Unplanned Marriage - Bab 345 Kegiatan Malam

Lavenia Tsi berebah terlentang di ranjang. Tangannya terasa lemah. Walaupun dia sudah merasa cukup puas bertemu dengan Fernand Meng, namun ada satu hal lagi yang harus mereka selesaikan.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Lavenia Tsi.

Fernand Meng mengangkat sebelah alisnya, “Bukannya kamu datang untuk memuaskan diri, Nona Lavenia Tsi?” ujarnya setengah bercanda.

“Siapa—” Lavenia Tsi kehilangan kata-kata, “Siapa yang datang untuk memuaskan diri?”

Fernand Meng tertawa, “Kamu, ‘kan? Kalau orang lain yang datang mencariku, aku masih harus mempertimbangkannya lebih dulu.”

Fernand Meng melihat Lavenia Tsi masih saja mengelak. Dia mengangkat sebelah alisnya lagi, “Apa aku salah? Siapa yang matanya berbinar-binar ketika melihatku? Siapa yang suka memelukku? Siapa yang—”

Lavenia Tsi menutup wajahnya karena malu, “Baiklah! Terserah kamu saja!”

Fernand Meng mengakui perasaannya. Publik juga mengetahuinya. Lavenia Tsi harusnya merasa tenang. Namun, dia masih bertanya-tanya, apa ada cinta di hati Fernand Meng untuknya?

“Kamu mengabaikanku akhir-akhir ini. dia juga mengabaikanku tapi aku tidak peduli, tapi kamu,” ujar Lavenia Tsi, “kamu membuatku menanyakan keputusan sendiri.”

“Bukannya aku sudah bilang aku ingin melihatmu mengambil inisiatif?”

“Jadi, jika aku tidak mencarimu, kamu tidak merindukanku?”

Lavenia Tsi membuang muka. Dia tidak ingin berbicara dengan pria itu.

Fernand Meng tertawa, “Siapa bilang? Aku bisa menahan diriku lebih baik dari kamu menahan dirimu.”

Lavenia Tsi beruntung Wenny Gu membujuknya, kalau tidak dia tidak akan memiliki keberanian untuk kesini malam ini.

Dia menundukkan kepalanya lalu bertanya, “Aku ingin bertanya sesuatu padamu. Kamu harus menjawab dengan jujur.”

“Tanya saja.” ujar Fernand Meng sambil menundukkan kepalanya dan mencium bibir gadis itu.

“Apa dia…” tanya Lavenia Tsi, “Apa dia menyukai kakakku?”

Lavenia Tsi tampak ragu. Dia merasa ketika pria itu menatap kakaknya, tatapannya tampak lembut, tapi sebaliknya, ketika pria itu menatapnya, tatapannya berubah canggung.

Lavenia Tsi bisa melihat jelas perbedaannya.

Fernand Meng, walau malu atau sungkan, masih bisa bersikap ramah didepannya. Fernand Meng bahkan kadang terlalu sopan.

Pertanyaan itu mengejutkan Fernand Meng. Dia lalu meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya, “Aku tidak tahu apakah dia menyukai kakakmu, tapi jelas kakakmu memiliki tempat spesial di hatinya. Kamu hanya harus paham betul dengan pilihanku.”

Lavenia Tsi mengangguk lalu bersandar di pundak Fernand Meng, “Kamu akan sibuk beberapa hari kedepan. Pekerjaanmu menumpuk, ‘kan?”

“Mungkin.” Fernand Meng tersenyum tipis. Dia tampak tidak tertarik, “Apa kamu harus bekerja untuk menghidupi keluargamu?”

Fernand Meng menyentuhkan ujung hidungnya ke ujung hidung gadis itu. Lavenia Tsi tersipu, “Apa kamu memiliki cara untuk membawaku bersamamu? Aku ingin ikut.” ujar gadis itu setengah putus asa.

Hubungannya dengan Fernand Meng tidak begitu stabil. Ayahnya tidak mengijinkannya untuk mengikuti pelatihan di AGD Company. Ayahnya lebih menginginkannya sekolah di luar negeri.

Jika dia sekolah di luar negeri, bagaimana hubungannya dengan Fernand Meng? Dia tidak yakin Fernand Meng akan menunggunya.

Bagaimana mungkin pria semacam dirinya mau menunggunya?

Hal itu membuat Lavenia Tsi sedih. Satu-satunya cara adalah dengan menyelesaikan masalah ini sebelum dia pergi keluar negeri. Dia harus membuat Fernand Meng jatuh cinta padanya.

Lavenia Tsi menceritakan isi hatinya pada kedua orang tuanya. Orang tuanya memahaminya.

Dia tidak bisa memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya hanya karena pria. Dia tahu pentingnya belajar.

Oleh karena itu, kedua orang tuanya membuat Fernand Meng tinggal di rumah ini. jika Fernand Meng memang bisa diandalkan, Lavenia Tsi bisa meninggalkan Shanghai lalu keluar negeri untuk belajar.

Lavenia Tsi telah membicarakan hal ini dengan Veronica Gu. Kini, sisa waktunya tidak banyak.

Lavenia Tsi ingin bersamanya setiap waktu.

Tapi, jika Fernand Meng sibuk bekerja, dia tidak akan memiliki banyak waktu untuk Lavenia Tsi. Sedangkan waktu Lavenia Tsi hanya akan terbuang sia-sia. Apa yang harus dia lakukan?

Dia sangat iri dengan kakaknya.

Wenny Gu baru saja kembali dari studinya di luar negeri. Dia juga telah bekerja selama dua tahun. Jika Wenny Gu memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seorang pria sekarang, orang tuanya tidak akan keberatan.

Sayangnya, kakaknya memilih Dennis Zhou.

Fernand Meng menghela nafas, “Kamu tahu aku akan sangat lelah setelah jam delapan malam. Kamu masih saja menanyai hal sulit padaku.”

“Aku tidak peduli. Kamu harus memikirkannya.”

Lavenia Tsi benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Dia merasa bisa mati bosan.

Fernand Meng tertawa, “Baiklah. aku juga ingin mengajakmu. Tadinya, aku bahkan ingin menculikmu dan mengajakmu tinggal bersama denganku. Apa karena itu ayahmu ingin aku tinggal disini?”

Lavenia Tsi kehabisan akal. Dia menghabiskan lebih banyak waktunya dengan pria lain dan pria itu jelas-jelas lebih menyukai kakaknya. Untung saja hanya ada Dennis Zhou di hati Wenny Gu, kalau tidak dirinya dan Wenny Gu harus memperebutkan seorang pria.

Hal itu membuat Lavenia Tsi khawatir. Dia harus memikirkan cara untuk merebut hati pria itu. Bagaimana kalau kakaknya tiba-tiba menghianatinya?

Fernand Meng tidak tahu apa yang Lavenia Tsi pikirkan. Dia hanya melihat mata gadis itu sesekali berkedip, dia tampak sibuk berpikir. Wajahnya tampak takut, namun lalu tampak senang. Akhirnya, Lavenia Tsi menatap Fernand Meng dengan penuh ambisi.

Fernand Meng geli dibuatnya, “Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya sambil mencubit hidung gadis itu.

Lavenia Tsi menutup hidungnya yang memerah, “Aku berpikir aku harus merebut hatimu sebelum kakakku melakukannya lebih dulu.”

Fernand Meng terkejut hingga terbatuk.

Lavenia Tsi mengangguk, “Ya, aku ingin kalian berdua untuk jatuh cinta padaku.”

“Baiklah.” Fernand Meng melihat jam. Sudah larut malam. Namun, dia sempat melakukan satu ronde sebelum Lavenia Tsi kembali ke kamarnya.

Dia menekan tubuh Lavenia Tsi ke ranjang lalu menunduk dan mencium bibirnya.

***

Bukan hal aneh bagi Wenny Gu untuk menyuruh adiknya mengejar Fernand Meng. Setelah dia kembali dari luar negeri, pikirannya jadi lebih terbuka. Namun, bukan berarti dia berubah menjadi seorang wanita yang liar. Dia bisa menahan dirinya untuk Dennis Zhou seorang.

Banyak pria yang mengejar Wenny Gu. Tidak hanya pria-pria yang Yulie Tao kenalkan padanya di sebuah pesta, beberapa anak konglomerat lain juga ingin berkenalan dengannya.

Namun, di hatinya hanya ada Dennis Zhou seorang.

Hanya Dennis Zhou yang bisa membuatnya bereaksi. Dia cenderung bersikap dingin dengan pria-pria lain.

Menurutnya, adiknya dan Fernand Meng bertemu di saat yang terlalu dini. Namun, lebih baik terlalu awal bertemu daripada menyesal nantinya.

Fernand Meng dan Lavenia Tsi pantas untuk satu sama lain. Mereka sangat beruntung.

Sebaliknya, Wenny Gu jatuh cinta dengan Dennis Zhou, pria yang lebih tua 13 tahun darinya. Hanya saja, Dennis Zhou saat berumur 27 atau 28 itupun tampannya tidak ada yang menandingi.

Pepatah yang mengatakan akan ada saat di dalam hidup manusia dimana dia tidak menginginkan apapun kecuali seseorang.

Wenny Gu tidak pernah mengharapkan hal lain. Dia hanya menginginkan Dennis Zhou menjadi miliknya.

Dia khawatir dirinya dan Dennis Zhou tidak akan bersama-sama di masa depan.

Tapi, setidaknya, dia tidak akan menyesal dengan pilihannya.

Untuk itulah dia membujuk Lavenia Tsi untuk mengejar apa yang dia inginkan. Sebab, dia sendiri yang akan menyesal jika dia tidak mengambil inisiatif dan menyebabkannya kehilangan seorang pria yang paling dia inginkan.

Wenny Gu berpikir tidak ada yang salah dengan keputusannya. Jika dia memutuskan untuk berpisah dengan Dennis Zhou, apa tidak ada lagi pria yang mau mendekatinya? Kalau tidak ada, dia bisa saja menghabiskan hari-harinya seorang diri.

Opini orang tuanya sering bertentangan dengannya. Generasi yang lebih tua cenderung lebih tradisional. Sebaliknya, pikiran Wenny Gu yang baru saja pulang dari luar negeri jauh lebih terbuka.

Dia merapikan barang-barang di kamar Dennis Zhou. Dia lalu kembali ke ruangan sebelah dengan kopernya.

Sekitar jam 11 malam, seseorang mengetuk pintunya. Weny Gu mengusap matanya yang mengantuk, meraih ponsel dan melihat layarnya. Dennis Zhou telah mencoba menghubunginya sejak tadi.

Dia lalu turun dari ranjang dan membuka pintunya.

Dennis Zhou masih mencoba meneleponnya. Ketika Wenny Gu membuka pintu kamarnya, Dennis Zhou masuk dengan tenang.

“Mengapa kamu tampak tidak senang begitu?” tanya Wenny Gu, “Bukannya aku sudah bangun dan membukakan pintu?”

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu