Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 156 Membuat Masalah

Di saat seperti ini, akhirnya dari arah pintu tangga terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru.

Naiklah beberapa orang, kepalanya kebetulan adalah Bruce, di belakangnya diikuti sekitar dua tiga puluh orang.

“Roman, kamu tidak apa-apa?” langkah Bruce terburu-buru lari ke hadapanku dan bertanya.

Aku menggelengkan kepala : “tidak apa, kamu kenal kah?

“tentu saja kenal.”

Bruce berbicara, lalu memutar badan menghadap Sungky.

“hahaha, aku kira kamu ada backing-an apa, ternyata orangnya Bruce.” Sungky mulai tertawa terbahak-bahak lagi.

Terlihat jelas, dia sama sekali tidak memandang Bruce di matanya.

Bruce tidak bersuara, hanya menundukkan kepala melihat orang asing yang tergeletak diatas lantai meringkih kesakitan, lalu menolehkan kepalanya kembali melihat beberapa teman-teman di belakangku.

“Roman, kalian bagaimana bisa ada di wilayah Sungky?” orang asing ini juga kenapa?”

“aku juga tidak tahu bagaimana teman-temanku bisa sampai ke sini, untuk orang asing ini, dia yang menyebabkan masalahnya.”

Aku menunjuk Wenny yang dibelakang, melanjutkan bicaraku : “orang asing itu di hadapanku, datang mengganggu temanku itu, lalu... lalu terjadi perselisihan, setelah itu Tuan Sungky ini datang, meminta temanku menemani dia minum, lalu menyuruhku ke tempat tinju bawah tanah miliknya untuk bertarung, kalau menang dia akan melepaskan kami pergi.”

“orang asing sialan ini, harus bereskan mereka dengan benar.”

Bruce berbicara, tiba-tiba membungkukan badan menangkap tangan lain orang asing itu yang belum retak, dengan kejam menginjak bahu dari tangan itu.

Hanya terdengar bunyi “krak” sekali lagi, langsung disusul oleh jeritan orang asing itu.

Lengannya yang lain, juga dibuat retak oleh Bruce.

Baru saja terdengar jeritan orang asing, sepuluh lebih orang anak buah Sungky mulai bergerak, setau per satu marah dengan heboh ingin mengepung kemari.

Tapi, dua puluh orang lebih yang dibawa Bruce juga mengepung ke arah sana, kedua belah pihak dalam keadaan yang jika sekali disentuh akan meledak, suasananya sangat menegangkan, kelihatannya seprerti mau berkelahi.

Sungky mengangkat tangannya, mengisyaratkan orangnya untuk sementara diam, lalu dari sudut bibirnya mengeluarkan senyuman yang dingin.

“Bruce, siapa yang memberikanmu keberanian, berani sekali mengacaukan wilayahku?”

Bruce juga tersenyum dingin : “Sungky, aku sarankan kamu cepat minta maaf ke Tuan Roman, dan membiarkan mereka pergi, kalau tidak.....”

“kalau tidak apakah kamu mau memulai perang denganku?” raut wajah Sungky tiba-tiba berubah menjadi jahat.

Bruce melemaskan bahunya : “aku sedikitpun tidak peduli memulai perang.”

“hahaha! Hanya berapa puluh kucing anjing kecilmu, juga ingin bertaruh denganku? Baik, aku bantu kamu mengabulkannya.”

Selesai bicara, Sungky memutar kepala ke arah orang dibelakang bilang : “telepon panggil orang, suruh kunci pintu depan dan pintu belakang dengan baik, malam ini tidak seorangpun dari mereka boleh pergi.”

Bawahannya menjawabnya, salah satunya mengeluarkan walkey-talkey menyuruh orang menutup pintu, yang lainnya mengambil handphone untuk menelepon.

“semuanya silahkan lanjutkan, bersenang-senanglah, sebentar lagi akan ada tontonan bagus.” Sungky memutar badan berteriak dengan nada tinggi menghadap tamu di sekitar yang menonton keramaian.

Sekumpulan orang di sekitar sesaat berteriak bersemangat, lalu orang-orang itu kembali minum bir diikuti suara lagu yang mulai melonjak tinggi.

Sungky tersadar, dengan dingin melirik Bruce, lalu tatapannya beralih kepadaku.

“jaga mereka baik-baik, siapa yang berani mengambil handphone untuk lapor polisi, beri dia sebuah peluru.”

Sudut mulut Sungky tersenyum dingin, selesai bicara lalu pelan-pelan berjalan mundur, duduk di meja tinggi sebelah yang tidak jauh letaknya, mengambil sebotol bir diatas meja, membukanya, dan meminumnya sendiri.

Bawahannya juga mendekat duduk, di dekat kursi dek ada beberapa yang mengeluarkan pistol, meletakannya diatas meja, dan menatap kami dengan dingin.

Ada beberapa membopong orang asing Eve yang tergeletak di lantai, ingin membawanya ke rumah sakit, namun ditolak oleh orang asing itu, dia bilang ingin melihat aku mampus dengan matanya sendiri.

Orangnya Bruce duduk disekitar atas kursi dek, ada beberapa juga yang mengeluarkan pistol dan meletakannya di meja, dan tanpa sungkan sedikitpun melambaikan tangan ke pelayan memesan bir, seperti tidak peduli dengan badai hujan yang akan menerpa.

Tamu bar ini sebetulnya tidak terlalu banyak, namun begitu orang Sungky dan Bruce duduk, seperti tempat duduknya penuh, juga terlihat lebih ramai.

Bruce mendekat ke telingaku, berkata : “Roman, tunggu sebentar lagi, aku sudah menghubungi orangnya Tuan Suchart, mereka sedang dalam pelajaran kemari.”

Aku mengerutkan alis : “kenapa tidak langsung menyebut nama Suchart.”

“aku dulu pernah berurusan dengan si sombong ini, ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membuatnya merasakan sedikit kepahitan, apakah boleh? Kalau tidak boleh, aku akan pergi beritahu dia, kamu adalah partner kerjasama Tuan Suchart, dia pasti tidak akan berani menyulitkan kamu lagi.”

Aku agak kehilangan kata-kata, tetapi terpikir kembali lagak sombong itu tadi, memikirkan tatapan matanya kepadaku, merobek bajuku, aku langsung merasa jengkel.

Membuatnya merasakan sedikit kepahitan itu harus.

Berpikir sampai sini, aku menepuk-nepuk lengan Bruce : “boleh, kalau begitu biarkan orang Suchart yang datang untung membereskan mereka, duduk saja dan minum bir.”

“kamu pergi temani temanmu saja, aku cukup duduk disini saja.”

“ayo duduk bersama.”

“jangan, teman-temanmu kelihatannya adalah orang baik-baik, orang sepertiku ini, tidak duduk dengan mereka lah.”

Bruce pergi tanpa bertanya ke sebelah meja yang letaknya tidak jauh, duduk bersama dengan bawahannya.

Aku tidak memaksanya, memutar badan melihat Harry huang dan tiga teman lainnya masih berdiri di luar kedai, sambil bilang : “duduk lah dan minum segelas bir, sebentar lagi sudah tidak apa-apa.”

“duduk denganmu! Sial, kamu sudah mencelakai kita!” Harry Huang berteriak kepadaku dengan wajah yang putih pucat.

Aku menahan amarah, menatapnya selama beberapa detik, menggelengkan kepala lagi, lalu malas untuk meladeninya lagi, aku berjalan masuk ke dalam kursi dek, duduk di sebelah Wenny.

“kamu tidak apa-apa?” Wenny cemas menatap dadaku.

“tidak apa-apa.”

“Roman, apakah kita masih bisa meninggalkan tempat ini?” Leni yang disamping tiba-tiba bertanya.

“tenang saja, aku punya beberapa teman yang mengenal si Sungky ini, mereka sedang dalam perjalanan kemari, tunggu mereka tiba, kita sudah bisa pergi. Oh ya, jangan sentuh handphone dulu, menghindari mereka supaya tidak mendorong mereka melakukan tindakan yang berbahaya pada kita.

“tenang saja, aku sudah bilang, tidak akan membiarkan siapapun melukaimu.”

Aku melengkapi kata-kata pada Wenny, lalu menuangkan segelas bir lagi untuk diri sendiri.

Tatapan mata Wenny terus terhenti di dadaku.

Aku agak tak berdaya : “kancingku ditarik copot olehnya.”

“luka-luka itu, bagaimana datangya?” Wenny bertanya.

“saat masuk penjara beberapa tahun itu.” Aku tersenyum dengan tenang.

“apakah sakit?”

“saat baru terluka tentu saja sakit.”

Aku menoleh melihatnya, merasa pertanyaannya agak sedikit bodoh.

Lalu, aku tertegun.

Karena Wenny yang aku lihat di dalam mataku, seperti ada sesuatu yang aneh namun familiar.

Anehnya karena tidak tahu tatapan mata itu mengandung makna apa.

Familiarnya karena aku perna melihat tatapan mata seperti ini, itu beberapa tahun lalu, aku masih kerja pagi malam demi mencari uang, setiap kali aku pulang menyeret tubuh yang lelah pulang ke rumah, saat berbaring dan istirahat diatas sofa, Keisya sesekali akan menatapku dengan tatapan mata ini.

Saat itu, aku tidak mengerti tatapan Keisya.

Saat ini, aku juga tidak mengerti tatapan Wenny.

Aku tidak tau di dalam matanya, sebenarnya menyimpan berapa banyak makna, apa juga arti spesifiknya.

Mungkin, yang dikatakan Deni Tong benar.

Dia benar-benar tepat melihat orang.

Mungkin karena jarak tatapan mata kami terlalu dekat, mungkin juga tatapan mata kami agak bermasalah, Leni dan bayu, juga Cindy Liu terpaku melihatku dan Wenny.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu