Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 167 Tidak Ada Keberanian

Dalam dua hari ini Deni Tong masih terus menyibukkan dirinya untuk menginspeksi proyeknya, membaca beberapa laporan analisis serta mencari pengacara lokal dan lain-lain, dan juga jika tidak ada hal yang penting dia pasti tidak akan mencariku, pokoknya dia sangat sibuk, apalagi setelah dia tahu bahwa aku akan berkumpul bersama dengan teman-temanku.

Dan Elina, dia memberiku libur dalam beberapa hari ini, jadi dalam dua hari ini aku akan menemani Bayu dan juga Wenny untuk jalan-jalan.

Tapi setelah dua hari kemudian, aku tidak akan ikut mereka ke Bangkok, melainkan pergi bekerja dan melanjutkan kesibukanku mengenai urusan proyek di BTT, proyek ini sudah memasuki tahap akhir, aku hanya perlu membuatkan sistem baru untuk BTT dan itu bukan masalah besar untukku, kemudian merevisi beberapa hal detail lainnya, jika semua lancar tidak ada kendali, mungkin hanya akan memerlukan waktu sekitar satu sampai dua minggu ke depan untuk diluncurkan secara resmi.

Jadi, untuk tahap terakhir ini, aku akan berada di Chiang Mai untuk memastikan kelancaran operasi proyek ini.

Kemarin Elina selalu sibuk dengan urusan pengajuan urusan BOI (Board of Investment) dan mendaftarkan kantor cabang, tapi karena hari ini adalah hari sabtu dan besok minggu, maka bagian sistem administrasi tidak bekerja, maka dari itu dia mempunyai waktu untuk menganggur dan dia bisa mewakili pekerjaanku di kantor, tapi setelah dua hari nanti, aku harus kembali melanjutkan pekerjaanku dan membiarkan dia fokus sibuk ke urusan kantor cabang.

Bayu dan Wenny akan ke Pulau Phuket setelah dua hari di Bangkok, dan mereka akan menginap di sana selama empat hari, sebenarnya aku sangat ingin ikut dengan mereka, karena yang aku dengar, Pulau Phuket itu memiliki pantai yang indah dan bahkan air lautnya sangat jernih, apalagi dari kecil aku begitu menyukai laut.

Jika nanti proyek ini berjalan dengan lancar, dan keuangan memungkinkan, mungkin aku akan menyusul mereka ke Pulau Phuket untuk berkumpul dengan Wenny dan lainnya.

Tentu saja jika Elina juga ingin pergi ke sana, aku akan menemaninya, meskipun proyek tidak berjalan dengan lancar, pekerjaan ditunda untuk beberapa hari ke depan juga tidak masalah, lagi pula pekerjaan ini pasti akan selesai sebelum tenggat waktu yang dicantumkan di kontrak.

Lagi pula selama sebulan lebih ini selain pulang ke kampung Pingxian beberapa hari, kami bahkan tidak pernah mengambil waktu libur, termasuk akhir pekan kami juga tetap lembur di kantor BTT, jadi kalau dua hari ini kami memang jadi berangkat ke Pulau Phuket, ya hitung-hitung untuk menghilangkan penat.

Setelah selesai bersih-bersih dan berpakaian rapi, aku segera keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Elina, tapi tidak ada respon dari Elina, sepertinya dia telah berangkat awal ke BTT dengan rekan-rekan yang lain.

Lalu aku pun turun ke lobby hotel dan berkumpul bersama dengan Allen, tak lama kemudian kami telah tiba di hotel tempat Wenny dan lainnya menginap.

Aku membiarkan Allen untuk menunggu di dalam mobil dan aku berjalan sendiri untuk masuk ke dalam hotel tersebut, segera aku sudah bisa melihat sosok Wenny yang tengah sarapan di restoran hotel area makanan barat, dia tampak tenang menyantap makanannya, sama persis ketika masih zaman kuliah.

“Hai, pagi.” Sapa Wenny dengan senyum manisnya ketika melihatku.

“Pagi, di mana mereka?” jawabku dengan senyum sambil berjalan mendekatinya.

“Mereka baru saja bangun, mungkin sedang bersih-bersih, kamu sudah sarapan?”

“Belum.”

“Kalau begitu, ayo bareng!”

“Baiklah.”

Lalu aku pergi mengambil sepotong roti sobek, sepotong matcha mousse dan sebotol susu, kemudian duduk di sebelah Wenny.

Sebenarnya aku tidak begitu suka sarapan pagi khas barat, tapi karena jam sudah menunjukkan pukul 10, jadi aku malas untuk keluar membelinya.

Kami pun menyantap sarapan sambil mengobrol hal yang tidak terlalu penting, seperti tentang pemandangan di Thailand, udaranya dan juga adat istiadat warga di sini.

“Roman, hubunganmu dengan Direktur elina selain teman kerja……apa kalian pacaran?” tanya Wenny di luar dari topik pembicaraan yang ada.

Aku terkejut dan memandangnya, ekspresi wajahnya terlihat canggung tapi juga penasaran.

“Maaf, aku tidak bermaksud lain, aku hanya penasaran saja.”

Mungkin karena dia merasakan keanehan pada pandangan mataku, atau mungkin dia merasa sedikit bersalah, maka dari itu dia menambahkan lagi.

Aku menghilangkan pancaran mataku, kemudian dengan tersenyum aku menggelengkan kepala : “Tidak, hubungan kami hanya sekedar atasan dan bawahan saja, tidak ada yang lain.”

“Tapi aku bisa lihat, dia menyukaimu, selain itu……kamu juga kelihatannya lumayan menyukainya.” Ucap Wenny seraya menggoda.

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala dengan spontan : “Penglihatanmu keliru, hubunganku dan dia memang terbilang dekat, kamu tahu sendiri, keluargannya begitu kaya raya, bagaimana mungkin dia bisa menyukai lelaki miskin sepertiku.”

Wenny juga ikut menggelengkan kepalanya : “Sepertinya Direktur Elina bukan orang yang memandang materi.”

“Dia memang bukan orang yang memandang materi, tapi orang sekelas dia kebanyakan banyak yang mencari yang selevel dengannya.”

“Tidak Roman, banyak orang kaya yang juga melihat bakat seseorang, bukan dari uang maupun jabatan. Bakat adalah faktor terpenting untuk menghasilkan segalanya, pada kenyataan yang ada, banyak orang yang berlatar belakang miskin tapi mereka memiliki talenta tersendiri, dan setelah sukses dalam bisnisnya, maka dengan sendirinya mereka akan berada di posisi yang sama dengan orang kaya lainnya. Selain itu, orang kaya sekarang banyak yang tidak memandang hal ini, dan aku lihat orang seperti Direktur Elina tidak akan sekolot ini.”

“Pada kemarin malam saat aku bertemu dengan Direktur Elina, aku sudah merasakan sesuatu yang aneh, kamu pikirkan saja, hari sudah larut malam tapi wanita cantik seperti dia masih saja ikut bersama dengan seorang pria mencari cemilan malam, siapa tahu ada niat tersembunyi darinya, dan yang paling menonjol adalah cara matanya memandangmu malam itu sangat berbeda, dan kamu……juga tidak jauh beda dengannya.”

“Ini semua menurut indra keenamku, kamu perlu tahu, indra keenam dari wanita itu sangat tepat, pokoknya kalian sudah saling menyukai satu sama lain, jadi aku hanya sekedar memastikan saja, apakah kalian berkencan atau tidak?”

Aku benar-benar tidak menemukan kata-kata untuk melawan perkataan Wenny yang terdengar begitu masuk akal, dan aku hanya bisa tersenyum, kemudian terus menggelengkan kepalaku : “Tidak, aku tidak pacaran dengannya, hanya hubungan sebatas teman kerja.”

Ini adalah perkataanku yang jujur, aku memang tidak berpacaran dengan Elina, hanya saja hubungan kami……sedikit ambigu saja.

Aku sungguh tidak bisa mengendalikan rasa ambigu ini.

Terkadang sebuah ucapan, pandangan, ataupun sebuah tindakan terjadi dengan tidak sengaja, meskipun setelah itu aku merasakan hal itu tidaklah benar, tapi aku benar-benar tidak menyadarinya saat melakukannya.

Seseorang pernah mengatakan, cinta selalu datang secara tidak sengaja, tapi dulu aku selalu tidak setuju dengan budaya anak muda seperti ini, karena aku lebih percaya dengan kerja keras sendiri.

Dulu, aku selalu berpikir harus bekerja dengan keras untuk memperoleh kekayaan, begitu juga dengan cinta, diperlukan sebuah perjuangan untuk mendapatkannya. Dan hubunganku dengan Keisya dulu juga aku dapatkan dengan usaha kerasku sendiri.

Bukan secara tidak disengaja, aku masih mengingat pandangan orang-orang yang memandangku kali itu, siang malam aku memikirkannya, bahkan sangat menderita.

Kesengajaan itu hanya akan membuat kita kehilangan cinta.

Orang yang memiliki tindakan dan resolusi akan berusaha untuk mencari orang itu dan akan berusaha keras untuk mengejarnya, lalu akan berusaha dengan keras juga untuk terus mempertahankan cintanya.

Itulah rasa yang pernah aku rasakan.

Tapi sekarang, aku mulai menyadari cinta bisa datang secara tidak sengaja, dari kesengajaan yang tak terhitung, hubungan aku dan Elina semakin ambigu.

Atau mungkin suatu hari nanti, di mana akhirnya aku bisa memantapkan hatiku untuk kembali mengejar cinta, maka aku akan segera menyatakan cintaku padanya.

Sayangnya, hingga saat ini aku tidak memiliki kemantapan hati seperti itu.

Atau bisa dikatakan, aku masih belum mempunyai keberanian itu.

Kemungkinan besar ini berasal dari lubuk hati yang paling dalam, aku bahkan merasa rendah pada diriku, dan juga kemungkinan ada faktor lain.

“Wanita seperti Direktur Elina ini sangat langka, dia begitu cantik, royal, pintar dan juga bijak, dia terlahir dari keluarga yang baik, tapi dia tidak memiliki princess syndrome atau kekurangan yang dimiliki oleh para orang kaya.”

Wenny tak lagi bertanya padaku tentang hubunganku dengan Elina, tapi dia malah terus memuji hal-hal positif mengenai Elina.

Dapat dilihat semua kata-kata yang dilontarkan Wenny begitu tulus, tanpa adanya sindiran, kepura-puraan, dan tentu juga tanpa ejekan.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu