Unplanned Marriage - Bab 160 Kapan Dia Bereaksi

“Ada apa?” Charles Tsi mengusap punggung Veronica Gu dan memberinya segelas air.

Veronica Gu meraih gelas itu dan mencuci mulutnya. Dia merasa dia tidak bisa menyembunyikan kehamilannya lebih lama lagi.

Dia menatap Charles Tsi dengan polosnya. Charles Tsi masih saja menanyainya ada apa. dia benar-benar tidak paham situasi.

Veronica Gu berkata, “Perutku sedang tidak nyaman. Apa kamu tidak bisa melihatnya?”

“Perutmu sudah lama sekali begini.” ujar Charles Tsi, “Kamu selalu muntah ketika mulai makan.”

“Ya, aku memang muntah ketika aku mulai makan. Aku muntah karena bau tidak sedap.” Veronica Gu sangat ingin melingkarkan tangannya di leher pria ini dan mengatakan bahwa dia hamil.

Namun, dia hanya menelan kata-kata itu kembali. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Charles Tsi.

“Apa kamu ingin ke rumah sakit besok?” tanya Charles Tsi.

“Tidak.” ujar Veronica Gu sambil mengusap perutnya perlahan, “Aku tahu ada apa denganku. Butuh waktu lama untuk terbiasa.”

“Bagaimana bisa kamu terbiasa—”

Suara telepon di ruang tamu memotong kalimat Charles Tsi.

“Halo.” sapa Veronica Gu. Dia lalu mendengar suara teriakan dari seberang telepon, “Kak Vero, tolong aku. Kakakku akan menjualku pada pria bernama Andre. Andre siapa aku tidak ingat.”

Veronica Gu menjauhkan telepon itu dari telinganya. Raut wajahnya memburuk.

Adeline Shen, kamu bodoh sekali. Bagaimana bisa kamu mempercayai hal seperti itu!

Charles Tsi berjalan menghampiri Veronica Gu, “Ada apa? Siapa yang menelepon?”

Veronica Gu tersenyum dan memberikan teleponnya pada Charles Tsi, “Sepertinya Ricky Shen sedang bermain-main dengan Adeline Shen.”

Setelah hening, Adeline Shen masih saja tidak paham situasi. Dia berbalik dan menatap Ricky Shen.

Dia baru saja mendengar suara Veronica Gu. Entah mengapa sekarang suaranya berubah menjadi suara laki-laki, “Berikan teleponnya ke Ricky Shen.” ujar Charles Tsi dingin.

“Oh!” Adeline Shen lalu memberikan telepon itu padanya, “Seseorang mencarimu.”

Ricky Shen mengambil alih teleponnya, “Apa kamu keberatan jika aku menunjukkan kasih sayangku?”

Raut wajah Charles Tsi memburuk.

“Apa kamu tidak bisa mengatur wanitamu? Jangan ganggu kami.” ujar Charles Tsi. Ricky Shen bersiul mendengarnya.

“Benar. Sepertinya tidak mudah bagimu. Tapi, mengapa aku ingin tertawa mendengarnya?” ujar Ricky Shen, “Apa yang terjadi disana? Aku menyuruh Adeline untuk meneleponmu. Aku hanya ingin memeriahkan suasana.”

“Tidak ada apa-apa.” Charles Tsi berpikir Ricky Shen sedang menanyakan tentang Albert Du, “Belum ada tanda-tanda kemunculan Albert Du. Orang suruhanku melaporkan bahwa Albert Du bersikap normal, tidak aneh-aneh.”

Charles Tsi berhenti sejenak lalu berkata, “Semuanya aman.”

Ricky Shen menghembuskan nafas lega, “Si tua Andre Du itu boleh juga. Dia kuat minum banyak. Bahkan lebih banyak dariku. Aku bicara dengannya beberapa kali. Kali ini dia sangat bersemangat untuk menghabisi Albert Du dan memberitahuku beberapa rahasia.”

“Baguslah. Beritahu aku besok.” potong Charles Tsi, “Aku tidak percaya kamu meneleponku hanya untuk ini.”

“Hahaha, kamu tahu juga rupanya. Aku hanya ingin menunjukkan rasa sayangku pada teman baikku. Bagaimana kabarmu?”

Charles Tsi menjauhkan gagang telepon itu dari telinganya tanpa ragu.

Ricky Shen berbalik badan menghadap Adeline Shen, “Apa kamu masih ingin mencari orang untuk menyelamatkanmu? Sepertinya orang yang menyelamatkanmu tidak bisa melindungimu sekarang. Kamu menyerah saja!”

Adeline Shen memohon ampun lalu berlari ke sofa, “Ricky Shen, urusanmu denganku belum selesai. Percaya atau tidak, aku akan memiliki anak suatu saat nanti lalu aku akan kembali ke rumah keluarga Shen untuk balas dendam!”

“Tidak akan!” ujar Ricky Shen lalu menarik Adeline Shen kembali, “Nyonya, sepertinya kamu melahirkan anak-anakku adalah cara yang bagus untuk tetap bersamaku.”

Adeline Shen membuang muka dan menendang kakinya, “Aku sudah merawatmu bertahun-tahun, ‘kan?”

“Oh, beraninya kamu bilang begitu. Lalu siapa yang mengerang ketika berbaring di bawah badanku?” tanya Ricky Shen.

“Aku tidak ingin melakukannya sekarang.” ujar Adeline Shen, wajahnya bersemu merah, “Mengapa tuhan tidak menciptakanmu sebagai setan saja dan malah memberimu wanita baik-baik?”

“Kamu benar. Kamu bisa hamil dua kali setahun sekarang karena kamu masih muda.” ujar Ricky Shen.

“Kamu ingin aku menjadi seperti ibu tirinya Kakak Gu setelah aku melahirkan bayimu? Aku akan menjadi anggota keluarga yang tidak terdaftar. Ricky Shen, kamu bereskan dulu urusanmu, baru bicara tentang bayi denganku.”

“Ada apa memangnya dengan Sherlyn He? Sudah kubilang aku akan memutuskan pertunanganku dengannya.”

Adeline Shen mengabaikannya. Ricky Shen sudah sering bilang begitu. Tapi, kapan dia akan benar-benar memutuskan pertunangannya?

Adeline Shen masih cukup muda untuk menunggu.

Tapi, bagaiman dengan Ricky Shen?

Dia tidak ingin mengandung anak Ricky Shen. Kadang, jika dia menginginkannya, dia tidak tahu bagaimana harus membayangkannya.

“Menyebalkan sekali.” ujar Adeline Shen, “Ricky, lebih baik kamu membenciku seperti sebelumnya. Kalau tidak, aku akan terus menginginkanmu.”

Ricky Shen berubah lembut dan mencium Adeline Shen di dahinya, “Aku tidak memahaminya dulu. Aku tidak paham sampai aku kehabisan waktu. Mengapa aku tidak menghargai waktu ketika aku masih memilikimu?”

Adeline Shen menghela nafas. Kata-kata Ricky Shen meyakinkannya. Dia tahu keluarga itu sedikit bermasalah. Namun, ketika dia menyayangi Veronica Gu, saat itu dia juga mulai menyayangi dirinya sendiri.

Bertahun-tahun dia menunggu, hatinya akhirnya dimiliki Ricky Shen.

Pagi itu, Charles Tsi berhasil menahan dirinya. Dia menatap wanita cantik di sampingnya.

Tatapannya lalu jatuh ke pinggang Veronica Gu.

Akhir-akhir ini, Veronica Gu melarangnya meletakkan tangannya di pinggangnya. Dia juga sering mual,

Charles Tsi akhirnya memutuskan untuk beranya kepada seseorang tentang masalah ini. Dia tidak bisa melihat Veronica Gu tidak makan apapun dan kehilangan berat badannya.

Di kantor, dia memanggil Steven ke ruangannya. Matanya yang tajam menatap asistennya. Steven lebih ahli darinya dalam hal seperti ini.

Walaupun Charles Tsi tidak ingin mengakuinya, namun dia harus bertanya pada Steven.

“Bagaimana mungkin seseorang mual ketika makan?”

“Apa nyonya hamil?” tanya Steven. Charles Tsi terkejut.

Ini pertama kalinya Steven melihat Charles Tsi begini. Dia lalu menggaruk belakang kepalanya, “Apa saya salah? Bukannya drama-drama di TV menunjukkan jika wanita mual ketika makan, biasanya mereka akan memberi kabar bahagia setelahnya? Direktur, sekarang ini gosip mudah sekali menyebar. Lebih baik anda mencari jawabannya di internet.”

Sayang sekali Charles Tsi tidak memperhatikannya. Dia sedang duduk dengan dahi berkerut.

Setelah Steven memanggil-manggil bosnya, tiba-tiba Charles Tsi berjalan keluar ruangan dengan tergesa-gesa.

Apa Veronica Gu hamil? Mengapa dia tidak memikirkan jawaban itu sebelumnya?

Kalau benar, mengapa dia tidak memberitahunya?

Banyak pertanyaan mengambang di benaknya. Charles Tsi sampai tidak memperhatikan mobil orang lain di tempat parkir itu.

Dia mengemudi dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia tiba di rumah. Kebetulan dia bertemu dengan Veronica Gu yang baru saja akan keluar rumah.

Veronica Gu terkejut melihat Charles Tsi terengah-engah, “Apa kamu lupa membawa sesuatu?”

“Tidak.” ujar Charles Tsi riang, “Veronica, aku punya pertanyaan untukmu.”

Jarang sekali Charles Tsi terlihat bahagia begini. Apalagi setelah banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Veronica Gu berpikir ini saat yang tepat.

“Aku juga harus memberitahumu sesuatu.” ujar Veronica Gu sambil menarik Charles Tsi ke sofa.

Ketika mereka berdua duduk, Charles Tsi bicara lebih dulu, “Veronica, apa kamu…”

“Apa kamu pikir aku benar-benar sakit perut?” tanya Veronica Gu. Dia ingin membiarkan Charles Tsi untuk terus menebak.

Veronica Gu hampir melompat bahagia. Dia berharap si bodoh ini sudah tahu jawabanya. Veronica Gu lalu meraih tangan Charles Tsi dan meletakkannya di perutnya. Walaupun dia akan membongkar rahasia tentang kehamilannya, dia merasa ini adalah waktu paling tepat.

Charles Tsi terkejut sampai bergetar ingin mengatakan sesuatu, namun dia tidak bisa mengatakannya.

Veronica Gu tidak terburu-buru. Dia hanya melihatnya. Dia ingin mendengar kata-kata Charles Tsi.

Veronica Gu melihat kilatan di mata Charles Tsi. Dia belum penah melihat kilatan mata itu sebelumnya.

Charles Tsi menggapai kedua pundak Veronica Gu. Tangannya bergetar. Charles Tsi sangat bahagia.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu