Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 185 Apa Yang Kalian Inginkan

Waktu seolah-olah berhenti.

Aku berharap bisa selamanya seperti ini.

Nampaknya hanya sebentar, namun seperti sudah sangat lama, setelah selesai berciuman, dia terengah-engah dan menyandarkan kepala di bahuku, seperti kehilangan tenaga, kemudian dengan lembut bersandar di tubuhku.

Aku memeluk eratnya, dan merasakan jantungnya berdetak sangat kencang.

Begini lah, kami saling berpelukan, tanpa berkata apapun, dan tidak pernah berpikir untuk berpisah.

Aku tidak tahu apakah ini sudah termasuk berpacaran, atau hanya penghibur hati sementara.

Aku juga tidak berani bertanya, karena takut, merusak kebahagiaan yang telah lama di nantikan.

Tanpa di sadari, hujan telah berhenti, cahaya matahari sore menyinari pavilion, dan badan kami.

"Masuk ke dalam sedikit, jangan sampai jadi hitam." Setelah agak lama terpapar sinar matahari, akhirnya aku mengatakannya.

"Iya." Dia menjawab sekilas, kemudian menengadahkan kepalanya dari bahuku, dan membiarkan aku menggendongnya pelan-pelan masuk ke dalam pavilion.

Dia menunduk kepala tidak berani menatap ku, wajahnya yang dari tadi memerah, nafasnya terengah-engah, bulu matanya yang panjang sedikit bergerak.

Aku ingin menciumnya sekali lagi.

Tapi ketika aku mengangkat tangan, ingin memegang wajahnya, tiba-tiba dari jalan terdengar bunyi sepeda motor.

Aku menoleh keluar, dan melihat ada tiga sepeda motor melaju dari sebelah utara jalan, karena mereka memakai helm, jadi tidak kelihatan jelas wajahnya.

Dan dari arah berlawanan, juga ada dua sepeda motor melaju kemari, mereka juga memakai helm.

Saat mendekati pavilion, ke lima sepeda motor yang datang dari arah berlawanan ini, tiba-tiba semuanya meninggalkan jalan raya, berbelok ke padang rumput, dan berjalan mengitari ke arah pavilion.

Melihat adegan ini, seketika aku memiliki firasat buruk, sepertinya kedatangan mereka karena ingin menyerangku.

"Cepat lari, naik ke motor."

Aku tanpa berpikir panjang lagi langsung menarik tangan Elina, menuju sepeda motor yang ada di luar pavilion.

Elina berseru, dan terhuyung-huyung berjalan beberapa langkah, sedikit lagi hampir terjatuh.

Aku segera memegangnya, dan sekali lagi menarik dia berlari keluar pavilion.

Tapi, para pengendara motor tersebut menyadari aku hendak melarikan diri, mereka langsung menancap gas, lalu menyebar, ingin menghalangi jalan keluar ku.

Sisi pavilion di dekat laut adalah lereng gunung yang curam, sementara di kedua sisi pavilion adalah area jalur penghijauan dengan ketinggian setengah orang, sisi yang menghadap jalan adalah padang rumput yang datar tapi tidak luas, setelah kelima sepeda motor itu berpencar, kami hampir tidak ada jalan keluar lagi.

Jika saat ini aku ingin menggunakan sepeda motor menerobos keluar, kemungkinan musuh akan menabrakku hingga jatuh, saat itu sudah pasti tidak bisa kabur.

Malah akan membuat Elina terluka.

Dari sini menuju pantai lumayan jauh, jadi tidak ramai yang melewati tempat ini, apalagi barusan turun hujan, sekitar sini pasti tidak ada orang.

Aku sempat kebingungan sesaat, lalu menarik Elina masuk ke area jalur penghijauan, menuju bagian utara pantai, sambil mengeluarkan hp untuk menelpon polisi.

"Apa yang telah terjadi? mereka itu siapa?" saat ini Elina seperti baru tersadarkan, dia bertanya dengan bingung.

Aku berkata tanpa menoleh nya: " kemungkinan, anggota Mark, pokoknya mereka datang untuk cari masalah. "

"Apa yang mereka inginkan? "

"Mungkin ingin balas dendam, atau mungkin ada tujuan lain."

Tidak masalah jika memang mereka adalah anggota Mark, karena tujuan mereka hanya aku, jadi tidak akan berbuat sembarangan pada Elina.

Tapi mereka semua memakai helm, jadi aku tidak tahu apa mereka adalah orang yang di utus Clay, atau Sungky, atau orang lain, misalnya yang memperjualbelikan manusia atau organ tubuh lainnya.

Makanya, tidak mungkin meninggalkan Elina disini, aku harus membawanya pergi. Kalau tidak, jika tujuan mereka adalah memperjualbelikan manusia, maka Elina akan......

Aku tidak berani membayangkan akhirnya, jadi hanya bisa menarik tangan Elina tanpa berhenti berlari.

Saat ini, panggilan ku terhubung, aku memberikan penjelasan yang singkat kepada polisi, bahwa kami diserang oleh orang yang tidak dikenal, dan setelah memberitahukan lokasi musuh, aku mengabaikan untuk menjawab pertanyaan formal dan interogasi dari polisi, hanya berteriak menyuruh mereka bergegas mengutus orang kemari, kemudian menutup panggilan dan terus berlari.

Beberapa sepeda motor itu telah mengejar kemari, tapi area jalur penghijauan setinggi setengah orang, jadi motor mereka tidak bisa menerjang masuk, mereka terpaksa berpisah, tiga sepeda motor berada di samping area jalur penghijauan, dua lagi menancap gas, ingin masuk dari depan area jalur penghijauan untuk mencegat jalan ku.

Tidak bisa begini terus, karena Elina larinya lambat, jika ingin berlari ke tempat semula kami tidak mungkin bisa mengalahkan kecepatan sepeda motor, sementara polisi juga tidak secepat itu bisa sampai kesini, jadi mereka tidak perlu waktu lama sudah bisa menangkap kami.

Mereka berlima, jika tidak membawa senjata, seharusnya aku bisa menghalangi mereka, sehingga bisa memberikan Elina waktu untuk lari, asalkan dia selamat keluar dari sini, aku sendirian pasti punya cara untuk melawan mereka.

Tapi, mereka sudah mempersiapkan semuanya, termasuk membawa senjata, dan juga pistol.

Kami hanya bisa terus berlari, sambil menunggu polisi datang untuk menyelesaikkannya.

Berpikir sampai disini, aku mengertakan gigi, membawa Elina melewati sisi lain area jalur penghijauan, berlari menuju lereng gunung dekat laut.

Ketiga pengendara motor yang disamping melihat kondisi ini, dan begitu mendengar teriakan dari pemimpinnya, mereka serentak menghentikan motor, dan melepaskan helm, berjalan melintasi area jalur penghijauan kemudian berlari mengejar kami.

Lereng gunung dekat laut ini ditutupi oleh pohon dan semak belukar yang lebat, membentang sejauh beberapa kilometer di sepanjang laut, di bagian barat kaki gunung adalah pantai berbatu yang tidak bisa dijadikan tempat persembunyian, dua motor yang ingin mencegat kami saat itu telah menuju ke arah utara, lalu 3 orang lagi dari arah timur area jalur penghijauan sedang mengejar kami, jadi setelah masuk ke hutan lereng gunung, aku menarik Elina ke arah yang berbeda, berlari melewati hutan yang lebat ke arah selatan.

Hutan ini dipenuhi oleh dedaunan yang lembut, dan ada batu dengan ukuran berbeda, ditambah lagi lereng gunung ini agak curam, sama sekali tidak bisa berlari dengan cepat, bahkan kalau tidak hati-hati bisa terjatuh.

Apalagi membawa Elina, dengan kecepatan sekarang ini, tidak butuh waktu lama akan segera terkejar oleh musuh.

Pada saat aku tergesa-gesa, Elina tiba-tiba berteriak, lalu kaki nya cedera.

Hal yang paling di khawatir kan akhirnya terjadi.

Aku bergegas memapahnya: "apakah kaki mu keseleo?"

Dia menggelengkan kepala: "kaki ku tidak apa-apa, tapi sepatu ku rusak."

Aku melihat, sepatu yang dipakainya telah rusak, mungkin karena permukaan jalan yang tidak rata tadi.

Dia tidak mungkin bisa berlari dengan sepatu yang telah rusak, apalagi jika tanpa sepatu, berjalan di antara dedaunan yang terdapat banyak patahan ranting pohon dan bebatuan, bahkan semak berduri, kakinya pasti akan terluka gores.

Dari belakang telah terdengar suara langkah kaki musuh, jika begini terus, maka kami akan tertangkap.

Hanya bisa memikirkan cara lain.

Aku hampir tidak ragu mengambil keputusan, untuk memapah Elina berjalan sampai ke samping semak belukar yang lebat, lalu dengan serius menatap nya, dan berkata: "bersembunyi lah ke dalam, apapun yang terjadi nanti, kamu jangan mengeluarkan suara, apalagi keluar, kecuali jika aku menyuruhmu lari, ingat ?"

"Kamu mau kemana?" mata Elina menunjukkan kepanikan yang mendalam.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu