Unplanned Marriage - Bab 344 Apa Tidak Bisa Melakukannya di Malam Hari?

Wenny Gu tahu betul pria macam apa Dennis Zhou. Dia tidak perlu melakukan apapun terkait Hanny Ruan. Wanita itu akan menunjukkan sifatnya seorang diri dan ketika Hanny Ruan melakukannya, Wenny Gu tinggal menunjukkannya pada Dennis Zhou.

Wenny Gu berbeda dengan Lavenia Tsi. Wenny Gu cenderung lebih tegas. Jika seseorang mencari masalah tepat didepan wajahnya, dia tidak akan tinggal diam.

Wenny Gu menghela nafas, “Tuhan tampaknya membantuku. Jika aku tidak ikut dengannya ke kantor hari ini, hal ini tidak akan terjadi.”

“Benar juga.” ujar Lavenia Tsi, “Tapi, jika kau tidak ikut ke kantor tadi, wanita itu akan semakin menjadi-jadi.”

Wenny Gu tertawa, “Sudahlah. Lupakan wanita jalang itu. Bagaimana kabarmu dengan Fernand Meng?”

Wenny Gu tahu apa yang terjadi akhir-akhir ini. Lavenia Tsi dan Fernand Meng bisa berbincang dengan leluasa di siang hari. Namun, ketika malam, Lavenia Tsi tidak memiliki kesempatan untuk berbincang dengannya. Hal itu membuat hubungan mereka terasa jenuh.

Wenny Gu diam-diam menebak, “Apa tidak enak rasanya diawasi terus oleh Papa dan Mama?”

Lavenia Tsi sebaliknya merasa beruntung dengan keberadaan Papa dan Mamanya, kalau tidak dia pasti salah tingkah dihadapapan Fernand Meng.

Lavenia Tsi yakin dia akan mati gaya jika dia sendirian.

Namun, Lavenia Tsi tidak bisa mengatakan hal itu pada Wenny Gu. Dia hanya bisa menyembunyikannya.

Wenny Gu merasa Lavenia Tsi merasa bosan dirumah, “Gadis bodoh, kalau kau tidak tahu caranya kabur ketika malam, kau bisa kencang saat siang.” sarannya.

“Begitu, ya?” tanya Lavenia Tsi.

“Jangan banyak basa-basi.” ujar Wenny Gu, “Fernand Meng memang pria yang membosankan. Dia memang bertanggung jawab tapi dia tampak terpaksa. Sekarang, dia depresi. Kalau kau tidak berinisiatif, wanita lain akan merebutnya.

Lavenia Tsi memautkan bibirnya, “Bukannya kau pernah bilang kalau wanita harus lebih pasif dan tidak terlalu berinisiatif? Kalau kita yang mengambul inisiatif, orang akan berpikir kita wanita rendahan.”

“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Wenny Gu, “apa kau akan diam saja? apa kau ingin Papa dan Mama begini terus padamu?”

“Hm…” Lavenia Tsi tampak terbujuk.

Lavenia Tsi merasa malu. Jika orang tuanya tahu, apa dia akan baik-baik saja?

Tapi, Wenny Gu bilang Lavenia Tsi adalah kekasih Fernand Meng. Jika hubungan mereka tidak ada perkembangan sama sekali, Fernand Meng bisa merasa jenuh dengan hubungan ini.

Beberapa hari yang lalu, Lavenia Tsi diam-diam mendengarkan perbincangan Fernand Meng dan Michael Tsu. Dua hari lagi, Fernand Meng harus shooting iklan di Kota C. Dia pasti akan sibuk sekali.

Reputasi Fernand Meng sedikit terpengaruh karena hubungannya dengan Lavenia Tsi, tapi dia tidak terlalu mempedulikannya. Dia tidak bergantung pada reputasi, dia lebih mengutamakan menyanyi.

Perusahaannya juga keberatan dengan hubungannya, namun mereka kembali tenang dan mengatur jadwal Fernand Meng seperti biasa.

Fernand Meng harus shooting sebuah iklan di Kota C. Setelah itu dia harus melakukan pemotretan untuk sebuah majalah. Lalu, masih banyak lagi kegiatan yang harus dia lakukan.

Lavenia Tsi merasa khawatir. Dia menutup teleponnya lalu berguling-guling di ranjangnya.

Dia mengambil ponselnya lagi dan membaca beberapa berita tentang Fernand Meng. Dia sudah lama mengagumi pria itu. kini, pria itu tinggal di rumahnya. Hal itu masih saja mengejutkannya.

Dia sibuk dengan ponselnya hingga tengah malam. Suara riuh rendah diluar kamarnya kini lebih tenang. Lavenia Tsi merasa kesal. Fernand Meng tidak mempedulikannya dari siang hingga petang.

Lavenia Tsi terbangun dan duduk bersila. Dia memikirkan kata-kata kakaknya. Dia lalu mengumpulkan keberanian dan berjalan keluar.

Setelah kurang lebih seminggu, pengawasan Veronica Gu dan Charles Tsi tidak mungkin sama ketatnya. Lavenia Tsi malu-malu. Dia berdiri di depan pintu kamar Fernand Meng dengan ragu. Dia lalu mengirim pesan.

“Apa kau sudah tidur?”

Tidak ada balasan.

Lavenia Tsi mengirim pesan lagi.

“Aku akan kembali ke kamarku kalau kau tidur.”

Dia berdiri dan menunggu. Namun, akhirnya dia berbalik badan untuk kembali ke kamarnya. Tiba-tiba, pintu kamar itu terbuka. Seseorang menariknya kedalam.

Lavenia Tsi menatapnya. Fernand Meng bertelanjang dada, “Kau belum tidur?”

Fernand Meng menatap Lavenia Tsi dengan pandangannya yang kabur, “Siapa bilang?” ujarnya sambil menyentil dahi Lavenia Tsi. Fernand Meng telah lama meunggunya.

Lavenia Tsi memautkan bibirnya, “Kau sudah tidur, ‘kan?”

“Lalu?” tanya Fernand Meng, “Aku tidak bisa asal masuk kekamarmu.”

“Jika kau ingin masuk, bilang saja.” ujar Lavenia Tsi, “Bagaimana caraku tahu apa yang kau inginkan jika kau tidak mengatakannya?”

Lavenia Tsi kesal. Fernand Meng menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Fernand Meng suka melihat kulit gadis itu yang seputih salju, “Aku hanya ingin tahu kapan kau bisa berinisiatif.”

Lavenia Tsi mendongakkan kepalanya. Dia terlihat kecewa, “Aku… aku hanya tidak tahu bagaimana caranya bergaul. Sekarang aku sangat menyesali keputusanku. Baguslah, kau bukan dirinya.”

Jika pria didepannya adalah kembaran Fernand Meng, Lavenia Tsi akan merasa dilema.

Lavenia Tsi ingin lebih dekat dengannya, namun dia takut dengan sikapnya yang dingin.

Lavenia Tsi tahu pria didepannya bukanlah kembaran Fernand Meng, namun dia terasa seperti pria lain itu.

Susah baginya untuk membedakan kedua pria ini.

Namun, mengapa Lavenia Tsi lebih suka seperti ini?

“Lavenia, apa kau butuh bantuan?” ltanya Fernand Meng.

“Tidak.” ujar Lavenia Tsi. Nada bicara gadis itu terdengar aneh, “Mengapa aku merasa aku sedang berhadapan dengan dua orang? Aku merasa aneh ketika aku dekat dengannya.”

Fernand Meng tertawa.

Lavenia Tsi sepertinya benar-benar mencintainya.

Fernand Meng sekilas merasa pria yang harusnya dicintai gadis ini bukanlah dirinya.

“Aku tidak ingin bicara lagi. Kau terus menertawaiku.” ujar gadis itu.

“Aku tidak akan melepaskan pelukanku.”

Lavenia Tsi juga tidak ingin melepaskan pelukan itu. Wajahnya perlahan terasa hangat juga memerah.

Fernand Meng memiliki tangan yang panjang. Ujung jemarinya mengapal sebab dia sering bermain piano. Dia melepas pita baju gadis itu. Lekuk tubuh dan kulitnya yang putih tampak jelas dimata Fernand Meng.

“Kau cantik sekali, Lavenia.”

Lavenia Tsi kehilangan kata-kata. Dia tersipu.

Namun, dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Dia menyukai sentuhan itu.

Tubuhnya pun menegang.

Fernand Meng cukup ahli.

Terakhir kali mereka melakukan hal ini, saat itu mereka sedang mabuk. Kini, mereka melakukannya lagi dirumah, dalam keadaan sadar.

Lavenia Tsi mengakui sensasi itu terasa nikmat.

Tatapan Fernand Meng tenang namun dalam seperti riak danau.

Fernand Meng selalu terlihat tenang di siang hari, namun ketika malam dia bisa perlahan menggila.

Dia tahu bagaimana harus memposisikan dirinya.

Fernand Meng menyukai gadis ini.

“Lavenia, kau cantik sekali.”

Lavenia Tsi menggigit bibirnya, menahan rasa senangnya.

Hatinya terasa penuh.

Kini, dia menahan tangisnya.

Ada perasaan yang susah dia jelaskan. Perasaan yang tidak bisa lagi dia tahan, yang kini membuatnya terisak.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu