Unplanned Marriage - Bab 319 Tadi Kamu Membuat Aku Ketakutan Setengah Mati

Lewat sebentar, lalu dia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Setelah ragu cukup lama, dia akhirnya menelpon pada seseorang, "Apa ini Tuan Bai? Aku adalah Lavenia, Lavenia Tsi, adik Wenny Gu. Tidak tahu apakah kamu masih ingat aku atau tidak. Aku ... aku dikunci oleh seseorang di dalam ruang latihan. Kalau tidak salah, kamu sekarang seharusnya ada di ruang piano bukan ... boleh tidak kemari membukakan pintu untukku?"

Lavenia Tsi panik hingga suaranya saja bahkan bergetar.

Sebenarnya dia juga sedang berjudi. Bertaruh Fernand Meng yang sebelum jam 8 malam itu berhati baik. Kalau tidak dia hanya bisa menunggu sampai jam delapan, menunggu orang itu datang menjemputnya.

Tapi Lavenia Tsi juga bukanlah wanita yang bodoh. Dia bisa melihat perkembangan hubungan Wenny Gu dan paman kecil, kebanyakan karena Wenny Gu yang mengambil inisiatif. Sedangkan hubungan dia dan Fernand Meng, dia juga tidak ingin hanya terbatas pada malam itu saja.

Mendengar suara Lavenia Tsi, Fernand Meng jelas sedikit terkejut. Karena dia tidak berpikir Lavenia Tsi memilki nomor ponselnya, juga tahu kalau dia sekarang sedang berada di ruang piano.

Fernand Meng akhir-akhir ini sedang sibuk promosi album baru. Kalau tidak ada urusan, dia akan membuatkan sebuah lagu bagi penyanyi baru di perusahaan. Hubungan dia dan penyanyi itu lumayan dekat, selain itu penyanyi itu juga berbakat, jadi Fernand Meng memutuskan untuk membantu.

Lavenia Tsi saja sudah meminta bantuannya, kalau dia menolak, rasanya tidak terlalu baik. Tapi Fernand Meng berpikir Lavenia Tsi itu, dia juga bukannya tidak kenal pada perempuan itu. Sebelumnya pernah meminta bantuan Lavenia Tsi untuk membereskan barang, Lavenia Tsi juga pernah datang meminjam teko. Mereka tidak termasuk orang asing. Tapi saat Lavenia Tsi mengenalkan diri padanya, bahkan mengatakan 'adik Wenny Gu'.

Fernand Meng berkata, "Kamu tunggu sebentar. Aku segera ke sana."

Lavenia Tsi baru bisa menghela napas lega.

Di hall besar masih ada satpam. Fernand Meng menyuruh satpam bantu membukakan pintu. Wajah Lavenia Tsi yang panik terlihat di bawah remang-remang cahaya lampu. Saat melihat wajah Fernand Meng, hati Lavenia Tsi berdegup tidak karuan.

Lavenia Tsi dengan gagap berkata, "Terima kasih Tuan Bai."

"Tidak apa." Fernand Meng melihat pada jam yang tergantung di lorong. Jam 7.30. Tidak terlalu malam dan tidak perlu buru-buru pulang. Setelah melihat barang-barang yang berantakan di atas lantai, dia bertanya dengan lembut, "Apa perlu dibantu?"

"Tidak, tidak." Lavenia Tsi mendorong keranjang besar, lalu berkata, "Aku tinggal masukkan ini ke gudang saja."

"Aku bantu saja." Fernand Meng tidak membiarkan Lavenia Tsi mendorong, dan menarik keranjang itu, suaranya juga sangat hangat, "Kenapa kamu yang mengerjakan ini?"

"Karena aku orang baru. Ada beberapa pekerjaan orang baru akan dilimpahkan kepada aku. Ini juga wajar." Lavenia Tsi tersenyum.

Fernand Meng menatap Lavenia Tsi sebentar. Fernand Meng juga tahu, wajar kalau ada trainee yang sudah lama mengerjai trainee baru, tapi tidak pernah ada yang sampai mengunci ruangan.

Mungkin ada, tapi dulu dia tidak pernah mendengarnya saja.

"Apa kamu masih terbiasa di sini?" Fernand Meng bertanya basa-basi.

Lavenia Tsi berpikir sebentar, lalu menjawab sambil tersenyum, "Lumayan enak kok. Bisa belajar banyak hal. Aku baru tahu betapa sulitnya belajar menari seperti yang kakak lakukan."

Tapi setelah selesai menjawab, Lavenia Tsi sedikit menyesal. Kenapa dia terus meningkatkan kelebihan kakaknya di depan Fernand Meng. Jelas-jelas dialah yang ingin terlihat baik di hadapan Fernand Meng.

Fernand Meng mengantar barang di luar gudang. Setelah Lavenia Tsi meletakkannya di dalam, dia baru bertanya, "Kenapa kamu bisa punya nomor ponselku?"

Fernand Meng tadi merasa bingung dengan ini, tapi selalu tidak bertanya.

Dalam hatinya sebenarnya samar-samar ada jawaban. Dan dia tidak ingin jawaban itulah kebenarannya.

Lavenia Tsi membuka mulut, beberapa sesaat kemudian matanya bersinar, "Dia ... dia yang memberikan padaku."

"Dia?" Fernand Meng mengerutkan dahi, "Michael Tsu?"

"Bukan ..." Lavenia Tsi menggelengkan kepala dengan ragu, "Waktu itu aku meminjam teko, dan kebetulan bertemu dengannya di depan pintu. Masalah ini bukan salahnya. Dia kira hubungan kita sangat dekat, kebetulan aku juga suka padamu. Jadi aku meminta nomormu darinya. Dan dia memberinya kepadaku."

Lavenia Tsi memindahkan semua tanggung jawab atas dirinya. Dia tidak ingin Fernand Meng tidak senang, lebih bersedia pria ini tidak suka padanya.

Fernand Meng kali ini pusing. Pria itu memijat pelipisnya dan bertanya dengan canggung, "Dia tidak berbuat aneh-aneh 'kan padamu?"

"Tidak, tidak." Lavenia Tsi menjawab tanpa sadar dan ekspresinya gugup, "Tenang saja."

"Baguslah." Fernand Meng tidak terpikir orang pertama yang mengetahui masalah ini, selain Michael Tsu dan bosnya, adalah perempuan di hadapannya ini.

Sedangkan di mata gadis itu tidak ada ketakutan sedikitpun, bahkan tetap mempertahankan ekspresi sebelumnya, ringan dan polos. Seperti saat berkata, "Kebetulan aku juga suka padamu."

Suara Fernand Meng bertambah lembut, "Kamu tidak takut padaku?"

Fernand Meng sangat jelas, kepribadian ganda-nya, kalau enak didengar disebut sebagai suatu sifat, tapi kalau tidak enak didengar, namanya gila.

Apalagi 'dia' yang pada malam hari sama sekali tidak bisa dikontrol. Sempat beberapa kali ingin membunuhnya, tapi hanya bisa bekerja sama dan tinggal bersama. Fernand Meng sudah pernah mencoba untuk pergi ke dokter jiwa, juga pernah tinggal di rumah sakit, bahkan masuk ke rumah sakit jiwa, tapi akhirnya tetap tidak bisa menyelesaikan masalah besar itu.

Akhirnya dia hanya bisa menerima kenyataan. Yaitu dia harus menerima keberadaan 'dia'.

Dia sangat benci sifat orang itu, tapi dalam arti lain, dia juga adalah orang itu. Peran tambahan yang Fernand Meng sangat benci iu, membuat dia sangat menderita, tapi juga tidak bisa dihilangkan dari tubuhnya.

Orang itu pernah samar-samar berkata di telinganya dan berkata, "Jangan mencoba untuk kabur. Kamu adalah putraku. Dalam tubuhmu mengalir darahku. Sifatmu paling mirip dengan sifatku. Untuk apa stress, untuk apa depresi? Apa tidak baik terus menggila?"

Pikiran yang muncul dalam benaknya itu membuat Fernand Meng berteriak 'tidak baik' dalam hati.

Lavenia Tsi terdiam dan kali ini tersenyum lebih lebar, "Kenapa harus takut. Dia sangat baik. Kamu juga baik. Kalian adalah kamu 'kan."

Baru saja selesai berkata, tubuh Fernand Meng bergetar hebat, bahkan seperti pohon yang tertiup angin. Lavenia Tsi terkejut, dan langsung memapah bahu Fernand Meng, "Tuan Bai, ada apa denganmu?"

Fernand Meng tiba-tiba memeluk Lavenia Tsi dengan erat. Keringat dingin turun satu per satu dari dahi Fernand Meng, lalu pria itu menggertakan gigi dan berkata, "Jangan mendekat padaku. Aku adalah orang jahat. Aku bisa menyakitimu."

"Tuan, Tuan Bai?" Lavenia Tsi sedikit bingung. Jelas-jelas belum jam 8, lagipula dia juga tidak boleh meninggalkan pria ini begitu saja. Dia takut tubuh Fernand Meng kurang sehat dan segera memapahnya ke samping. Tapi air mata Fernand Meng jatuh satu per satu, "Tuan Bai, kamu tidak apa-apa 'kan?"

"Kalian satu keluarga ..." suara Fernand Meng tiba-tiba menjadi ganas, dan Lavenia Tsi dibuat mundur karena terkejut olehnya. Fernand Meng kali ini tidak bergerak lagi, hanya duduk sambil menundukkan kepala dan seperti ada aura gelap yang mengitari pria itu.

Lavenia Tsi mana pernah melihat gerakan ini dan dia benar-benar ketakutan.

Lavenia Tsi jelas-jelas ingin kabur, tapi kakinya tidak bisa bergerak. Orang di hadapannya ini kelihatannya sangat kasihan. Kalau dia pergi, maka orang itu akan jatuh ke dalam kegelapan.

Dia jelas-jelas ... jelas-jelas bisa berbalik dan pergi dari sana.

Lavenia Tsi berjalan mendekat dengan tubuh bergetar. Dengan pelan dia menarik lengan Fernand Meng, "Tuan Bai, apa kamu baik-baik saja? Kamu tidak apa-apa 'kan?"

Tatapan Fernand Meng menggelap dan tangannya tiba-tiba mencekik leher Lavenia Tsi. Matanya dipenuhi kemarahan dan kekejaman.

"Tuan Bai!" Lavenia Tsi benar-benar dibuat ketakutan dan airmatanya merebak, "Tuan Bai, apa yang kamu lakukan."

Tubuh perempuan yang seksi bergerak di depannya. Dalam benak Fernand Meng, suara-suara itu semakin berisik —— Dalam tubuhmu mengalir darahku, kamu kira kamu itu apa, kamu hanyalah barang murahan yang tidak diinginkan orang-orang ....

Tiba-tiba, suara seorang wanita terdengar di telinganya, dan menatapanya dengan tatapan lembut, "Cornelius, Cornelius ... ibu di sini, nak. Jangan takut, ibu akan melindungimu ...

Fernand Meng tiba-tiba tersadar dan wajahnya tiba-tiba berubah sedih. Setelah itu dia melepaskan tangan dan wajahnya sudah dipenuhi keringat.

Fernand Meng dan Lavenia Tsi keduanya terengah-engah.

Lavenia Tsi memandang Fernand Meng dengan mata berair, setelah lewat beberapa saat Lavenia Tsi baru melangkah mundur.

Fernand Meng memegang dahinya sendiri. Setelah emosinya tenang, dia baru membuka lebar tangannya dan tatapannya dalam, "Lavenia ... Jangan takut, sini masuk ke pelukanku."

Lavenia Tsi hambur ke pelukannya sambil menangis, "Tadi kamu, kamu sudah membuatku ketakutan setengah mati. Kenapa dia begitu menakutkan. Lebih menakutkan darimu."

"Sudah aku bilang itu adalah sifat orang rendahan. Tidak seperti aku. Aku kalau suka, ya suka. Kalau tidak suka, ya tidak suka." Fernand Meng mengelus rambut panjang Lavenia Tsi, "Aku tidak akan membiarkan dia menyakitimu, ya?"

"Kenapa ..." Lavenia Tsi belum sepenuhnya pulih dari kejadian tadi, "Kenapa dia mau membunuh aku ... Aku dapat merasakannya, dia benar-benar mau membunuhku tadi."

Tatapan Fernand Meng berubah suram. Setelah lewat beberapa saat, pria itu baru tersenyum menggoda, "Aku tidak bisa memberitahumu sayang. Apa kamu masih berniat tinggal di perusahaan bersamaku dan tidak pulang?"

Lavenia Tsi teringat, "Ah iya, aku harus pulang. Kalau tidak kakak akan panik."

Sifat Wenny Gu itu, harus ditakuti juga oleh Wenny Gu. Bahkan kalau dibandingkan dengan ibunya, kakaknya masih jauh lebih tegas.

Lavenia Tsi kembali ke ruang latihan mengambil tasnya. Saat keluar, dia melihat Fernand Meng masih berdiri di lorong, dia pun bertanya dengan penasaran, "Kenapa kamu masih ada di sini Tuan Bai?"

Fernand Meng melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, "Aku antar kamu pulang."

"Tidak perlu." Lavenia Tsi benar-benar tidak ada sifat manja nona keluarga kaya. Biasanya dia naik bus ke perusahaan. Charles Tsi sudah mengatakannya pada dia, saat ulang tahun ke-20 akan memberikan dia sebuah mobil. Jadi dia masih perlu menunggu satu tahun lagi.

Fernand Meng tidak banyak bicara, hanya menarik tangan Lavenia Tsi berjalan keluar.

Lavenia Tsi menundukkan kepala dengan malu, wajahnya sedikit memerah, dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya merasa Fernand Meng yang hari ini berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya.

Pasti, dan tentu saja tidak sama.

Tepat beberapa saat sebelumnya, dia sudah melewati suatu hal yang sangat mengerikan. Untung saja Fernand Meng ini keluar lebih cepat, kalau tidak dia sudah mati dicekik dari tadi. Sama mudahnya seperti mematikan seekor semut saja.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu