Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 5 Tidak Tau Berterimakasih

Begitu teringat akan hal ini aku langsung turun dari atas kasur.

Tubuhku sudah kembali seperti semula, tetapi begitu aku berusaha untuk bangun, kepalaku terasa sangat pusing, tenggorokanku juga kering, dan rasanya ingin muntah.

Aku tidak sanggup untuk mengejarnya.

Aku mengambil teleponku yang terjatuh di lantai, berjalan menuju kamar mandi dengan tanganku yang menahan tubuku ke dinding, aku membuka kran air, membasuh wajahku beberapa kali, dan meminum beberapa teguk air, setelah merasa sedikit lebih baik aku bergegas keluar dan mengejarnya.

Setelah sampai di lantai bawah, dan saat aku baru berada di depan pintu masuk hotel, aku melihat Elina yang datang dengan membawa dua orang polisi masuk ke dalam hotel dengan terburu buru.

“Itu dia.” Elina berteriak dari kejauhan sambil menunjuk ke arahku.

Aku tidak sempat untuk mengungkapkan kekesalanku kepadanya, dan aku juga tidak sempat untuk menjelaskan semuanya, kedua polisi itu langsung mendekat ke arahku, dengan gerakan yang begitu terampil mereka menjatuhkanku di atas lantai.

“Bukan aku orangnya, kalian salah menangkap orang.” Aku mengangkat kepalaku dan berteriak, berusaha untuk memberontak.

Tetapi kedua polisi itu mengunci kedua tanganku di atas lantai, dan aku tidak bisa bergerak sedikit pun.

Entah bagaimana aku berteriak dan berusaha untuk menjelaskan, mereka tidak bersedia untuk melepaskanku.

Kerumunan orang disekitar yang melihat pemandangan ini mulai menunjuk ke arahku dan membicarakan tentangku.

Aku dengan susah payah mengangkat kepalaku, dan dari celah pandanganku aku melihat Elina masuk ke dalam satu mobil yang sama dengan seorang polisi.

Sekali lagi aku dibawa menuju ke kantor polisi, aku sudah menceritakan kejadian ini berkali-kali, hingga melakukan tes urin dan tes darah, serta melakukan tes indikasi adanya obat terlarang di dalam tubuhku, tapi meskipun begitu aku masih saja ditahan di kantor polisi

Aku percaya jika kali ini aku tidak akan masuk ke dalam penjara lagi, karena aku sama sekali tidak menyentuh Elina, dan juga di dalam hotel juga terdapat kamera pengawas, pasti mereka berhasil merekam Gedion dan juga satu temannya.

Saya telah mendekam di dalam kantor polisi selama satu hari, polisi kembali mengeluarkan dakwaan penahanan kriminal kepadaku dengan alasan jika aku melakukan tindakan yang memalukan.

Di dalam kamera pengawas menunjukkan jika aku mendobrak pintu untuk masuk, dan berhasil merekam Gedion dan temannya yang kabur dari dalam ruangan, tetapi bukti yang dimiliki saat ini tidak bisa menguatkan jika mereka ingin melakukan sesuatu kepada Elina, dan tidak bisa menjamin jika aku datang untuk menolongnya.

Sedangkan Elina, dia langsung menuduhku jika aku ingin melecehkannya, selain tanganku yang berada di atas dadanya saat terbangun, dia juga melaporkan jika di dalam kantor saat bekerja aku juga melakukan pelecehan terhadapnya.

Kemudian setelah itu polisi membawaku ke dalam ruang tahanan yang begitu gelap dan kotor.

Aku begitu marah dan kesal, dan aku mengatakan kepada polisi jika aku ingin bertemu dengan Elina.

Polisi mungkin merasa jika dakwaan ini terlalu lemah, jadi mereka bersedia membantuku menghubungi Elina.

Elina juga bersedia untuk bertemu denganku.

Dan tiba pada saat waktu bertemu dengannya, dia berdiri di balik jendela jeruji besi, dia mengenakan kaca mata hitam untuk menutupi matanya, karena itu aku tidak bisa melihat perubahan ekspresi di kedua matanya.

“Elina, aku benar benar tidak memiliki niat untuk melecehkanmu, semua yang aku katakan kepada polisi adalah kebenarannya, kamu pikirkan saja sendiri, siapa yang berjanjian denganmu untuk membicarakan bisnis.” Aku yang berada di dalam ruangan ini, mengatakannya dengan begitu tenang.

“Orang yang mengajakku untuk membicarakan bisnis itu bukankah komplotan mu?” Elina berkata dengan nada yang sangat dingin.

“Komplotanku?” Aku tersenyum dengan marah, “apa kamu tidak melihat kamera pengawas, apa kamu tidak melihat jika mereka lah yang membawamu ke dalam ruangan itu, apa kamu melihat mereka yang lari keluar ruangan karena ulahku, mereka itulah komplotan yang sebenarnya.”

“Aku tahu jika mereka itu melakukannya bersama sama, tetapi aku juga mencurigai jika kalian bertiga adalah satu komplotan.”

Perkataannya benar benar membuat aku marah, hingga tanganku terkepal dan menggebrak kaca di depanku.

“Apakah kamu buta, sejak kapan aku berkomplot dengan mereka, tiga tahun yang lalu demi menyelamatkanmu aku berkelahi dengan Gedion, karena itulah aku masuk ke dalam penjara, bagaimana mungkin aku bisa menjadi komplotan mereka?”

“Karena kalian memiliki tujuan yang sama, Gedion memiliki dendam terhadapku, dan kamu juga sama, jangan lupa jika kamu mengatakan hal ini dengan mulutmu sendiri.”

“Apa kamu gila, aku hanya mengatakannya sembarangan, kamu pikir aku benar benar ingin menidurimu, kamu pikir kamu itu siapa, apa aku akan mendapatkan emas melimpah jika aku menidurimu....”

“Roman.” Dia tiba tiba menghentikan perkataanku dengan dingin, “tiga tahun yang lalu aku benar benar tidak tahu mengenai masalah kamu yang berada di dalam penjara, pada awalnya aku ingin memberikan kompensasi kepadamu, tetapi ternyata kamu malah ingin memperlakukanku.... Hahah, katakan, apa bedanya kamu dengan mereka, kalian sama saja ingin melecehkanku!”

Setelah mengatakan itu dia melangkahkan kakinya berjalan keluar.

“Melecehkannya.” Kata kata itu benar benar terngiang ngiang memenuhi pikiranku, aku benar benar marah hingga meraih pagar besi di depanku: Elina apa kamu yakin jika aku ingin melecehkanmu, apa kemarin malam aku menidurimu dan melakukan sesuatu kepadamu, kamu benar benar tidak tau berterimakasih, dan sekarang kamu ingin membalas dendam atas bantuanku!”

“Pemerkosaan bisa membuatmu mendekam di dalam penjara untuk beberapa tahun lagi.”

Elina melangkahkan heels yang dia pakai, berjalan keluar tanpa memalingkan kepalanya sekalipun.

Aku seperti binatang buas yang sedang mengamuk, memaki perempuan itu berkali-kali, dan pada saat yang bersamaan aku juga memaki diriku sendiri, kenapa aku harus menyelamatkannya, lebih baik dia membiarkan kedua orang itu melecehkannya!

Kemudian hari hari selanjutnya aku jalani di dalam sel tahanan, aku berjongkok dan hanya menunggu di dalam ruangan ini, menunggu hasil akhir dengan penderitaan dan kekecewaan.

Setelah 10 hari, aku mendapatkan apa yang aku nantikan selama ini, polisi memanggilku, setelah memeriksa beberapa dakwaan, mereka memberiku sebuah dokumen untuk aku tandatangani.

Kemudian mereka mengatakan jika mereka sudah berhasil menangkap Gedion dan juga rekan rekannya, merekalah yang bersalah dalam hal ini, aku dibebaskan dari dakwaan yang menimpaku, tetapi saat ini aku masih tidak boleh pergi, aku diberi penghargaan karena keberanianku dan aku akan menerima hadiah uang tunai sebagai apresiasi tindakan beraniku ini.

Aku tidak menginginkan uang, aku langsung keluar menaiki taksi dan menuju ke perusahaan.

Aku akan mencari Elina untuk membayar semua ini!

Aku akan membuat perempuan itu mendapatkan balasan yang sesuai, tidak peduli cara apa yang akan aku gunakan!

Sangat disayangkan saat aku sampai di perusahaan Elina sudah pergi ke Thailand dengan membawa tim proyek.

Aku juga dipecat, alasannya adalah karena aku membolos kerja.

Aku langsung berlari menuju ke kantor imigrasi terdekat, mencari seseorang di dalam kantor imigrasi itu, memberikan uang tambahan sekitar hampir 2 juta kepadanya, memintanya membuatkan paspor untukku secepat mungkin.

Melakukan tindakan kekerasan dengan sengaja tidak mempengaruhiku untuk bisa pergi keluar negeri, aku bisa mengurus pasporku tanpa kendala, aku mengeluarkan uang lebih hanya untuk mendapatkan pasporku lebih cepat.

Setelah tiga hari kemudian aku berhasil mendapatkan paspor, aku menukar uang 10 juta dengan uang baht Thailand, aku membawa identitasku yang dulu saat aku menjadi asisten Elina, pergi menaiki pesawat terbang menuju ke Bangkok.

Pesawat mendarat pada malam hari, setelah mengurus keperluan yang dibutuhkan, aku menelepon empat hotel yang sudah aku tandai sebelumnya sebelum berangkat.

Selama waktu dua hari aku bekerja, aku meninjau rencana perjalanan tim proyek ke Thailand, dan aku mengetahui jika target perusahaan adalah perusahaan tekstil besar, dan tim proyek kali ini memiliki alternatif pilihan menginap di empat hotel ini.

Dengan mengandalkan kemampuan bahasa Thailand yang aku miliki, dan juga identitas yang aku bawa, aku bertanya mengenai di mana tim proyek menginap, aku menunjukkan paspor dan ijin kerja yang aku miliki kepada bagian receptionis hotel, dan juga aku menanyakan kamar di mana Elina menginap.

Malam hari sekitar pukul 10 aku mengetuk pintu kamar Elina.

“Who is it?” Elina bertanya menggunakan bahasa Inggris.

“Roman.” Aku menjawab dingin.

Di dalam ruangan seketika begitu hening.

“Aku memberimu waktu 1 menit, jika kamu tidak membuka pintu, maka aku akan mengungkapkan keributan yang sudah kamu lakukan, kejadian tiga tahun lalu, dan kejadian setengah bulan yang lalu, aku akan berteriak memarahimu di lantai bawah hotel ini, aku akan mengungkapkan semua ini kepada perusahaan tekstil yang akan bekerjasama denganmu, aku bisa menjamin 100% jika kamu tidak akan mendapatkan proyek ini.”

“Apa yang akan kamu lakukan?” Suaranya terdengar begitu dingin.

“Bicara.”

“Beberapa hari yang lalu aku menerima panggilan telepon dari polisi yang mengatakan jika bukan kamu yang melakukan kejahatan pada waktu itu, mereka juga mengatakan jika kamu dan Gedion bukanlah komplotan, aku sudah salah paham denganmu, aku minta maaf dan aku berterimakasih kepadamu.... tetapi sepertinya tidak perlu ada pembicaraan lagi di antara kita berdua.”

“Kamu masih memiliki waktu 30 detik.”

Di dalam ruangan kembali tidak terdengar pergerakan apapun.

Saat aku menghitung sampai tiga, pintu ruangan tiba tiba terbuka.

Aku mendorong pintu, masuk ke dalam, menguncinya, hingga mengaitkan rantai kecil yang menggantung di pintu.

“Apa yang ingin kamu bicarakan?”

Elina mengenakan baju tidur berwarna putih yang begitu tipis, lekuk tubuhnya tidak bisa dia sembunyikan dengan pakaian seperti itu, dia menutupi bagian depan tubuhnya dengan kedua tangannya.

Tetapi aura dingin yang dia tunjukkan tidak bisa menyembunyikan kegelisahan di kedua matanya.

Aku tidak mengatakan apapun, aku hanya maju melangkah ke depan dan mendekatkan diri ke tubuhnya, sambil membuka kancing bagian atas kemeja yang aku gunakan.

“Kamu... apa yang ingin kamu lakukan.” Dia mundur kebelakang dengan panik.

Aku melepaskan kemejaku dan melemparkannya ke lantai, mendorongnya hingga membentur tembok, dia menatapku dengan tatapan kesal dan marah.

Aku menahan kedua tangannya di atas kepalanya, menjatuhkan lututku di kedua sela sela kakinya, membuatnya tidak bisa memberontak dan melepaskan diri.

Tubuhnya langsung gemetar ketakutan, dia membuka mulutnya dan menatapku dengan penuh ketakutan.

Aku mendekatkan wajahku kepadanya, memandangi wajahnya yang begitu lembut dan cantik, kedua mata indahnya terlihat sangat ketakutan pada saat ini.

Kesombongan yang dia tunjukkan beberapa hari yang lalu tidak terlihat lagi, sekujur tubuhnya gemetaran, tapi wajahnya mulai memerah, napasnya mengalir dari mulutnya menerpa wajahku.

Napas itu membuat darah yang mengalir dalam tubuhku menjadi mendidih.

“Direktur, berbaliklah dan menghadap ke tembok, kemudian angkat pakaian yang kamu kenakan.”

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu