Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 289 Bala Bantuan

Peng!

Tongkat kayu yang ada di tanganku sesekali menghalangi stick nunchaku dengan kuat, aku bisa merasakan kegeraman pada pria yang menghajarku itu. lalu, pria lainnya juga mulai menyerang belakang kepalaku dengan pisau sanlengnya.

Aku menundukkan kepalaku, pada saat yang bersamaan, aku menoleh ke arah belakang lalu menghajar kedua orang itu, preman lokal tadi berseru dan mulai menyerangku, aku pun tanpa ragu berlari memasuki kerumunan orang-orang itu.

Aku sekarang ditekan dan tak berdaya, jika polisi di luar sana masih tidak memikirkan segala cara untuk menerobos masuk, mungkin cepat atau lambat aku akan mati di sini.

Lagi-lagi aku melihat anak buah itu menyerangku lagi, dan di depanku sudah tidak ada jalan lain lagi, aku menggertakkan gigiku, dan kembali berbalik badan menyerangnya.

Mark secara khusus menyuruh orang untuk merenovasi gudang yang sudah terbengkalai ini menjadi sebuah ruangan tertutup seperti saat ini, selama aku memutuskan untuk tinggal, bahkan jika aku menggunakan setumpuk orang, ini hanya akan membunuhku dengan perlahan.

Sambil menyerang aku memaki, dan karena seranganku yang beberapa kali ini, aku berhasil memisahkan dua pria bertubuh kekar dengan belasan preman lokal itu, ini juga merupakan kesempatanku untuk sedikit bernapas lega.

Kali ini Mark tertawa terbahak-bahak di tempatnya, “Roman, waktumu hanya sisa hari ini saja. Kamu harus tahu, demi mencegah hal yang terjadinya seperti di Thailand, waktu kamu kabur dari seratus orang dari Bruce, aku sudah merubah gudang ini secara khusus, ini juga sebuah hadiah besar dariku padamu.”

Aku menggertakkan gigi tanpa berbicara, dan berusaha mencari sebuah kesempatan untuk melintas ke arah lain, tiba-tiba tongkatku menghantam ke seorang preman lokal yang sedang lengah, seketika preman lokal itu tersungkur di lantai.

Anak buah Mark terdiam, dia tidak menyangka kalau aku melawan, lalu dia berteriak, “Cepat, bunuh dia! Ada hadiah 2 miliar dari Tuan Muda Mark!”

“Sial!”

Detik berikutnya, semua mulai bengis menyerang ke arahku, dan jarak antara aku dan Mark sudah berdekatan, dia masih belum menyadari bahaya ancaman dari kedatanganku dan masih menatapku dengan pandangan puas di sana.

Dan pada akhirnya, kedua pria berbaju hitam pun masuk ke dalam medan pertempuran, tekananku semakin meningkat, di telingaku hanya terdengar suara tawa girang dari Mark dan jeritan tangisan dari Imel.

Hatiku sangat gelisah tapi tak bisa berbuat apa-apa, melawan dua pria berbadan kekar ini saja sudah sangat menguras tenagaku, tapi aku masih harus berusaha dengan sekuat tenagaku untuk melawan beberapa anak buah Mark yang ikut gabung pada detik ini.

Sialan, Odele di mana kamu? Jika kamu masih tidak muncul, aku akan mati di sini!”

Tetapi, berkelahi adalah hal yang paling tidak bisa diganggu, ditambah lagi kedua pria berbaju hitam ini tidak tahu berasal dari mana, kekuatan mereka tidak jauh beda denganku, hanya saja jurus-jurusnya lebih kasar dibandingkan denganku, dan sebatang tongkat kayu berada di belakangku.

Aku merasakan kekuatan besar di punggungku, dengan segenap tenaga aku berguling ke depan untuk melarikan diri dari pertempuran kedua pria berbaju hitam ini.

Mark tampaknya sangat bahagia melihat aku yang berusaha kabur dari serangan ini, “Ha ha ha, bagaimana Roman? Kamu hanya memiliki hari ini saja, mereka berdua adalah mantan prajurit yang secara khusus aku undang, dan melawanmu merupakan hal yang sangat sepele. Bagaimana jika kamu mematahkan kedua kakimu sendiri saja, mungkin aku akan membuat matimu lebih mudah.”

“Baik, jika menginginkan kedua kakiku, sini kamu datang sendiri!”

Sambil memaki aku mengeluarkan alat stun gun dari tubuhku yang aku sembunyikan sedari tadi, lalu menyalakannya, kemudian secepat kilat menyetrum ke kepala ketiga orang itu, mereka langsung pingsan tanpa aba-aba.

Para preman yang lain terkejut saat melihat aksiku, mereka segera menyerangku saat mereka menyadari apa yang ada di tanganku.

Kegunaan utama dari alat stun gun ini hanya untuk melumpuhkan lawan, tapi jika dayanya habis, maka kegunaannya tak lebih baik dibanding dengan tongkat plastik.

Tapi aku sangat puas dengan keberhasilanku melumpuhkan tiga orang ini, segera aku menggunakan alat ini untuk menyerang seseorang yang menyerangku, orang itu terkejut dan segera memundurkan langkahnya dengan terburu-buru, tapi sayangnya, dia malah menabrak pria lain yang juga sedang menyerangku, tanpa peringatan, mereka berdua terjatuh dan menjerit bersama.

Hanya beberapa saat kemudian, aku sudah berhasil menumbangkan lima orang dalam waktu singkat ini, ditambah lagi dengan anak buah yang pertama kali aku hajar, dan sekarang, di gudang ini hanya tersisa 10 orang preman lokal dan dua pria bertubuh kekar baju hitam ini.

Kedua pria berbadan kekar ini terkejut melihatku, pandangan matanya tertuju padaku, sedangkan aku terus menyelinap ke orang-orang itu.

Dan pada situasi ini, hanya orang bodohlah yang akan terus berjuang.

Namun, meski gudang ini begitu luas, aku yang sering berkelahi tapi bukan yang seperti penguasa jalanan, dan pada saat aku berlari, tak lama aku pun menemui jalan buntu, dan di hadapanku terdapat dua pria kekar berbaju hitam beserta sepuluh preman lokal memandangiku.

Sialan, jika Odele ini masih tak muncul-muncul, mungkin dia hanya akan bertemu dengan mayatku.

Aku terdiam, kemudian berkata, “Mark, bukankah kamu menginginkan kedua kakiku? Baiklah, aku bersedia. Tapi, lepaskan mereka bertiga terlebih dahulu.”

Dengan sedikit tertatih Mark berjalan mendekat, lalu tersenyum sinis, “Maaf, barusan aku sudah memberimu kesempatan, tapi kamu tidak menghargainya, dan sekarang, aku sudah tidak bisa menerimanya lagi.”

Melihat aku yang begitu berambisi, Mark kembali menutur, “Tapi, karena kamu memiliki niat ini, sangat bagus, selama kamu mematahkan kedua kakimu, maka aku akan menjamin kamu akan mati dengan lebih mudah.”

Aku tersenyum dingin, “Hentikan omong kosongmu, karena kamu tidak menyetujuinya, maka suruh saja mereka maju lagi, aku juga ingin melihat, seberapa banyak lagi orang yang bisa aku tumbangkan, jika sampai polisi datang dan aku masih belum tumbang, maka kalian semua akan ditangkap.”

Sambil berkata, kekuatan pada tubuhku perlahan telah kembali, aku meregangkan otot-otot dan tulangku, meskipun tadi aku sudah berusaha menghindari sebagian besar serangan dari mereka, tapi aku tetap tidak bisa menghindari luka-luka yang mereka sebabkan, dan untungnya semua luka ini hanya cedera luar saja.

Mark membelai-belai dagunya, “Oke, aku beri kamu kesempatan.”

Selesai berbicara, dia memberikan sebuah isyarat kepada satu anak buahnya, lalu salah satu dari mereka melepaskan tali Adit.

“Kamu……”

Praakk!

Baru saja Adit hendak berbicara, sebuah tamparan mendarat mulus, dan dia masih tertegun, hanya mendengarkan Mark berkata, “Coba kamu lihat Roman, teman apa yang kamu punya? Orang bau mulut seperti dia, harus belajar untuk diam.”

Kali ini Adit hanya bisa menunduk, tak berani lagi bersuara.

Mark berkata : “Bagaimana Roman, aku sudah melepaskan satu, maka kamu harus mematahkan satu kakimu.”

Aku mengerutkan kening, “Lepaskan semuanya, atau tidak kamu hanya akan bermimpi.”

Mark menyipitkan matanya, “Roman, hal yang paling aku benci adalah ancaman.”

Suasana gudang kembali hening, dan detik berikutnya, Mark berteriak, “Semuanya maju, bunuh dia!”

Semua orang mulai beraksi, termasuk kedua pria kekar berbaju hitam ini, dalam sekejap pisau sanleng dan juga stick nunchaku muncul di hadapanku.

Sambil aku memaki Mark, aku berusaha menghindari serangan, suara keras terus menggelegar, kayu yang ada di tanganku beradu dengan stick nunchaku.

Dan aku berusaha membungkuk menghindari ancaman bahaya dari pisau sanleng yang tajam.

Phong!

Pada detik ini, aku masih belum sempat untuk merespon, tapi sebuah suara tiba-tiba mengusik telingaku, dan raut wajah pria yang menggunakan stick nunchaku di depanku seketika berubah, aku menunduk, lalu melihat kakinya telah berlumuran darah segar.

Hatiku gembira, bala bantuan akhirnya datang.

Dan Mark juga menyadarinya, raut wajahnya kembali buas, lalu berteriak kencang, “Cepat maju! Bunuh dia!”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu