Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 188 Tidak Bisa Ditoleransi

“Tidak apa-apa.”

Ada arus hangat di hatiku, dan perasaan bahagia yang belum pernah terjadi sebelumnya, aku tidak bisa menahan diri untuk memeluknya dan menepuk punggungnya.

“Baguslah kalau tidak apa-apa, bagaimana dengan orang-orang itu? Apakah sudah pergi? Ada suara yang sangat keras tadi, apakah itu suara tembakan? Dan siapa yang berteriak...”

Berbicara sampai sini, suara Elina tiba-tiba berhenti, tangannya berada di pinggangku, dan di pinggangku ada pistol.

“Ini… Apa ini?”

“Pistol.” Aku tersenyum padanya seolah-olah tidak ada yang terjadi: “Aku mengambil punya mereka, barusan orang itu melepaskan tembakan, tapi dia tidak memukulku, dan tadi itu suara teriakan mereka, aku melukai dua orang dari mereka, dan mengikat mereka berdua.”

Elina menyentuhnya lagi, setelah meyakini bahwa itu adalah pistol, dia menggelengkan kepalanya: “Roman, ini terlalu berbahaya, jika dia memukulmu… aku bahkan tidak bisa membayangkan konsekuensinya.”

Tanpa sadar aku memeluknya dengan erat: “Jangan khawatir, aku sudah memikirkan semua itu dan baru memukulnya, dia tidak bisa memukulku.”

“Walaupun kamu tidak takut, untuk berjaga-jaga, kedepannya kamu jangan lakukan hal seperti ini lagi…. Apakah orang-orang itu dikirim orang Mark?”

“Sebenarnya, mereka dikirim oleh Clay, kamu seharusnya kenal dengan kakanya Mark, dia memberi orang lain puluhan juta baht hanya untuk mematahkan kaki dan tanganku.”

“Kenapa dia bisa begini? Keterlaluan, tidak bisa, aku akan meneleponnya sekarang, aku tidak tahan dengannya.”

Sambil berkata, Elina mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari nomornya.

Aku tidak menghentikannya, memang seharunya keluarga Gong membayar ini semua, mereka tidak menduga kalau ada Elina, mereka tidak takut bisa menyakitinya.

Ketika berita itu tersebar di dalam negara dan saaat terdengar oleh orang-orang keluarga Bai, dapat dibayangkan betapa marahnya mereka.

Tiba-tiba aku menyadari bahwa orang-orang di keluarga Bai juga akan mengalihkan kemarahan mereka kepadaku, karena akulah yang mengajak Elina ke pulau Phuket dan membawanya mengendarai sepeda motor yang membuatnya dalam bahaya.

Dan ini semua karena aku.

Dapat diprediksi bahwa keluarga Elina pasti akan lebih menentang dia jika bersamaku, dengan cara apa pun, atau bahkan menggunakan cara lain.

Dengan kata lain, masa depannya dan aku akan semakin sulit, akan akan menghadapi semakin banyak perlawanan.

Memikirkan hal ini, perasaan di hatiku berubah menjadi murung.

Masalah ini tidak bisa menyalahkan keluarga Elina, jika itu aku, jika aku memiliki adik atau kakka perempuan, dan dia seperti Elina bersama dengan seorang pria yang sering dalam bahaya, yang juga dapat menempatkannya dalam bahaya, aku juga akan berusaha menentangnya.

Meskipun kali ini kebetulan, Elina juga datang ke pulau Phuket, dan dia tidak ingin tidur siang, dan ingin naik sepeda motor, yang membawanya masuk ke dalam bahaya seperti ini.

Tetapi ketika dia bersama aku, dia juga sudah dalam bahaya, dan masih akan ada bahaya lain kedepannya.

Aku tidak ingin melihat sesuatu terjadi padanya, dan aku tidak ingin tenggelam dalam penyesalan yang mendalam dan celaan diri.

Mungkin awalnya aku seharusnya tidak mengaku padanya, apalagi menciumnya.

Sekarang, masih ada kesempatan untuk menyelamatkan masalah ini.

Pada saat ini, ada suara teriakan orang asing di lereng bukit, menggunakan bahasa Thailand, aku bertanya apakah ada orang di bawah gunung, seharusnya polisi sudah datang.

Aku meresponsnya beberapa kali dan menarik tangan Elina dan berjalan dengan perlahan-lahan.

Tidak lama kemudian, empat sosok orang berseragam muncul dari dalam hutan, perlahan-lahan mendekati kami.

Aku meletakkan tanganku di pistol yang ada di pinggangku dan berteriak: “Siapa kalian?”

“Jangan bergerak, kami adalah polisi, jongkok dan keluarkan senjatamu.”

Ketika beberapa polisi itu melihat tindakan aku, mereka mengeluarkan senjata dan membidikku.

Saat melihat moncong pistol itu, wajah Elina tiba-tiba memucat karena ketakutan.

“Tolong tunjukkan identitasmu, atau aku tidak akan percaya pada kalian.” Aku tidak bergerak, tetapi aku menatap keempat lelaki berseragam itu dengan seirus dan bertanya kepada mereka.

Salah satu dari mereka mengeluarkan sertifikat dan mengangkatnya di depanku, pada saat yang sama, tiga orang lainnya perlahan mendekati aku dengan melingkari aku.

Sepuluh meter jauhnya, aku mencoba untuk menyipitkan mata dan tidak dapat melihat apa yang tertulis pada sertifikat, tetapi melihat penampilan mereka seperti polisi, aku tahu itu polisi pulau Phuket.

Seketika aku merasa lega: “Kami adalah turis, jangan ditembak, aku akan melemparkan senjataku ke tanah sekarang.”

Sambil beteriak, aku mengeluarkan pistolnya perlahan-lahan.

Seketika keempat polisi yang ada di depanku bertambah gugup, dan pada saat yang sama senjata mereka diarahkan kepadaku.

Aku meletakkan moncong pistol ke bawah untuk menghindari kesalahpahaman dan melemparkannya beberapa meter jauhnya dariku.

“Segera jongkok, angkat kedua tangan di atas kepala, dan jangan bergerak.” Melihat pistol itu membuat polisi bertambah gugup.

Aku meletakkan tanganku di atas kepalaku, perlahan berjongkok, dan berkata kepada Elina: “Jongkok dulu saja, polisi di sini tidak berani melakukan apa pun kepadamu. Mereka hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi, dan kemudian semuanya akan baik-baik saja.”

Elina menjawab “Baiklah” dan kemudian perlahan berjongkok seperti aku.

Aku menundukkan kepala dan berteriak: “Kami adalah turis, kami hanya ingin jalan-jalan di pulau Phuket, aku baru saja diserang oleh beberapa orang, dan kemudian aku berlari ke sini, aku sudah menangkap dua orang yang menyerang kami, pistol ini berasal dari mereka, jika tidak percaya kamu bisa bertanya kepada mereka.”

Sambil berkata, aku menunjuk Yadi dan temannya yang masih terbaring di tanah yang tidak jauh dariku, orang pertama yang aku hajar sudah sadar, keduanya masih terbaring tak berdaya di tanah.

Seorang polisi berjalan menghampiri Yadi, bertanya dengan suara rendah dan mengeluarkan barang-barang dari saku mereka.

“Bukti apa yang kamu miliki bahwa kamu adalah turis? Paspor? Tolong tunjukkan identitasmu.” Tiga petugas lainnya masih mengarahkan pistolnya kepadaku.

Aku menggelengkan kepala: “Paspornya ada di hotel, aku bisa kembali untuk mengambilnya dan menunjukannya kepadamu.”

“Mohon maaf, untuk sementara kami tidak dapat mengkonfirmasi identitasmu, kami harus membawa kamu kembali ke kantor polisi terlebih dahulu. Dan mereka berdua, tolong kamu memahami dan bekerja sama atas pekerjaan kami.”

“Aku akan memahami dan akan bekerja sama dengan kalian.”

“Baiklah, sekarang, tolong kamu jelaskan apa yang sudah terjadi.”

“Apakah kami boleh berdiri?”

Ketika aku melihat polisi datang kehadapanku dan mengarahkan pistolnya, aku bertanya.

Polisi itu tidak menjawabku, dan meraba seluruh tubuhku dan tidak menemukan senjata apa pun lagi.

“Boleh, silahkan bangun dan jelaskan apa yang terjadi.”

Aku memberi tahu polisi secara rinci tentang identitas dan maslaah yang terjadi kepadaku, sejak aku datang ke Phuket untuk bertemu teman-teman sekelasku, dan saat sedang jalan-jalan keluar dengan mengendarai sepeda motor dengan Elina hari hujan, dan kami berteduh, lalu merasa bahwa mereka sedang mendekati sepeda motor kami, dan kemudian bersembunyi ke dalam hutan yang dekat dengan laut.

Kemudian bagaimana cara menghajar mereka dan mengambil pistolnya, aku mengatakannya secara detail, dan menunjukkan semua posisinya.

Meskipun aku menunjukkan bahwa mereka datang dibayar oleh Clay, aku tidak menyebutkan nama Timothy.

Karena Timothy adalah adiknya Jack, anggota keluarga yang sama, aku tidak ingin membuat polisi akan selalu mengawasi keluarga Du hanya karena kejadian ini.

Adapun saat polisi menginterogasi, bukan urusan aku apakah Yadi akan memberinya pengakuan atau tidak, setidaknya aku tidak mengarahkan petunjuk itu pada keluarga Du.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu