Unplanned Marriage - Bab 74 Gerakan Pinggulmu Kurang, Harus Banyak Latihan (1)

Setelah kembali ke kamar, Veronica pun merebahkan dirinya di atas ranjang, setelah kenyang dan mendapat penjelasan dari Charles, dia merasa sangat senang.

Charles berdiri di ujung ranjang, lalu menambahkan, "Gerakan pinggulmu masih kurang, setiap kali kalau kamu di atas kamu pasti bilang capek."

Veronica membenamkan kepalanya di atas lengannya, dia sangat ingin menjawabnya tidak kok, tapi sepertinya apa yang dikatakan Charles itu benar...

Setiap kali posisi dia di atas, belum bergerak berapa lama dia pun sudah mulai menyerah, pertama, gerakan itu sangat memalukan, dia tidak bisa menerimanya, kedua, sebentar saja langsung tidak bertenaga.

Charles pun duduk, mengulurkan tangannya dan mengelus lehernya, rasa dingin itu membuatnya gemetar, dia pun melihat Charles.

Charles bingung saat melihat ekspresi Veronica yang aneh, "Kamu... Kamu kenapa?"

Charles membuka selimutnya, lalu menepuk tempat duduknya, dan berkata pelan, "Kesini."

Veronica pun berpindah kesana dan berbaring di atas lengannya, melihatnya bengong, dan berkata pelan: "Charles..."

"Kenapa?" Saat ini tangan Charles sedang memegang sebatang rokok, mengira Veronica tidak suka dia merokok, dia pun meletakkan rokok itu kembali.

Sebenarnya Veronica ingin berkata.

Beberapa saat kemudian, dia menyandar kepalanya kembali, dan bertanya: "Perjanjian di pernikahan kita masih berlaku tidak?" Masa pernikahan kita dan perceraian kita, masih berlaku?"

Seketika, kamar itu pun menjadi hening.

Veronica tiba-tiba merasa ketakutan, dia pun memandangnya kembali, melihatnya diam, seperti sedang memikirkan sesuatu, dia pun semakin cemas.

Tangan Charles tiba-tiba menarik wajahnya, mereka saling bertatapan, matanya memancarkan perasaan yang tidak bisa terlihat dengan jelas, lalu Charles berkata, "Kenapa kamu bodoh sekali. Kalau sekarang aku ingin bercerai denganmu, memangnya kamu mau?"

Veronica kaget, lalu menjawab: "Kalau kamu mau bercerai, memangnya aku masih bisa mempertahankannya kembali?"

"Kalau begitu kamu rugi dong." Charles memutar badannya dan menahannya di bawah tubuhnya, mencium bibirnya, lalu menggigitnya dengan lembut.

Veronica pun mulai merilekskan tubuhnya di saat foreplay ini, kalau tidak nanti dia akan kesakitan.

Dia menjawab, "Tapi kita kan memang suami istri, kalau memang kita berpisah nanti, juga tidak ada yang akan percaya kalau aku tidak bersalah. Apalagi..."

Apalagi dia melakukannya dengan suami sendiri, dia tidak merasa rugi.

…………

Cahaya matahari yang cerah menerangi setiap sudut kota B, setelah diguyuri hujan semalaman, seluruh kota terlihat bersih, udara segar dan sejuk pun masuk melalui jendela kamar.

Pagi-pagi sekali Charles sudah berolahraga, lalu mempersiapkan sarapan Veronica, dan meletakkannya di atas meja, walaupun dia bilang pagi ini mau olahraga bersama, tapi saat Charles melihat wajah Veronica yang lelah, dia pun tidak berani membangunkannya.

Ricky Shen mengetuk pintu, "Hei kalian, bagaimana semalam, masih belum bangun?"

Charles berjalan ke arah pintu, tapi tidak membukanya, "Dia belum bangun."

"Woah... Kamu kasar sekali ya?" Belum selesai Ricky berkata, Charles pun berjalan keluar, dan mengunci pintu.

Ricky Shen tidak dapat masuk ke dalam, apalagi melihat putri tidur.

Dia mengelus-ngelus hidungnya, menunjuk ke kamar, "Tidak kusangka, kamu perhatian juga sama wanita ya."

"Kemarin hujan lebat, aku lari ke hotel dengannya, dia kecapekan, biarlah dia tidur lagi."

"Oke, kamu siap-siap, sebentar lagi kita ke Sunday Life." Ricky Shen menepukkan koran yang ada di tangannya ke tangan Charles.

Charles membuka koran itu, dan melihat tulisan: Lagi-lagi sebuah merek lama jadi aset luar negeri, bukan produk dalam negeri lagi.

Tulisan merah dan besar itu, membuat tulisan merek lama menjadi sangat mengejutkan, di artikel itu menyebutkan beberapa nama merek lama seperti Chung Hwa, Shifu Kong dan lainnya yang juga telah menjadi aset luar negeri, lalu, membahas merek Sunday Life yang ada di kota B.

Ricky Shen tersenyum, "Kamu tebak, siapa yang menyebarkan berita ini."

Charles mengerutkan alisnya dan melihat beberapa saat, lalu menepuk koran itu kembali ke dada Ricky, "Kamu."

Ricky kaget sejenak, lalu mata yang tajam itu pun memancarkan senyuman, "Hanya kamu yang mengerti aku, kalau begitu kamu mengerti apa maksudku bukan?"

Charles melirikkan matanya kepadanya, tapi tidak menjelaskan apapun.

"Sudah bertahun-tahun kamu selalu begitu, memangnya ngomong sedikit saja kamu bisa mati?" Ricky Shen kesal, "Setelah berita ini muncul, harusnya akan banyak opini publik, lihatlah nanti kalau memang Sunday Life mau menjadi aset luar negeri, harus lihat juga apakah dia mampu atau tidak. Nanti kita pasti akan menang."

Walaupun Sunday Life adalah merek lama yang akan segera bangkrut, tapi bukan berarti tidak ada orang yang pintar memanfaatkan kesempatan ini.

Selain Ricky Shen, juga ada satu perusahaan Jepang.

Sekarang, bos perusahaan Jepang itu juga sedang menginap di hotel ini, mereka berdua saling bergantian bernegosiasi dengan Sunday Life, dan mengenai semalam, itu adalah salah satu taktik mereka dalam public relation.

"Tapi, karena Ines sudah kamu usir, kamu harus membawa istrimu keluar bertemu mereka, ada beberapa masalah, akan lebih baik kalau ada wanita." Kata Ricky Shen.

Charles mengerutkan alisnya, "Hanya pria yang lemah saja yang perlu mengandalkan istrinya."

Setelah menjawab Ricky dengan kalimat itu, Charles pun masuk kembali ke dalam kamar, lalu menutup kencang pintu kamar.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu