Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 23 Pertunjukan Bagus

Dan untuk sementara waktu aku mematikan kameraku, sesekali aku mengobrol dengan Elina sambil menunggu dengan sabar.

Seiring berjalannya waktu, jumlah tamu di bar ini semakin meningkat, terlihat beberapa penari dengan riasan menornya menari di atas panggung menggunakan celana dalam segitiga dan sepatu bot. beberapa pria terlihat mendekat ke tengah bar untuk menari mengikuti alunan musik. Suasana semakin meriah tak terkontrol, muncul beberapa hal yang memancing gelak tawa dan bahkan menjijikkan untuk dipandang.

Raut wajah Elina merah merona, dia tak kuasa melihat pertunjukan yang ada di tengah bar tersebut, segera dia memalingkan wajahnya ke tembok.

Dan sekali lagi, aku menyalakan kembali kamera yang ada di ponselku dan mengarahkannya ke arah Aberko dan Avara.

Mereka telah meneguk bir dalam jumlah yang banyak.

Mendapati keadaan dan suasana yang ada di bar semakin tidak karuan, Aberko mulai merasa sedikit takut dan juga gugup. Sepertinya dia mulai menyadari tempat apa ini sebenarnya.

Aku tidak tahu apakah ini pengaruh alkohol atau karena suasana yang semakin memanas, Avara menjadi sedikit bersemangat, dia mulai banyak bicara, bahkan tangannya mulai menari-nari mengikuti irama musik.

Dan yang paling mengejutkan adalah, dia dan Aberko yang duduk berhadapan awalnya, tapi sekarang, dia tiba-tiba bangkit dari duduknya dan duduk di sebelah Aberko, bahkan dia menunjuk ke arah pria yang tengah menari di tengah bar itu, aku tidak tahu apa yang dia bisikan, aku tidak tahu apa niat dari dia berpindah tempat duduk tersebut, apakah karena ingin menonton lebih leluasa atau hanya sengaja ingin mendekati Aberko?

Aberko merasa semakin tidak nyaman.

Tak lama setelah itu, Avara tiba-tiba meraih pundak Aberko dan berbisik dengan ria.

Entah apa yang dilanturkan oleh Avara, Aberko diam tak berkutik, raut wajahnya tegang, Aberko tidak berkata sepatah kata pun.

Aku tidak bisa mengendalikan gerakanku, jari-jariku segera mencolek lengan Elina, memberinya isyarat untuk menyaksikan pertunjukan bagus.

Elina memalingkan pandangannya dan melihat kejadian yang ada di depan mata, sama seperti Aberko, Elina juga tidak bisa berkata apa-apa, mulutnya melongo tak bisa melontarkan sepatah kata pun.

Pada saat ini, irama musik semakin bersemangat begitu pula dengan suasana yang ada di bar ini, semakin meriah tentunya, sebagian pria terlihat mulai menggoyangkan kepalanya.

Avara memeluk pundak Aberko dan mencoba untuk mengajaknya menari, tapi saking tegangnya Aberko, dia diam bagai patung tak bergerak sedikit pun.

Melihat ekspresi yang ada di wajah Aberko, Avara mulai merasakan hal yang berbeda, lalu dia pun membisikan sesuatu.

Kemudian, wajah Avara juga ikut menegang.

Tak butuh waktu lama, Avara melepaskan pelukannya, dia beranjak dari tempatnya kemudian pergi meninggalkan Aberko sendiri.

Aberko hanya bisa mengikuti dari belakang dan tak henti-hentinya dia memberikan penjelasan.

Aku pun segera bangun dari kursiku, dengan secepat kilat aku menerobos kerumunan orang dan menabrak Aberko.

Aberko tersandung dan hampir saja terjatuh, ketika dia berdiri lagi, Avara sudah melenggang pergi menuruni anak tangga.

Jika pada saat ini aku menampakkan diri, aku mempunyai kesempatan untuk mempermalukan Aberko, membuat dia tidak ada muka untuk memandangku, membuat dia kesal, dan juga dengan senang hati bisa menginjak-injak harga dirinya.

Tapi aku tidak menampakkan diri, melainkan segera pergi dari sana, agar dia tidak melihat keberadaanku.

Jika dia menyadari aku ada di sini, maka dia akan segera tahu, aku yang sengaja menjebak dia dalam situasi seperti ini.

Kemudian dia akan mencari Avara untuk menjelaskan ini semua, dan Avara akan membenciku karena ini, lalu……proyek dari BTT akan hangus.

Maka dari itu, aku harus bersabar menunggu setelah proyek ini jatuh ke tanganku, maka saat itu lah aku akan mencari Aberko dan menginjaknya. Dan aku akan memberitahunya kenapa dia bisa kalah dalam proyek ini, aku akan mengirim video ini kepadanya, pasti dia kan kesal setengah mati denganku.

Dengan situasi dan kondisi yang begitu hiruk pikuk ini serta penampilanku dengan wig dan kumis palsu, Aberko tidak mungkin bisa mengenaliku, dia hanya memakiku menggunakan bahasa Inggris, kemudian bergegas turun mengejar Avara.

Aku tidak bergegas turun ke bawah, melainkan melambaikan tangan ke Elina memberinya isyarat agar mendekat ke arahku.

Elina pun menerobos kerumunan orang-orang dan tanpa banyak bicara dia segera mengikutiku turun ke bawah. Setelah keluar dari bar, aku mendapati Aberko yang tengah sibuk menelpon, sambil menaiki sebuah taksi dan pergi dari sini, mungkin dia berusaha mengejar Avara.

Melihat Aberko yang berlalu begitu saja, tiba-tiba Elina berkata dengan sinis : “Roman, aku sangat tidak suka dengan cara ini untuk menyakiti Tuan Avara, aku akan merasa sangat bersalah padanya, atau sebaiknya aku harus mencarinya dan menjelaskan ini semua, dan dengan sukarela keluar dari kompetisi proyek ini.”

Aku tertegun, dan melontarkan amarah yang tak bisa aku tahankan : “Kamu gila ya? Aku sudah bersusah payah menyusun rencana ini, dan hampir berhasil, kamu malah mau keluar dari kompetisi ini?”

“Karena caramu sungguh licik dan kejam, ini membuat aku merasa tidak adil dalam bersaing.”

“Heh, kamu benar-benar gila, jelas-jelas kita sudah meyakinkan Avara dan para petinggi dari Perusahan BTT, tapi Aberko malah bawa-bawa si Bruce, kenapa kamu tidak protes dengan apa yang sudah dia perbuat? Jika bukan karena dia bermain di belakangku, apa aku perlu berbuat sejauh ini? Dan lagi, apakah kamu pikir Avara tidak tahu cara licik yang digunakan Aberko? Tidak bisa melihat darimana datangnya Bruce? Kamu hanya perlu menggunakan sedikit otakmu dan sudah bisa melihat cara yang dilakukan Aberko, termasuk para petinggi dari perusahaan besar Avara, mereka bahkan jauh lebih pintar dibandingkan denganmu!”

“Kenapa dia begitu terang-terangan bertingkah seperti orang bodoh? Kalau bukan karena sedikit harga dirinya. Dia sudah kehilangan harga dirinya karena Bruce datang ke pusat BTT dan mengintimidasinya. Dia hanya melampiaskan kemarahannya ke kita, dia berbuat demikian, apakah pernah memikirkan perasaan kita? Di mana moral karakter mulianya? Dan terlebih lagi, apakah aku sudah mencelakainya? Bukankah hanya sekedar gagal dalam mengejar seorang pria?”

Sebenarnya Elina juga hendak membantahku, hanya saja dia tidak menemukan alasan yang tepat, jadi dia hanya bisa memalingkan wajahnya tanpa berkata sepata kata.

Aku menghentikan sebuah taksi, aku membuka pintu dan berkata : “Ayo pulang, nanti kita bicarakan lagi di hotel.”

Elina sempat ragu-ragu, namun segera dia memasuki taksi dan ikut pulang ke hotel.

Sepanjang jalan kami tidak saling berbicara, setelah sampai di hotel aku terlebih dahulu membuka pintu kamarku dan berkata sambil menunjuk ke arah kamar : “Masuklah dulu, kita bicarakan di dalam.”

Elina tidak bergerak, melainkan hanya berkata dengan cuek : “Tidak perlu, katakan saja semua di sini.”

“Baik, kamu dengarkan baik-baik.”

Aku berusaha menjernihkan pikiranku dan berkata : “Besok, kamu perhatikan gelagat dari Aberko, dan juga berita internal dari BTT, jika ada perubahan yang khusus, kamu harus menghubungiku segera. Dan lagi, besok kamu bawa tim proyek ke BTT, dan ajukan lagi ke Avara untuk bicarakan sekali lagi dengan petingginya, jika tidak ada masalah, maka Avara akan menandatangani kontrak baru lagi dengan kita.”

“ingat, sore kamu pergi lagi! Mengenai bagaimana caranya agar kamu bisa ketemu dengan Avara dan para petingginya, itu adalah urusanmu. Bagaimana mendiskusikannya, itu juga urusanmu. Lusa sudah Festival Songkran, jadi besok sudah harus diputuskan. Jika masalah ini saja kamu tidak bisa melakukannya, maka lebih baik jabatan direkturmu kamu berikan saja padaku. Selain itu, besok aku tidak akan ikut denganmu, termasuk pertemuan selanjutnya dalam pembahasan kontrak kerja sama, aku tidak akan ikut lagi denganmu, karena kemungkinan bisa menimbulkan rasa sungkan antara kedua belah pihak.”

Aku tidak menyangka Elina membuang muka, dan tanpa ekspresi berkata : “Kenapa aku harus mendengarkanmu?”

“Kau boleh tidak harus mendengar perintahku, tapi aku berani jamin, kau akan menyesalinya nanti.” Aku sengaja menekan kata-kataku kali ini.

Elina mengerutkan keningnya dan perlahan mendongak, pandangan matanya semakin dingin, seolah dia hendak menerkamku.

Aku menggelengkan kepalaku, dan berkata : “Jangan mencoba untuk membantahku, aku tidak main-main denganmu, perlu kamu ingat, proyek ini harus dimenangkan, kalau tidak kamu akan menyesal, kamu pasti paham aku orang seperti apa, dan tahu kemampuanku.”

Selesai menyampaikan isi pikiranku, aku pun membalikkan badanku dan masuk ke dalam kamarku, aku malas untuk berdebat dengannya.

“Apa karena Keisya, kamu begitu ingin memenangkan proyek ini?” tiba-tiba Elina berkata dengan dingin.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu