Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 426 Musim Dingin

Awalnya mengira suhu turun setelah hujan saja sudah sangat aneh, tidak disangka yang membuat aku dan Elina semakin terkejut adalah hal yang kami pikirkan terjadi.

Kami baru tidur tidak berapa lama, aku bermimpi buruk.

Sekeliling adalah hamparan salju putih, Pohon-pohon berubah menjadi patung es, sedangkan aku berjalan di atas salju, saat aku menghembuskan nafas, keluar hawa panas dari mulutku, disaat kemudian menjadi batu es.

Pagi hari aku dibangunkan oleh rasa dingin, dan ketika aku membuka mata, aku melihat tenda sederhana untuk menahan angin yang aku bangun dengan kayu dan pakaian membeku, sedangkan dari luar tertiup angin yang dingin, untungnya tempat kami tidak langsung terkena angin, makanya kami masih selamat.

“kenapa mendadak menjadi begitu dingin?”

Aku berjalan ke arah api unggun di samping, malah melihat api unggun sudah lama padam, arang yang disana sudah membeku, aku melihat ke bawah, untungnya ada api menyala tadi malam, api unggun di dalam gua terdalam, tanahnya sangat kering, dan ketika suhunya mendadak turun drastis, hanya tersisa bekuannya saja.

Aku berjalan ke atas gua, batu disamping hingga pohon kecil juga ditutupi salju putih, dan melihat kebawah, dan beberapa tebing di atas laut sudah menjadi kristal es.

Elina sudah bangun dari tadi, saat ini dia melihat keadaan yang begitu aneh juga sangat terkejut, dia bertanya padaku, “Roman, apa benar cuaca di pulau ini dengan tempat lain berbeda?”

Aku menganggukkan kepala, “mungkin dengan menjelaskan seperti ini baru bisa mengerti.”

Aku melihat sisa ikan yang di gantung di tebing, hemat-hemat makan sepertinya cukup untuk kami makan dua hari, dua hari ini tenaga yang dikeluarkan juga tidak sedikit, sekarang hanya sisa satu botol lebih, kalau botol terakhir kami masih belum menemukan sumber mata air jernih, mungkin kami akan mati karena kekurangan air.

Aku berkata, “Elina kamu tunggu di dalam gua, aku pergi mengambil banyak sedikit kayu kering.”

Melihat keadaan sekarang, kewaspadaan di hati ku berbunyi, tapi selain pergi memeriksa sendiri tidak ada cara lain, aku memberikan pisau kepada Elina, Elina seketika mengerti apa maksudku.

Aku mengambil sisa kayu yang paling runcing menjadi senjataku, dan mengumpulkan semua sisa kayu kering di dalam gua, dan meletakkan bersama dengan rak kayu untuk menghalangi angin, di depan aku membuat api unggun yang sangat besar, dengan begitu bisa menjamin panas di dalam gua tidak menghilang, dan juga memastikan tidak akan mengakibatkan kekurangan oksigen karena pembakaran yang begitu besar.

“kalau nanti kamu lapar, kamu makan ikan itu, aku juga sekalian memetik beberapa buah.”

Aku menepuk nepuk kepala Elina dengan pelan, Elina dengan manis tersenyum, “Roman, kamu hati-hati.”

Hatiku tergerak, saat itu Elina seperti pasangan suami istri yang baru menikah, dia yang terus tidak rela aku pergi membuatku tidak tahan untuk memeluknya, dengan kuat mendekapnya di lantai.

Aku keluar dari gua, baru dengan jelas melihat keadaan sekeliling, disambut oleh angin dingin yang bertiup, membuatku gemetar,

“diluar tidak boleh terlalu lama.”

Aku menutup baju yang aku kenakan dengan erat, lalu melihat sekeliling, karena kemarin sudah mencari sekeliling, oleh karena itu aku sedikit mengenal sekitar, dengan cepat aku mencari kayu kering, bahkan ada sedikit jerami.

Aku tidak sempat berpikir kenapa jerami masih bisa tetap ada di saat cuaca sedingin ini, aku langsung mengambil semua jerami, kayu bakar di pandanganku semuanya di bawa masuk ke dalam gua.

Elina melihat aku membawa pulang begitu banyak kayu juga terkejut, “Roman, untuk apa kamu membawa pulang begitu banyak kayu kering?”

Aku tersenyum berkata, bawa kayu kering yang besar kemari, hati-hati dengan gesekan kayu nya, lalu letakkan di dalam, terlihat sama seperti kasur di rumah di desaku.

Itu semua beberapa potong kayu lalu diikat bersama, diatasnya diletakkan jerami, tikar, atau kapas, dengan begitu baru bisa tidur.

Dan aku ikut beberapa langkahnya, dengan cepat kasur yang simpel selesai dibuat, aku tertawa, “dengan begini tidak dingin lagi, sedangkan kita disini punya banyak kayu kering, tidak usah khawatir tidak memiliki kayu bakar untuk beberapa hari kedepan.

Elina lebih gembira, di berkata dengan sangat bangga, “tidak menyangka roman kamu masih ada keahlian seperti ini.”

Aku melihat kedalam gua, dan mencari beberapa batu, dan mengeliling kasur, dengan begitu rak kayu tidak akan bergelinding, bisa dibilang sebagai braket tempat tidur.

Setelah gua selesai dibereskan, aku melihat kasur dan lemari penghalang angin diam-diam merasa gembira, tidak menyangka aku masih memiliki kemampuan seperi ini, yang lebih penting, posisi gua ini sangat baik, selain bisa melalu pantai, atau dari jalan atas kami, jika tidak tidak mungkin semuda itu menemukan kami.

Tentu saja, sekarang masalah yang menghadapi kami adalah, masalah makanan.

Semua orang tahu, kedatangan angin dingin menandakan musim dingin datang, sedangkan musim dingin sebagian besar binatang memasuki masa herbinasi, sampai waktunya baru berpikir berburu, atau mencari sumber air, tidak diragukan lagi ini jauh lebih sulit.

Oleh karena itu aku dengan yakin keluar dari goa, lalu pergi mencari apakah ada yang bisa ditemukan, lagian sekarang Elina berada disini aku lebih tenang.

Lagian jika manusia, tidak mungkin bisa menemukan tempat kami, karena atas gua sebuah tebing kosong yang besar, dalam cuaca dingin ini, tidak ada orang bodoh yang mau berjalan kesini untuk mati beku.

Tidak usah dikatakan lagi jika hewan, hewan tentu lebih pintar dibandingkan manusia.

Mungkin karena sistem mandiri ekosistem pulau ini, dengan cepat aku menemukan kelapa buah dan makanan lainnya, tapi hanya ini saja tidak akan membuat kami bisa melewati musim dingin, aku menggigit gigi keluar.

Sekarang dengan cuaca seperti ini pergi ke pantai sama saja mencari mati, untuk sekarang tidak usah bahas ular anaconda yang membuat orang ketakutan, bahkan suhu di pantai membuat ku tidak bisa kembali.

Oleh karena itu aku berganti jalan menuju hutan, lalu mungkin karena penyebab cuaca, kelinci liar dan ayam liar yang biasa bermunculan, sekarang batang hidung nya saja tidak tampak, aku sangat jarang masuk ke dalam hutan di depanku, sekarang aku sangat ragu apakah harus masuk kedalam.

Di depan aku sering menemukan jejak hewan buas, misalnya jejak kaki macan atau macan tutul, inilah salah satu alasan kenapa kami tidak berani masuk kedalam, tapi karena masalah sekarang wilayah sekitar tidak ada hewan kecil, jika tidak masuk, kami cepat atau lambat akan mati kelaparan.

Aku berpikir kembali, saat ini aku terpaksa memperluas ruang lingkup, begitu juga dengan para pemangsa ini, sama seperti ku, makanya bagiku masuk atau tidak ke dalam hutan akibatnya juga tidak terlalu besar.

Berpikir seperti ini, pikiranku malah menjadi tenang, aku menarik nafas panjang-panjang, tangan kanan ku menggenggam kayu runcing, pelan-pelan memasuki hutan.

Yang membuat aku kaget adalah, tiak berapa lama di pandanganku muncul hewan buruan pertama---Babi hutan.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu