Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 97 Murni Kecelakaan

Tapi butuh waktu bagi kendaraan untuk menambah kecepatannya, ketika kecepatannya sudah naik, bagian motorku langsung menabrak bagian belakang motornya.

Motor yang melaju dengan kecepatan tinggi paling takut dengan tabrakan, meskipun jika itu hanya tabrakan ringan itu juga dapat membuat motornya kehilangan keseimbangan, terutama tabrakan secara miring maka itu akan membuat kehilangan kendali dan motornya berguling.

Tidak terkecuali motor Sadri, hanya sekali menabrak pantat motornya lalu motornya oleng dan jatuh ke tanah, motornya terus bergeser ke depan sampai menyentuh bukit di pinggir jalan baru berhenti.

Begitu juga dengan motorku, ketidakseimbangan karena tabrakan roda depan juga sangat besar, untung saja aku sudah membuat persiapan, ketika aku menabraknya, aku melepaskan gasnya dan menginjak rem untuk memperlambat kecepatan dan memegang erat motornya untuk mengendalikan arah, motor gede ini juga sangat seimbang sehingga tidak langsung terguling.

Tapi tetap saja motornya terbang dengan sangat kencang dan sudah bergerak maju dan tidak bisa diluruskan lagi, pasti akan segera terguling.

Ketika kecepatannya berkurang, aku melihat setumpuk rumput dan melompat dari motor, tanpa sadar aku memegang kepalaku dan membiarkan tubuhku berguling.

Setelah berguling beberapa kali, aku merasa badanku tidak begitu sakit, kemudian aku berdiri, aku bergegas menuju ke arah Sadri sambil melepas helmnya.

Sadri tertimpa motornya, dia sedang berusaha mendorong motor itu.

“Sialan!”

Melihat aku bergegas ke arahnya, Sadri marah dengan keras dan mengulurkan tangannya untuk meraba pinggangnya.

Aku tahu dia punya sebuah pistol, tapi aku masih berjarak beberapa meter darinya, jika gerakanku tidak cepat, aku mungkin akan mati.

Tepat ketika dia baru mengeluarkan sebuah pistol hitam dari pinggangnya, aku melempar helm yang baru aku lepas ke arahnya dan kebetulan mengenai pistolnya.

“Piang” terdengar suara berbunyi, pistol Sadri jatuh dari tangannya sejauh dua tiga meter darinya.

Aku bergegas pergi mengambil pistol itu kemudian aku menghela napas lega.

“Sialan kamu, siapa kamu?” Sadri masih tertimpa motor dan berteriak kepadaku dengan keras.

Aku tidak buru-buru menjawab tetapi melihat pistol yang ada di tanganku.

Ini adalah kali pertama aku menyentuh benda ini, tapi aku tahu ada saklar pengaman manual dan Sadri sudah membuka pengamannya, ini berarti senjata ini siap ditembakkan.

Jika tadi terlambat sedikit atau jika tidak melemparkan helmnya, mungkin aku sekarang sudah terbaring.

Aku memainkannya beberapa kali dan berjalan ke samping Sadri, berjongkok, setelah mengambil ponselnya, aku bertanya perlahan-lahan:”Di mana orangnya?”

Sadri tersenyum dingin:”Heng, kamu bocah tengik bahkan tidak bisa memegang pistol, kamu masih ingin menakutiku?”

Aku tertawa, mengapa orang-orang yang dipakai oleh Mark mulutnya begitu jahat ya?

Aku menggelengkan kepala tanpa daya dan tersenyum, lalu melihat kakinya yang tertimpa oleh motor, aku langsung saja duduk di atas motor itu.

Sadri berteriak kesakitan, kemudian dia mengumpat tanpa henti sambil menahan kesakitan.

Aku memungut pecahan kaca spion dan membuat beberapa goresan di posisi arteri pahanya dan berkata:”Sadri, jika aku menancapkan kaca ini di sini, menurutmu kamu bisa bertahan hidup berapa lama?”

Tidak menunggu Sadri membalasnya, aku menancapkan kaca ini di pahanya.

Tapi dia mengenakan celana jeans, meskipun menusuknya beberapa kali tapi hanya keluar sedikit darah saja.

Dalam keputusasaan, aku hanya bisa merobek celananya dan membuat sebuah lubang di posisi arteri pahanya dengan kaca.

Sadri masih tidak berhenti mengumpat berbagai macam sumpah serapah.

Tapi ketika aku membuat sebuah lubang di celananya dan menusukkan sudut tajam kaca itu ke kulitnya, dia tiba-tiba berteriak ketakutan:”Jangan! Aku akan mengatakannya ... ... “

Aku tidak bisa tidak tertawa, tadi Urando menderita lama baru bersedia mengatakannya, Sadri ini mulutnya jahat dan kotor tapi dia lebih penakut daripada Urando.

Sadri mengatakan semuanya dengan jelas, dia bukan hanya memberitahuku rute tempat persembunyian, dia juga menandainya di ponsel.

Aku mengambil ponselnya dan memasukkan pistol di pinggang, memungut helmku kemudian aku berjalan ke arah motor sport 250cc yang jatuh tidak jauh.

“Saudaraku, aku sudah mengatakannya, kamu lepaskan aku.” Sadri yang berbaring di tanah memohon.

Aku meliriknya:”Bukankah aku sudah melepaskanmu?”

Dia berkata sambil menangis:”Bukan ... ... kakiku sudah tidak bisa digerakkan lagi, aku merasa seperti akan patah, kamu jadilah orang baik dan bantu aku menggesernya ya?”

Aku tersenyum dan menggeleng:”Tenang saja, sebentar lagi akan ada polisi yang membantumu.”

Setelah aku berbicara, aku mengangkat motor sport itu dan memeriksanya sebentar, hanya bagian body motornya yang rusak sedikit, tidak ada masalah besar lainnya.

Aku menggenakan helm kembali, aku menyalakan motorku dan melaju ke arah yang di katakan oleh Sadri.

Tempat persembunyian mereka dekat dari sini, kurang dari sepuluh menit perjalanan, di sebuah rumah rusak di tempat pengumpulan karet yang tidak jauh dari sungai Mae ping.

Aku menyusuri jalan yang ditumbuhi rumput liar dan berada tidak jauh dari rumah rusak itu, aku melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumah, tapi tidak melihat satu orang pun.

Sadri mengatakan, mereka hanya meninggalkan satu orang di rumah itu, orang yang punya hubungan dekat dengan Mark memberikan perintah dari kota Chiang Mai, sedangkan teman lokal itu hanya mengajak mereka bermain di daerah terdekat beberapa hari yang lalu, dia berpikir mereka datang untuk jalan-jalan dan sudah berpisah dengan mereka kemarin, orang itu juga tidak tahu bahwa mereka akan menculik orang.

Selain itu, mereka juga menculik sepasang ibu dan anak, karena ketika menculik putra Bruce terlihat oleh mereka, demi keamanan, mereka hanya bisa menculiknya juga.

Setelah mengetahui bahwa ibu dan anak ini adalah istri dan anak orang kaya, mereka berpikir memerasnya, setelah membereskanku, mereka akan meminta sejumlah uang kepada Deni Tong, kemudian mereka akan melarikan diri di negara lain yang ada di Asia Tenggara.

Dengan kata lain, istri dan anak terlibat dalam penculikan ini murni karena kecelakaan.

Untungnya aku sudah membereskan Sadri dan Urando terlebih dahulu, tidak sulit untuk menyelamatkan mereka, pihak lawan hanya tinggal satu orang saja, mudah ditangani, asal memastikan dulu mereka tidak melukai anak-anak.

Aku mengendarai motor itu sampai ke depan pintu dengan terang-terangan, turun dari motor, berjalan ke arah pintu tanpa melepas helmnya.

“Rando?” terdengar suara curiga dari dalam ruangan itu.

Aku meniru suara Urando untuk menjawabnya:”Ya, di mana Sadri?”

“Bukankah Sadri pergi menjemputmu ... ... “ Suara itu berhenti dan berteriak dengan kaget dan marah:”Kamu bukan Rando, siapa kamu?”

Tepat ketika suaranya terdengar, aku menedang pintu yang renyot itu dengan kencang, aku menarik pistol dan masuk ke dalam.

Menghadapi pria kurus berusia dua puluhan, dia mengarahkan sebuah golok ke arahku.

Aku tidak sempat menghindar, aku hanya bisa menahan golok itu dengan helm sambil menendang perutnya.

Terdengar suara “Piang”, golok itu menancap di helm, kemudian aku jatuh ke samping dan bahuku berdarah.

Tapi pihak lawan jatuh ditendang olehku, aku mengarahkan pistol kepadanya lagi dan berkata:”Jangan bergerak, buang golok itu, jika tidak aku akan menembakmu.”

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu