih awal.”

Dengan kondisi Lavinia Tsi yang seperti sekarang ini, siapapun tidak ada yang bisa menghiburnya, lebih baik membiarkannya menenangkan diri sendiri.

Dalam hati bertanya-tanya, namun wajahnya tidak menampakkannya, Veronica Gu kembali duduk, di rumah sedang banyak tamu, Lavinia Tsi adalah seorang anak yang pengertian, di samping itu masih ada Wenny Gu yang membantu Wendy Zhang.

Charles Tsi dari awal sampai akhir hanya terdiam di sana, sorot matanya dalam, tidak tahu apa yang ada di pikirannya.

Lavinia Tsi duduk di balkon kamarnya, angin malam yang sedikit dingin meniup wajahnya, dia sudah memikirkan banyak hal, di usianya yang 19 tahun ini dia sudah mengenal sosok pria yang terpenting seumur hidupnya.

Lagipula pria ini sudah begitu baik kepada keluarga Tsi.

Ini semua bukanlah fokusnyanya, yang menjadi fokus adalah di antara dia dan pria ini telah tercipta sebuah cinta, dialah yang terlebih dulu menaruh hati, selanjutnya di antara pria ini dan dirinya karena terjadi suatu insiden, mereka menjadi jalan bersama.

Ayah pernah berkata kepadanya, suatu hari kamu akan menyesali pilihanmu hari ini, karena kamu masih terlalu kecil, kamu sama sekali tidak mengerti tentang cinta.

Lavinia Tsi sedang berpikir, apakah benar ini karena usia yang muda, maka terjadi konflik seperti ini? Tapi jaman dulu, wanita berumur 14 tahun sudah menikah, dia tidak pernah merasa dirinya terlalu kecil.

Satu-satunya kekurangan dia hanyalah pengalamannya yang terlalu sedikit, jadi tidak bisa melihat cara orang menyelesaikan masalah dan menghadapi hidup, di sampingnya adalah orang-orang yang mengurusi hidupnya, dia ingin mengurus hidup Fernand, tidak disangka malah membuatnya membenci dirinya.

Cukup lama Lavinia Tsi ragu-ragu, sebelum akhirnya dia mengambil ponselnya dan menelepon Fernand.

Terdengar nada sambung untuk beberapa saat, lalu ada bunyi seperti akhirnya telepon diangkat.

Terdengar suara Fernand Meng yang sepertinya sedang mabuk, baru saja Lavinia Tsi mau mulai bicara, terdengar dia berkata sambil tertawa main-main: “Jangan mendekat, aku ada sedikit urusan.”

“Wah, minum sampai begitu senangnya!” Suara wanita yang genit itu membuat hati Lavinia Tsi seketika gemetar.

Tapi perlahan suara ribut itu menjauh, Lavinia Tsi berkata: “Kak Bai, apakah kamu terima pesanku? Aku sudah menjelaskannya padamu…”

“Tidak perlu dijelaskan.” Suara Fernand Meng menjadi dingin, “Lavinia Tsi, sesungguhnya gadis kecil sepertimu ini tidak cocok untukku.”

“……………” Lavinia Tsi terdiam lama, akhirnya berusaha keras bertanya, “Dulu kamu tidak berkata begini.”

“Kamu lihat, aku biasanya senang pergi main, terhalang oleh tipe sepertimu aku hanya bisa diam di rumah.” Fernand Meng kembali tertawa mengejek, seperti menertawakan dirinya sendiri, “Juga ada ayahmu yang memperlakukanmu sebagai harta yang paling berharga, sedangkan aku, harus bergantung pada keluargamu untuk hidup, bahkan dulu mengharuskanku tinggal di rumahmu, iya kan? Dia juga belum pernah menunjukkan wajah yang ramah kepadaku.”

Perlahan mata Lavinia Tsi berkaca-kaca.

Bukankah masalah yang dulu itu dia yang mengatakannya, dia ingin menghadapi keluarga Lavinia, dia ingin menjemputnya untuk keluar dan tinggal bersamanya, jadi dia kembali ke rumah keluarga Tsi untuk menghadapi ayah dan ibunya.

Tapi bibirnya seakan terkunci rapat, saat ini tidak tahu apa yang harus dikatakan pada Fernand Meng.

Karena apa yang dikatakannya memang benar.

Semua hal yang dikatakannya tadi, Lavinia Tsi memang tidak suka, sehingga dia tidak bisa seperti gadis tadi menemaninya minum bir, menemaninya berdansa, menemaninya bersenang-senang.

Kalau misalnya dia pergi pun, hanya duduk canggung di sisinya, melihat semuanya itu.

Sejak kecil didikan yang diterimanya membuatnya menjauhi hal-hal demikian, hatinya menolak, tapi karena sosok yang malam hari ini suka, dia juga hanya bisa menemaninya.

Dengan suara kecil Lavinia Tsi berkata, “Maaf, aku tidak berpikir bahwa aku begitu membosankan.”

“Memang membosankan.” Fernand Meng tertawa sebal, “Membosankan sampai-sampai tidak punya otak, bahkan bisa-bisanya memanggilkan dokter untuk memeriksaku.”

“Aku mencarikan dokter untukmu karena aku mencintaimu.” Lavinia Tsi mau tidak mau menegaskan lagi pendiriannya, “Aku sama sekali tidak ada pemikiran begitu, aku hanya murni ingin kamu sembuh, kita kemudian bisa menikah dan memiliki anak….”

“Cinta bukanlah menjadi alasan kamu membunuhku.” Semakin lama suara Fernand Meng semakin dingin, “Lavinia Tsi, sekarang aku berpikir, sebenarnya aku tidak begitu mencintaimu seperti yang aku bayangkan.”

Begitu Lavinia Tsi mendengar perkataan ini, dirinya terpaku, tangannya memegang erang ponselnya, lama sekali sepertinya bahkan dia tidak bernafas.

Sebelumnya dia pernah berkata kepada banyak orang bahwa dia mencintai Lavinia.

Dalam sekejap saja sudah berbalik.

Lama, barulah dia bertanya dengan suara serak: “Kamu jatuh cinta pada orang lain?”

“Ya” Fernand Meng menjawab asal.

Bagian dalam hati Lavinia Tsi yang paling kuat itu seketika jatuh, dia selalu bergantung pada dia yang begitu mencintai dirinya, tidak disangka, yang duluan berkata tidak cinta pun adalah dia.

Lavinia Tsi merasakan kepalanya sakit, dia tiba-tiba teringat Fernand Meng versi siang hari pernah berkata kepadanya, kepribadian yang berbeda menentukan dia berkepribadian yang agak lambat menjadi panas, mencintai seorang gadis pun waktunya lama, sebaliknya sosok yang malam hari memiliki kepribadian yang lain lagi.

Dia bisa begitu menggebu mencintai seseorang.

Tapi sebaliknya juga bisa dengan cepat menyudahi cintanya.

Cinta bagi sosok malam hari ini, seperti makanan cepat saji, karena dalam hidupnya tidak banyak waktu seperti siang hari, bisa berbincang lama pelan-pelan menikmati.

Dada Lavinia Tsi seperti mau meledak rasanya, dia berusaha sekuat tenaga mengendalikan hatinya, dengan baik-baik berkata: “Maap, kak Bai maafkan. Aku mengerti, kalau….kalau begitu kita berpisah saja….semoga kamu bisa menemukan kebahagiaanmu.”

“Aku tidak menemukan kebahagiaan.” Dia menjawab seperti ini. “Sedang kamu, juga bukan ditakdirkan sebagai kebahagiaan bagiku.”

Telepon ditutup.

Fernand Meng menghapus nomor telepon Lavinia Tsi dari ponselnya, sorot matanya begitu kelam.

Lavinia Tsi mendengar nada “tut tut tut” di telepon, seketika merasa pusing.

Fernand Meng sudah tidak menginginkan dirinya lagi.

Akhirnya dia kehilangan Fernand.

Kedua kalimat ini terus berputar tak henti dalam pikirannya, dia memegang kepalanya membenamkannya di antar kedua lututnya, belum pernah sebelumnya dia mengalami waktu-waktu seperti ini, membuat dirinya seperti kehilangan arah, tidak tahu selanjutnya masih bisa berbuat apa.

Tiba-tiba bahunya ditekan, Wenny Gu berdiri di sampingnya.

Dengan mata yang merah Lavinia Tsi menoleh melihat kakaknya, bintang di kejauhan bersinar dengan romantis, seluruh langit diselimuti warna biru gelap, mosaik batuan permata, dengan suara perlahan dia berkata kepada Wenny Gu: “Kak, aku sudah putus dengannya. Selanjutanya aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya….”

Wenny Gu mengelus-elus rambut panjang adiknya, “Kalau ingin menangis, menangislah. Janganlah menahannya, adik manisku.”

Akhirnya airmata Lavinia Tsi menetes satu persatu, dia memeluk paha Wenny Gu, berkata sambil menangis: “Kak, jangan beritahu ayah dan ibu ya? Kalau diberitahukan kepada mereka, mereka pasti akan menyusahkan dia.”

Kalau saja Fernand Meng adalah seseorang yang tidak dikenal atau tidak dikenal baik, ya sudahlah.

Tapi masalahnya dia adalah Cornelius.

Kalau Veronica Gu tahu bahwa Cornelius-nya putus dengan Lavinia Tsi, pasti akan sangat marah.

Lavinia Tsi tidak ingin masalah ini mengganggu ayah ibunya, jadi hanya bisa memohon kakaknya untuk tidak membocorkannya, “Kakak kamu menyanggupi permintaanku kan?”

“Kamu demi supaya ayah dan ibu tidak membuat perhitungan dengan Fernand Meng, maka kamu memilih menyiksa dirimu sendiri?” Wenny Gu bertanya sambil mengeryitkan alisnya.

“Bukan begitu.” Lavinia Tsi menghapus airmatanya, dia menarik kakaknya agar duduk di sampingnya, lalu dia mendongak memandang langit luas di hadapannya.

“Kakak apakah kamu tahu? Dulu Fernand Meng adalah seperti bintang itu di dalam pandanganku.” Dia mengulurkan tangan menunjuk, “Jauh tidak terjangkau, juga sama sekali tidak bisa disentuh, dia ada dalam hatiku, titik akhir yang sebenarnya tidak bisa dicapai. Belakangan perusahaan mereka melirikmu, ingin mengontrakmu menjadi trainee, aku berusaha untuk bisa pergi, bahkan juga mengeluarkan satu-satunya keberanianku, ingin mencobanya.”

Semua hal berkaitan dengan Fernand Meng, bagi gadis muda yang baru mekar ini, bagaikan sebuah mimpi.

Terbangun dari mimpi, semuanya hilang.

Terbenam dalam mimpi itu, dia pernah tertawa pernah pula menangis, kehilangan benda yang sangat penting, tapi sama saja tidak ada penyesalan.

Dia terus merasa, semua ini dia yang menemukannya.

“Hari ini betul-betul aku salah.” Lavinia Tsi tertawa getir: “Sekarang aku sungguh mengerti apa yang dia katakana, dia tidak punya waktu untuk untuk menghilang perlahan, jadi cintanya datang dengan sangat cepat, nyala api yang membakar, tapi juga dengan cepat juga membakar habis semua gairahnya….”

Karena tidak ada waktu untuk saling mengenal, jadi Lavinia Tsi tidak cukup memahami orang itu.

Terlebih sosok versi malam hari itu, dia bersedia menemaninya melakukan hal-hal yang disukanya, tapi sama sekali tidak tahu pemikiran apa yang ada dalam hatinya.

Lavinia Tsi menghela nafasnya, akhirnya dia menutupi wajahnya dan mengerang, “Pokoknya aku tidak mau ayah dan ibu tidak menyukainya, dia sudah pernah menyelamatkanmu juga kakak Gerson….dia adalah pahlawan dalam hatiku.”

Wenny Gu ragu cukup lama, tiba-tiba dia mencubit tangan kecil Lavinia Tsi, menurunkan tangannya dari wajahnya, waktu dilihatnya sisa air mata di wajahnya, dia mengambil tisu dan membersihkannya.

Dulu, dia selalu merasa adiknya yang satu ini sangat bodoh, saking bodohnya sampai membuat orang sangat ingin melindunginya, sekarang lihatlah, dia masih tetap bodoh, saking bodohnya membuat orang mengasihaninya.

Wenny Gu berkata: “Sesungguhnya permasalahannya tidak seberat yang kamu bayangkan.

“Hah?” Lavinia Tsi tertegun sesaat.

“Versi yang malam ini hanyalah kepribadiannya yang lain, kepribadian yang sesungguhnya sekarang bukankah juga mengakuimu? “ Wenny Gu dengan tenang mewakili adiknya melakukan analisa, “Jadi kamu sebetulnya bisa mengenalkan Renaldi Shen kepadanya, aku kira dia seharusnya sangat ingin menyembuhkan penyakitnya kan?”

“Tidak mau.” Lavinia Tsi segera menggeleng, mengulurkan tangan dan menarik kakaknya. “Sungguh tidak bisa. Kalau sebelumnya aku tidak menyadari akan hal ini, sekarang kalau aku masih melakukan hal ini, aku sungguh telah membunuhnya.”

“Kamu tidak ingin?” Wenny Gu mau tidak mau menggunakan kenyataan untuk menggugah Lavinia Tsi, “Apakah kamu tidak ingin hidup bersamanya? Kamu harus tahu, versi yang malam itu sama sekali tidak menentukan apapun, yang versi sianglah yang menjanjikanmu untuk hidup bersama. Lagipula kalau membiarkan versi malam menghilang, orang yang versi siang itu seharusnya akan berterima kasih padamu.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu