Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 39 Ancaman

"Kak Roman...."

"Jangan basa-basi, dengarlah kataku."

Adham Luo terlihat sedikit patah semangat: "Baiklah, tapi kamu jangan terburu-buru mentransfer uang kepadaku, biarlah aku menanyakan harga terlebih dahulu. Jika harga tidak terlalu tinggi, bisa menggabung denganku. Oh iya, dari mana kak Roman mendapat 60 juta?"

"Mantan kekasihku memberi uang untuk putus."

"Sialan, mantap sekali? Kenalin ke aku biar diriku mendapat 60 juta juga."

"Pergi."

"Hehe, kalau begitu aku akan kerja terlebih dahulu. Teleponku jika kak Roman mengingat sesuatu, ingat harus teleponku."

"Sudah, pergilah."

Memutuskan sambungan telepon dengan Adham, aku pergi membasuhkan diri, lalu menyala sebatang rokok dan memikir bagaimana mencari masalah dengan Mark.

Bahkan belum selesai menghisap rokok hingga tandas, mendadak aku terpikir Wendy. Lalu diriku mencari nomor telepon Wendy dan menelponnya.

Beberapa saat kemudian akhirnya sambungan telepon tersambung, dan terdengar suara Wendy: "Ada apa, Roman?"

"Ehm.... tidak apa-apa, hanya ingin bertanya apakah kamu sudah bangun?"

Wendy terdiam sejenak lalu ia bertanya: "Apakah kamu takut diriku terjebak dalam masalah, oleh karena itu menelpon untuk menanya kabarku. Atau kamu ingin mengobrol denganku, dan sengaja menggodaku?"

Aku sedikit canggung: "Apakah kamu boleh tidak mengatakan secara langsung? Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja."

"Terima kasih, tapi alangkah baiknya jangan mengajakku ngobrol, karena tadi aku sudah tertidur, aku sangat ngantuk."

"Kalau begitu, tidurlah."

"Iya, kalau begitu aku mematikan sambungan telepon ya."

"Selamat malam."

Setelah mematikan sambungan telepon, aku menggelengkan kepalaku sembari terkekeh pelan, ia selalu saja menanyakan hal-hal membuat orang lain ingin tertawa.

Di saat aku ingin mematikan lampu dan tidur, ada suara ketukan pintu dari luar kamarku.

Aku mengerutkan dahiku, lalu aku mengambil pena berbasir air di meja dan menggenggamnya. Setelah itu aku membuka kunci pintu, tapi tidak membuka gembok anti-maling.

Aku melepas pena yang kugenggam saat melihat orang yang tengah berdiri di luar. Orang yang tengah berdiri di luar ternyata Elina, bukan bawahan Bruce.

"Ini adalah 20 juta yang kamu inginkan."

Elina dengan ekspresi datar berkata denganku sembari memberiku sebuah amplop yang tebal.

Aku membuka gembok anti-maling lalu membuka pintu, mengambil amplop tersebut, dan isinya adalah uang.

"Oh iya, apakah aku boleh meminjam 60 juta? Aku ada kebutuhan."

Elina mengerutkan dahinya: "Bahkan belum menandatangi proyek secara resmi, aku memberimu dua-puluh juta sudah...."

"Ya sudah jika tidak boleh." aku menerima amplop tersebut hendak menutupi pintu.

"Besok akan kuberikan kepadamu." mendadak Elina berkata lagi.

"Terima kasih, kamu bisa menguranginya setelah itu, jika proyek tersebut terjadi sesuatu, anggap saja aku meminjam dan akan membaliknya kepadamu." aku mengambil amplop tersebut dan ingin menutupi pintu dan pergi tidur.

"Tunggu."

Aku menghentikan aktivitasku dan menatapinya tanpa ekspresi, ingin melihat apa yang ingin ia katakan.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" nada bicaranya tetap terdengar dingin.

"Kamu juga tidak akan percaya, tidak ada gunanya aku memberitahu kepadamu." aku malas menjelaskan kepadanya dan hendak menutupi pintu.

Elina maju selangkah, ia menggunakan tangan untuk menahan pintu kamar lalu berkata: "Aku ingin tahu kenyataan hal tersebut, jika kamu mengatakan semua ini dari perintah Mark, kamu pasti mempunyai bukti. Iya, bukan?"

Aku membukakan pintu dan menatap ia sejenak lalu bertanya: "Apakah kamu sudah tidur dengan Mark?"

"Kamu...." seketika mimik wajah Elina berubah.

"Sudah atau belum?"

"Mengapa diriku harus menjawab pertanyaan tersebut?"

"Lupakan." aku menarik pintu dan hendak menutupinya.

Elina dengan sekuat tenaga menahan pintu, dengan mimik wajah yang terlihat marah ia berkata: "Aku dan Mark hanya teman, teman biasa."

"Aku bertanya apakah kamu sudah tidur dengan Mark?"

Elina menggertakan giginya: "Tidak."

Aku menatapnya dengan serius, memastikan ia tidak bohong lalu berkata: "Mark ingin berkencan denganmu, dan ia juga tahu kamu sulit diajak berkencan. Tapi ia menganggap aku adalah ancaman yang besar baginya, karena aku memiliki hubungan yang special denganmu. Aku bisa dengan mudah menarik perhatianmu, bisa dengan mudah membuat suasana hatimu berubah, bahkan membuat kamu penasaran denganku."

"Ia merasa kamu akan jatuh cinta denganku, oleh karena itu ia ingin mengusirku. Pertama ia menggunakan uang, tapi ia marah karena aku menolaknya, lalu ia mencari orang untuk mematahkan kakiku, dan ingin memberiku sebuah pelajaran supaya aku takut."

"Aku tidak mempunyai bukti yang kamu inginkan karena Bruce tidak pernah menemui Mark, dan ini adalah kelakuan Aberko. Tapi Bruce adalah orang kaya, jadi aku bisa sangat meyakinkan adalah Mark, seratus persen adalah Mark."

Elina mengkerutkan dahinya saat mendengar kata-kataku, lalu ia dengan angkuh mengangkat rahangnya: "Tidak masuk akal, bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta denganmu."

"Sekarang kamu boleh memilih untuk tidak percaya, tapi tidak membutuh waktu yang lama, kamu akan jatuh cinta denganku tanpa sadar."

"Hee." ia terkekeh dan menatapku dengan tatapan sinis.

Aku menaikan bahuku lalu berkata: "Aku sudah selesai mengatakan apa yang ingin kukatakan, hanya begitu saja bukti yang kamu inginkan. Percaya atau tidak percaya itu adalah hak kamu, aku ingin tidur, selamat malam."

Setelah selesai berujar, aku menutupkan pintu kamar dengan kasar.

Aku hanya memanfaatkan hal tersebut dan melawan Mark, oleh karena itu aku berbicara banyak dengan Elina. Cara yang terbaik supaya Elina tahu ia adalah orang yang licik yaitu, tidak peduli dengannya, bahkan membencinya, oleh karena itu ia pasti akan marah.

Tapi ia adalah orang yang suka membanggakan dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia menyukaiku yang mempermalukan bangsa?

Tidak ada gunanya memanfaatinya.

Hari kedua aku bangun pagi, membelu sarapan dan menuju ke hotel menemui Wendy.

Aku mengetuk pintu saat tiba di kamar hotel Wendy, Wendy membuka pintu dan ia hanya memakai setelan baju piyama dengan kedua netranya yang masih terlihat ngantuk. Ia menggaruk kepalanya lalu berkata: "Mengapa kamu datang sangat pagi? Aku bahkan masih sangat ngantuk."

"Kalau begitu, apakah kamu ingin tidur lagi?"

"Tentunya aku ingin." Wendy berkata sembari menuju ke dalam ruangan.

Ia tidak menutupkan pintu, aku terdiam sejenak dan akhirnya memutuskan untuk masuk.

Wendy langsung tergeletak di kasur saat ia tiba di kamar, ia seperti seekor kucing masuk ke dalam selimut, lalu berkata dengan nada tidak jelas: "Biarlah aku tidur sebentar."

Aku pergi untuk melihatnya, dan ternyata ia benar-benar terlelap.

Aku merasa sedikit tak berdaya, lalu aku menaruh sarapan, sedangkan diriku duduk di kursi dan menatapnya.

Wajahnya tidak secantik Elina, tapi ia tidak kalah cantik dan terlihat sangat natural.

Jika Elina adalah sebuah berlian yang bersinar, pasti Wendy adalah sebuah gambaran air yang mengalir di sebuah jembatan kecil.

Elina bisa membuatku marah, sedangkan ia bisa membuatku menjadi tenang.

Aku duduk dengan tenang cukup lama.

Hingga ia meregangkan tubuhnya, dan secara perlahan membuka kedua netranya. Ia seperti kelinci yang terkejut lalu melompat saat melihat diriku.

"Ah, kamu mengagetiku. Menagapa kamu berada di sini, Roman? Kamu.... kamu tidak melakukan apapun terhadapku, kan?"

Aku melongo, lalu aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum kecut: "Kak, kamu yang membuka pintu dan mempersilahkan aku untuk masuk, lalu dirimu yang mengumpet di kasur untuk tidur."

Wendy terlihat tengah bingung, lalu ia seperti teringat: "Oh, aku ingat. Kamu.... ah, apakah kamu duduk di sini dan menungguku?"

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu