Unplanned Marriage - Bab 110 Ingin Cari Pria Lain? (1)

"Terus, kamu mau mengkhianati Caroline?" Ricky mengerutkan alisnya, sebenarnya dia juga merasa Veronica adalah wanita baik, kalau tidak dia tidak akan mengatakan kalimat seperti orang yang paling tepat akan muncul di saat yang tepat, tapi hal ini sangat rumit, Caroline muncul duluan, bahkan sudah berkorban banyak untuk Charles.

Charles berhenti sejenak, lalu menjawab: "Terhadap Caroline, saat itu kita masih muda, sekarang kalau mau diingat kembali, ingatan itu juga sudah kabur. Saat belum dewasa banyak sekali kesalahan yang kita lakukan, aku juga sudah belasan tahun tidak bertemu dengannya, rasa bersalah menguasai seluruh saraf di tubuhku, aku mengaku Caroline adalah sebuah batu di dalam hatiku, kalau aku tidak melepaskannya, aku tidak mampu menerima wanita lain, tapi ini tidak ada kaitannya dengan perasaan."

Ricky mengerti apa yang dikatakan Charles.

Siapa yang tidak pernah berbuat salah di saat muda, Charles sudah termasuk anak muda yang bisa mengontrol dirinya.

Tapi hubungan belasan tahun, apakah bisa dibawa selamanya?

"Saat muda, aku merasa aku dan dia adalah peran utama di novel The Immoralist, terpisah secara paksa, saat itu setiap hari aku membawa buku itu bersamaku, mengingatkan diriku agar harus menjadi sukses sebelum berumur 30, tidak peduli sesulit apapun itu."

Saat berhadapan dengan Ricky, Charles bisa lebih terbuka, Ricky adalah kakak yang melihatnya tumbuh besar sejak kecil, banyak hal, kalau tidak ada Ricky, Charles mungkin sudah berjalan di jalan yang sesat.

Ricky tersenyum pahit, "Kalau begitu, keadaanmu sekarang sangat susah. Kalau tidak menolong Caroline, kamu itu bajingan, tidak mempedulikan Veronica, kamu juga bajingan, kalau kamu menginginkan keduanya, kamu itu tukang selingkuh."

"......" Charles terdiam.

Ricky menjentikkan jarinya, "Tapi bagaimanapun juga aku sangat kagum dengan Veronica, dia bisa membuat pohon sagu tua sepertimu ini akhirnya berbunga juga, dia juga sudah melakukan banyak hal."

Charles menunduk, meniup pelan teh yang ada di tangannya, dia pun mengingat kembali wajah Veronica yang kurus itu.

Waktu sebulan, dan penungguan belasan tahun, siapa yang benar dan siapa yang salah, ibarat sedang berdiri di perempatan jalan hidup seseorang, tidak mungkin akan muncul bersamaan.

Pintu terbuka, terdengar suara Steven yang menyapa dengan sopan, "Direktur Tsi, manager Shen, nona Adeline sudah datang."

Ricky menaikkan alisnya, "Oyah, stafmu ini aku pinjam dulu beberapa hari, minta izin denganmu boleh kan?" Jangan potong gaji."

"Kamu ini, kamu merger dengan perusahaan Tsi demi dia?" Tiba-tiba Charles bertanya.

Ricky berdiri tegak, merasa sedikit aneh melihat Charles, "Kamu percaya insting? Dasar EQ nol, tentu saja bukan! Demi gadis penipu seperti itu, huh."

Saat itu, dia membuka pintu, lalu berdiri di depan Adeline.

Tubuh Adeline sangat kecil, berdiri disana hanya setinggi dada Ricky, dia sedikit ketakutan melirik Ricky, lalu berkata: "Aku sedang kerja... Ada urusan apa bisa tunggu setelah aku selesai kerja. Aku tidak akan lari."

"Aku tentu tahu kamu tidak akan lari." Ricky menarik lengannya, lalu menyeretnya keluar, sambil berkata kepada Charles: "Tolong urus izinnya ya, oyah, jangan potong gajinya."

Charles merasa aneh, staf biasa sepertinya, mengapa dia yang harus mengurus izinnya? Dasar Ricky!

Ricky terus menarik Adeline, tidak mempedulikan pandangan staf-staf lain yang berlalu lalang.

Adeline tahu sifat Ricky, dia tidak melawan, menghadapi orang seperti ini, lebih baik menurut daripada melawan.

Dia juga tidak tahu Ricky ingin membawanya kemana, naik ke mobil dan mengatakan alamat kepada supir, sesampai di tempat, ternyata tempat itu adalah sebuah hotel.

Book... booking hotel?

Wajah Adeline memerah, dia hampir memutar badannya dan ingin pergi, Ricky pun tertawa, "Apa yang kamu pikirkan, akhir-akhir ini aku tinggal disini."

Adeline menjawab "Oh", lalu mengikutinya masuk ke dalam lift.