Unplanned Marriage - Bab 392 Masih Tidak Minggir?

Tidak boleh, dia harus tenang, instingnya memberitahunya bahwa Dennis sedang menunggunya, dia tidak boleh seperti begini.

Veronica menarik tangan Wenny, suaranya menjadi sedikit tidak berdaya, "Tapi Wenny, kamu dan Dennis......berbeda 13 tahun......."

"Aku tahu." Ini adalah pertama kalinya Wenny mengobrol mengenai Dennis bersama Veronica, seketika dia merasa sedikit bersalah, ternyata ayah dan ibunya tidak seperti yang dipikirannya, jika waktu itu dia percaya bahwa ayah dan ibunya juga demi kebaikan mereka, dia menerimanya bersama dengan ibunya, mungkin saja semuanya tidak akan menjadi seperti begini pada hari ini.

Hanya saja memang kehidupan seperti begini, dia tidak akan memberikanmu kesempatan kedua untuk memilih, karena setiap detik kamu juga harus menghadapi kenyataan, terkadang hanya sedikit berbeda saja sudah akan membuat dirinya sendiri tersiksa.

Sebelumnya Wenny sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan ini.

Jika dia bisa lebih percaya sedikit terhadap Dennis, jika mereka bisa lebih baik lagi, jika dia tidak menyembunyikan ini dan lebih cepat memberitahukannya kepada orang tuanya, mungkin saja tidak akan terjadi kondisi seperti hari ini.

Jika sudah muncul, maka dia rela bertaruh semuanya, dia tidak mau keadaan kaku seperti ini lagi.

Veronica dan Charles jelas sudah mendengar perbincangan dia dan Hanny, dia merasa tidak perlu lagi menahan seperti begini, sudah menjadi fakta bahwa dia menyukai Dennis, apakah dia masih harus menyembunyikan lagi?

Wenny menarik nafas dalam-dalam, dia menatapi mata Veronica, "Ibu, apakah menurutmu Paman Ricky dan Tante Adeline bahagia? Ketika kamu menjadi teman mereka, apakah kamu terus saja merestui mereka?"

Veronica tidak menyangka bahwa Wenny saja menggunakan kisah Ricky dan Adeline untuk menyakinkan drinya, tapi dia sedikit tidak bisa menjawab, sebenarnya dirinya dan ayah Wenny sudah terus mencurigai hal ini, namun terus saja tidak bisa memastikannya.

Hingga hari ini, perbincangan Wenny dan Hanny membuat dunia Veronica seolah hancur.

Veronica bukannya mempunyai sifat tradisional, hanya saja dia tidak ingin........putrinya menderita.

"Wenny, apakah kamu tahu Dennis sudah melupakan semua itu." Veronica menutup matanya, dia memaksa dirinya agar tenang, dia terus mengarahnya, "Sekalipun kamu sekarang pergi mengatakan bahwa kamu mencintainya, apakah dia bisa membalasmu lagi pula dia masih punya Hanny."

Wenny tertawa, "Kamu tidak mengerti akan Hanny, tapi aku tahu. Aku tidak bisa melihat mereka mencelakai paman kecil dengan mata kepalaku sendiri, ibu, dia adalah adikmu, dulu......kita adalah sekeluarga yang paling bagus kan? mengapa tidak boleh terus seperti begini? mengapa harus menganggapnya sebagai orang luar? Orang disini sudah merupakan orang yang paling dekat dengannya, dia tidak mempunyai saudara di keluarga Zhou, dia terus saja menganggap kita sebagai keluarganya...."

Perkataan Wenny membuat Veronica sedikit tersentuh, namun Veronica tetap berkata, "Kamu akan menderita, Wenny."

"Aku tahu dia melupakanku, namun aku masihlah Wenny yang sangatlah dia sayangi kan?" Wenny menarik baju Veronica, "Ibu, apakah boleh jangan sekejam itu, biarkanlah aku menjaga paman kecil, ok?"

Veronica sedikit sakit kepala, dia bahkan tidak bisa membantah Wenny, mungkin saja menggunakan cara ayahnya untuk membawa Wenny dengan paksa akan lebih cocok.

Charles jelas sudah mendengar perkataan Wenny, dia melirik Veronica dengan diam, dan mengeluarkan dompet dan memberikannya kepada Wenny.

Wenny sedikit tercengang.

"Bukankah kamu bilang mau menjaga paman kecilmu?" Charles berkata, "Apakah bisa tanpa ada sedikit uang disisimu?"

"Terima kasih ayah!" Wenny tersenyum dan menyimpan dompetnya, lalu dia terpikiran sesuatu dan memberikan usb kepada ayahnya, "Ayah kamu lihat ini dirumah."

Wenny tahu kemampuannya sendiri, semenjak fotonya bisa diambil oleh orang lain, dia sudah percaya bahwa dimomen tertentu, lebih baik mempercayai ayahnya yang jeli daripada mempercayai dirinya sendiri.

Charles tercengang, namun dia memasukkannya kedalam saku.

Veronica dan Charles berdiskusi agar menyuruh Ibu Yang datang untuk membantu Wenny dan menjaga Dennis, mereka tidak tega membiarkan Wenny sendirian disini, lagipula Wenny juga baru saja sembuh dari sakitnya, ini memang waktunya untuk menjaga tubuhnya dengan baik.

Arnold belum pergi, dia melihat tatapan Wenny seolah merasa bersalah, dia berkata, "Kenapa? kamu merasa bersalah terhadapku?"

"Aku......." Wenny tidak tahu bagaimana cara menjawabnya, jelas-jelas sebelumnya mengatakannya, asalkan dia menerimanya maka masalah foto juga akan selesai, masalah Dennis juga tidak akan ada yang ingat lagi, dia juga bisa terus menjadi Wenny yang tidak perlu memikirkan apa-apa, dan dimata orang lain, sekalipun semenjak itu, tidak ada orang yang menginginkan Wenny lagi, masih ada Arnold juga.

Namun Wenny tidak bersedia, dia tidak ingin begitu saja, meskipun Arnold memang sangatlah bagus.

Arnold tertawa, dia ternyata lebih ingin melihat Wenny yang sombong dan bersikap bagaikan seekor naga yang menyemburkan api, tampang seperti itu sangatlah lucu, jadi dia berbisik, "Kamu berjanji kepadaku, kamu masih berhutang kepadaku satu syarat, tidak boleh lupa."

Ekspresi Wenny sedikit kacau, namun dia bergegas menenangkan dirinya dan menganggukkan kepalanya, "Iya, aku tidak akan menyesalinya, tenang saja."

Arnold tertawa dan meninggalkannya.

Koridor yang panjang ini menjadi sepi, Wenny melihat pemandangan yang kosong dihadapannya, dia hanya mendengar Christian memanggilnya dengan pelan, "Nona Wenny....." Wenny berbalik sambil tersenyum, "Panggil aku Wenny saja, aku tidak keberatan."

"Tidak, aku pikir, kamu lebih berharap aku memanggilmu Nyonya Zhou?" Suara Christian yang sedikit meledek itu langsung membuat suasananya membaik, Wenny juga ikut tersenyum, "Kamu ini pintar berkata!'

Wenny mendorong pintu kamar, kebetulan Dennis sudah tertidur, Hanny sedang duduk disampingnya, ekspresinya terlihat sombong.

Wenny mencibir, "Masih tidak minggir?"

Hanna tidak menyangka Wenny tidak pergi dan tinggal disini, dia berdiri dan menatapinya, "Kamu menyuruhku minggir?"

Wenny terlihat sombong namun suaranya malah dipelankan, "Iya, tentu saja menyuruhmu minggir, jangan bilang kepadaku kamu adalah tunangan dari paman kecilku, kamu sendiri tahu kamu itu apa, aku sekarang tidak ingin berdebat mengenai apa yang kamu lakukan, dia mengenalmu itu biasa, namun jika ada aku disini, akan berbeda kejadian apakah dia akan mengenalmu atau tidak, apa kamu mau coba?"

Wenny yang percaya diri membuat Hannya marah, dia tidak pernah melihat wanita yang sesombong ini, bocah ini pasti punya sesuatu untuk sombong.

Hanny benar-benar merasa kali ini dia bertemu dengan masalah serius, awalnya dia mengira membiarkan Dennis melupakan kenyataan bahwa dia bersama dengan Wenny, dan mengakui dirinya adalah tunangannya, maka itu bisa menjatuhkan Wenny.

Bagaimanapun juga, orang yang paling dipedulikan oleh Wenny adalah Dennis.

Namun tidak disangka bahwa Wenny sama sekali tidak mundur, namun malah lebih sombong, bahkan dia bisa membantah semuanya.

bagaimana mungkin ada wanita seperti begini!!

Wenny melihat Hanna berdiri ditempat semula dengan wajah marah, dia tersenyum dan mencibir, "Kenapa? masih tidak pergi? sekarang karena ada paman kecil, aku tidak akan mengungkap wujud aslimu, tapi janganlah sombong, jika kamu dendam terhadapku, kamu bisa mencoba membuat sebuah kecelakaan mobil lagi, selain merengut nyawaku, tidak ada cara lain lagi yang bisa membuatku mundur."

Hanny mengertakkan giginya, dia mengambil tasnya dan hendak pergi, dia lalu berdiri didepan pintu dan melirik Wenny dan Dennis, lalu mengertakkan kakinya dan pergi meninggalkannya.

Dia ternyata.......sama sekali tidak bisa melawan Wenny!

Seluruh ruangan akhirnya sunyi, Wenny akhirnya lega, dia memegang kepalanya yang sedikit terasa sakit, dia duduk disamping Dennis dan mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Dennis, matanya terlihat hendak menangis.

Dia hanya saja tidak ingin tampak lemah dimata orang lain.

Sekalipun dihadapan orang tuanya, dia tetap saja harus kuat.

Sekali terlihat lemah, mungkin saja mereka akan membawanya pulang, dan menyuruhnya istirahat diatas kasur, dan menyuruhnya menikmati haknya menjadi putri mereka.

Namun dia tidak bisa, dia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, dia masih ada orang yang harus ditunggui.

Tidak lama Wenny membenamkan kepalanya disamping Dennis, terdengar Dennis batuk, Wenny bergegas bangun dan kebetulan bertabrakan dengan tatapan Dennis.

Wenny tersenyum, "Paman kecil, apakah kamu haus? Aku tuangkan air untukmu."

Dennis menganggukkan kepalanya, tatapannya terlihat lembut.

Wenny berdiri dan menuangkan air, luka Dennis berada dibagian tangan dan pinggang, jadi sekarang dia hanya bisa beristirahat dengan baring saja, setelah Wenny dengan telitinya menghapus mulut Dennis, dan meletakkan gelas diatas meja, Dennis tiba-tiba berkata dengan suara serak, "Kamu carikan seorang suster."

"Ada apa?" Wenny berdiri dan ingin menekan bel.

Dennis merapatkan bibirnya dan tidak berkata, barulah Wenny mengerti, "Kamu.....ingin buang air?"

Dia tidak bisa turun dari kasur, Dennis hanya bisa menyelesaikan kebutuhan paling mendasarnya ini diatas kasur, namun jelas bahwa dia malu untuk menyuruh Wenny melakukannya.

Tangan Wenny yang ingin menekan bel ditarik kembali, dan berkata, "Suster boleh, apakah aku tidak boleh?"

Dennis seolah ingin berkata namun terhenti, Wenny merasa jika dia benar-benar melihat suster melakukan hal ini, dia akan gila! Dia lalu tersenyum dan berkata, "Oh, seharusnya menyuruh tunanganmu yang melakukan hal ini kan? jelas bahwa kamu tidak menyukaiku."

Sebelumnya Wenny tidak merasakannya dengan jelas, namun sekarang dia sangatlah merasa sedih, jelas-jelas dia adalah pacar yang sebenarnya, namun Dennis malah menganggapnya sebagai keponakannya saja, jadi dia menolak Wenny menjaganya hingga akan hal seperti begini.

Wenny lalu merasa sedikit takut, untung saja dia sudah mengusir Hanna, jika tidak pasti akan membiarkan Hanna mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mendekati Dennis malam ini.

Melihat Wenny yang terlihat akan menangis, Dennis terlihat berekspresi aneh, dia lalu berkata, "Kamu ambilkan ember untukku, aku selesaikan sendiri."

Wenny lalu mengambil ember dari bawah kasur, sebenarnya dia tidak mempunyai pengalaman untuk menjaganya, dia hanya meletakkannya diatas dan melihatnya sedikit tidak enak, dia berkata, "Aku panggilkan suster."

"Tidak perlu." Dennis terdiam sejenak, lalu memanggil Wenny, beberapa hari ini Christianlah yang membantunya, dia tidak memperhatikan ini, jika sekarang mencarikan seorang suster, dia juga tidak bisa menerimanya, sampai detik ini barulah dia menyesal tidak menyuruh Christian mencarikan seorang perawat laki-laki untuk datang merawatnya.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu