Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 168 Liburan

Elina memang seperti yang dikatakannya, memiliki banyak kelebihan, tetapi juga memiliki kelemahan, seperti keras kepala, dan sombong.

Tapi setelah mengenal dia dalam waktu yang lama, aku menyadari kelemahannya perlahan-lahan mulai lenyap, dan kelebihannya......meningkat secara bertahap, dan semakin terlihat dengan jelas.

Tidak tahu apakah ini yang dinamakan dirinya selalu terlihat indah di mataku, dan tidak tahu apakah mataku dibutakan oleh perasaan cinta ini.

Aku hanya tahu, dengan kelebihannya yang semakin meningkat, itu adalah salah satu alasanku untuk tidak berani menembus lapisan hubungan itu.

Sebaliknya, semakin baiknya dia, kepolosan dan kebaikan hatinya semakin terlihat, dan aku jadi tidak berani berbuat seperti itu, mungkin karena aku takut akan menodainya.

Sebelumnnya aku memiliki niat untuk menghempaskan dia di atas tempat tidur, merobek pakaiannya, dan mempermalukannya dengan kejam.

Tapi sekarang, aku bahkan tidak mempunyai pemikiran seperti itu sama sekali, bahkan untuk melihat sekali pun.

Bahkan ketika melihat senyumannya yang secerah bunga musim panas di Festival Songkran, gadis yang bahagia seperti seekor kupu-kupu yang sedang terbang indah, pada saat itu aku juga tidak berani menembus lapisan hubungan yang tipis itu.

Ketika memikirkan hal itu, tiba-tiba aku sedikit terkejut, tidak tahu mulai sejak kapan, diriku berubah menjadi begitu bimbang.

“Roman, kamu kenapa?”

Ketika sedang bengong, Wenny kembali bertanya dengan hati-hati.

Aku tersadar, dan tersenyum : “Tidak, tidak ada apa-apa, hanya bengong sejenak saja.”

“Maaf, seharusnya aku tidak bertanya kepadamu dengan pertanyaan yang begitu canggung, aku tahu akan sulit untuk menjawabnya.”

“Tidak apa-apa, ayo sarapan, Bayu dan Leni mungkin sudah bersiap-siap untuk turun.”

“Mungkin sebentar lagi.” Wenny melirik sejenak jam tangannya yang kelihatan berharga di pergelangan tangannya.

Baru saja selesai membicarakannya, sekelompok orang keluar dari lift yang tak jauh dari sini, itu adalah Bayu dan Leni serta yang lainnya.

Wenny melambaikan tangan kepada mereka.

“Ingin sarapan apa? Di sini ada makanan khas barat, atau ingin makan di luar? Berjalan beberapa menit dari sini ada beberapa restoran, ada bihun, mie, bubur dan lain-lain.” Aku bertanya ketika mereka mendekat.

“Makan di sini saja, bagaimana dengan kalian?” sambil mengatakan itu, Bayu berjalan sendiri ke arah stan di depan untuk mengambil makanan.

“Em, ini sudah siang, makan di sini saja, dan setelah selesai makan kita langsung berangkat ke Chiang Rai.”

“Pergi ke tiga kuil itu saja, jangan pergi ke Chiang Rai.” Aku meyambung pembicaraan mereka.

“Kenapa?”

Wenny dan Leni serta yang lainnya terdiam sesaat, karena jadwal perjalanan yang sudah direncanakan adalah pergi bermain di Wat Rong Khun dan Baandam Museum terlebih dahulu, kemudian saat menjelang malam hari pergi ke Kota Chiang Rai untuk makan, dan pulang ke Chiang Mai pada malam itu juga.

Tetapi kemarin malam setelah Jack memberitahuku untuk tidak pergi ke Chiang Rai, aku memutuskan untuk mengubah rencana perjalanan, tapi aku tidak tahu harus bagaimana untuk menjelaskannya, dan aku hanya berkata dengan sembarangan : “Mungkin kita tidak akan sempat, lagi pula Chiang Rai sangat kecil, dan tidak ada tempat yang menyenangkan di sana.”

“Bukankah sudah dikatakan akan pulang pada malam hari? Lagi pula kan ada mobil.”

“Makan di sini saja, dan pergi ke Jalan Ningman, setelah selesai makan masih ada waktu untuk berjalan-jalan sebentar.” Pada akhirnya sepertinya aku menemukan alasan yang lebih masuk akal.

Wenny dan Leni serta yang lainnya sepertinya juga merasa lebih masuk akal, dan tidak bertanya lagi, mereka hanya mengangguk setuju.

Setelah sarapan, kami keluar dan naik ke mobil Toyota Hiace, dan Allen mengendari mobil ke Wat Rong Khun.

Sebenarnya, banyak orang yang liburan ke Thailand tidak akan pergi ke Wat Rong Khun dan Baandam Museum, meskipun di sana masih ada Wat Rong Suea Ten yang terkenal, tetapi tiga kuil itu terletak di Provinsi Chiang Rai, Wat Rong Khun yang terdekat dengan Chiang Mai berjarak lebih dari 170 km, dan membutuh waktu dua jam lebih jika menggunakan bus, perjalanan pulang pergi memerlukan waktu sekitar 6 jam.

jadwal perjalanan sebelumnya dibahas dan disusun oleh Wenny dan Leni serta beberapa teman wanita lainnya, kemudian memutuskan untuk pergi ke Wat Rong Khun dan Baandam Museum, karena mereka melihat foto-foto di internet dan mereka merasa pemandangannya sangat indah, para wanita tidak memiliki kekebalan terhadap sesuatu yang indah, meskipun sedikit lebih jauh, mereka juga harus pergi.

Ini juga merupakan salah satu alasan pertama mereka untuk datang ke Chiang Mai terlebih dahulu, di sini ada bandara dan aku, setelah menghabiskan dua hari di sini mereka akan ke Bangkok dan Pulau Phuket, dan mereka menyerah untuk tidak ke Pattaya, karena tidak cukup waktu.

Tempat pertama yang dikunjungi adalah Wat Rong Khun, aku pernah ketempat ini sebelumnya, sudah tidak asing lagi, dan mendadak aku menjadi seorang pemandu wisata aku dan aku masih terbilang lumayan.

Ketika Wenny dan para wanita lainnya melihat bangunan putih itu dari jauh, mereka sangat gembira dan berseru kagum, tapi setelah mereka mendekat, dan mereka melihat naga putih dan beberapa patung yang misterius, mereka pun terdiam.

Tidak hanya mereka, bahkan semua orang termasuk aku juga terdiam.

Aku bukan seorang penganut agama Buddha, tetapi patung-patung itu sangat realistis dan misterius bahkan sangat mengerikan dan ada dimana-mana, membuat diriku tiba-tiba berubah menjadi penuh kerendahan hati yang tidak dapat dijelaskan.

Nama lengkap kuil putih ini adalah Wat Rong Khun, dinamai dengan nama itu mungkin karena hampir seluruh pagar dan atap di bangunan itu diukir dengan seekor naga putih yang sangat realistis, dan semua bangunannya berwarna putih, terletak diantara rumput yang hijau dan air yang jernih, dilihat dari jauh, dengan latar belakang langit biru yang indah membuat orang berdecak kagum.

Sebenarnya kuil ini masih dalam proses pembangunan, dengar-dengar memerlukan waktu 90tahun untuk menyelesaikannya, sampai pada saat itu, kuil ini cukup menjadi sebuah keajaiban.

Selain Wat Rong Khun, di Chiang Rai ada satu tempat wisata yang baru dibuka, namun kuil ini masih dalam proses pembangunan, yaitu Wat Rong Suea Ten, berjarak sekitar kurang lebih sepuluh kilometer ke utara dari Wat Rong Khun.

Tema keseluruhan dari Wat Rong Suea Ten adalah berwarna biru dan kuning keemasan, sama seperti Wat Rong Khun, semuanya dirancang dengan arsitektur Buddhisme di tengah keberadaan spesies yang berbeda, dan juga memerlukan waktu puluhan tahun untuk menyelesaikannya, dan pada saat itu juga pasti akan menjadi sebuah keajaiban lainnya.

Tapi sekarang Wat Rong Suea Ten masih relatif kecil, bahkan jika melihat-lihat dengan perlahan, dalam dua atau tiga puluh menit sudah tidak ada yang bisa dilihat lagi.

Beberapa kilometer ke utara dari Wat Rong Suea Ten adalah Baandam Museum yang disebut nereka, tempat ini sebenarnya bukanlah sebuah kuil, melainkan sebuah taman bunga yang berbentuk museum, tetapi juga digabungkan dengan gaya arsitektur Buddhisme, dan temanya berwarna hitam secara keseluruhan, di Chiang Rai memiliki Wat Rong Khun atau kuil putih, jadi ini dinamai Baandam Museum atau kuil hitam.

Di dalam terdapat beberapa kerangka tulang hewan, yang terbanyak diantaranya adalah tanduk sapi, dan juga kulit ular yang dikeringkan, kulit buaya dan beberapa bangkai hewan lainnya, serta ada berbagai ukiran yang berbentuk aneh,banyak sekali sesajen dan alat penyembelihan dan lain-lain.

Ditambah dengan penataan tempat persembahan yang bernuansa kuno, dan hawa terasa menyeramkan di mana-mana bahkan membuat museum ini terlihat sangat aneh.

Ketika baru masuk ke Baandam Museum, beberapa wanita itu terlihat sedikit gugup, lagi pula sesuatu yang ditampilkan di sini sedikit menakutkan.

Terutama Wenny, dia kelihatan sedikit penakut, ketika memasuki Baandam Museum dia memegang lengan wanita lainnya dengan erat.

Ketika melihat beberapa ukiran tubuh pria yang sangat besar, aku tidak sengaja melihat pipinya mulai memerah.

Dia sepertinya sedikit pemalu.

Kami tidak memasuki Chiang Rai, setelah selesai berkeliling di Baandam Museum, dan mencari tempat di sana untuk duduk sejenak, dan setelah memakan sesuatu, jam 5 kami pulang ke Chiang Mai.

Jam 7 lebih sedikit kami sudah sampai di Chiang Mai, langit sudah hampir gelap, aku meminta Allen untuk pergi ke restoran spesial yang lebih terkenal di Jalan Ningman.

Di perjalanan, aku menelepon Elina, bertanya kepadanya apakah dia ingin keluar dan makan bersama, tapi dia berkata bahwa dia sudah makan, dan sedikit lelah, dia juga tidak ingin keluar untuk mengunjungi pasar malam atau sejenisnya, dan hanya ingin beristirahat di hotel.

Setelah selesai makan malam, aku mengajak Wenny dan Leni serta yang lainnya untuk pergi ke pasar malam, minum di bar, makan cemilan malam dan lain-lain, dan pulang ke hotel pada jam sebelasan.

Aku baru menyadari, bahwa seorang pemandu wisata tidak senyaman yang kita pikirkan.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu