Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 420 Peringatan.

Kami tertegun sejenak, lalu mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Wajah Elina sedikit memerah, dan berkata dengan menghina, “Kedua orang ini tidak tahu malu, tampaknya juga tidak boleh dibiarkan.”

Aku berkata, “Kalau begitu mari kita pergi melihat-lihat disamping dulu, nantinya baru kembali untuk membereskan kedua orang ini.”

Selesai mengatakannya, kami berkeliling satu lingkaran, dari dalam hutan sampai ke sisi lain pantai. Sejujurnya, aku tidak menyangka bahwa setelah aku memutuskan ikan dengan kuat, Samuel masih memiliki keberanian untuk menyerangku, dia bukan hanya ingin menyerangku, tetapi masih ingin menindas Elina.

Elina adalah milikku sendiri, karena Samuel tidak ingin nyawanya, maka itu terserah padanya.

Tetapi ketika kami tiba dipantai saat ini, aku dan Elina malah menemukan sesuatu yang berbeda.

Ada seseorang yang berbaring digaris pantai tepat didepan kami.

Tetapi ketika aku melihat orang ini, merasa ada sesuatu yang salah, karena bukan hanya gaya berbaringnya yang aneh, tetapi juga tidak bergerak sama sekali.

Kemungkinan besar adalah orang yang sudah mati.

Elina mengerutkan kening, aku dengan segera berjalan kesana duluan, sangat cepat tiba dihadapan orang yang sudah mati ini.

Orang ini mengenakan jaket abu-abu, wajahnya membengkak karena air luar, jadi hampir tidak terlihat rupanya, tetapi untungnya, perbedaan tubuhnya dan Alex sangat besar, aku bernafas lega diam-diam.

Konsekuensi dari kecelakaan udara ini sangat serius, aku tidak sanggup menyelamatkan semua orang, permintaanku juga hanya dapat melindungi Elina dengan baik, dan keselamatan Alex saja.

Dia membawa sebuah tas dipunggungnya, aku menahan rasa jijik untuk membuka dan membongkarnya, tidak disangka menemukan sebuah pisau buah dan sebuah tiket pesawat yang telah terendam air laut, aku membuka dan melihatnya, memang adalah penerbangan kami, tetapi tempat duduknya bukanlah First Class.

Menkonfirmasi lagi bahwa itu bukan Alex, didalam hatiku muncul sedikit harapan. Tidak tahu seberapa besar pulau ini, aku dan Elina sudah berkeliling selama 2 hari, tetapi aku yakin bahwa tempat yang kami datangi tidak lebih dari 10%.

Dan yang lebih penting lagi, hari ini kami bertemu dengan Samuel dan Elisabeth, dan nantinya mungkin saja akan bertemu dengan orang selamat lainnya.

Memikirkan pemakaman adalah yang terpenting bagi orang mati, aku menahan bau busuk dari mayat lalu menyeretnya sampai ke tepi jauh dari pantai, dan mencari tanah yang lunak untuk mengubur mayatnya dibawah.

Aku berkata, “Ok, aku merasa seharusnya sudah lumayan, aku pergi memetik beberapa buah lalu kembali.”

Elina mengangguk, lalu mengikutiku.

Dengan asal memetik beberapa buah liar, juga tidak peduli apakah bisa dimakan atau tidak, aku memasukkannya kedalam saku lalu berjalan ke arah api unggun. Kedua orang ini, Samuel aku pasti akan membunuhnya, karena orang ini sudah memiliki niat buruk, seperti sebuah bom, jika aku masih membiarkannya, mungkin saja akan meledak kapan saja.

Kebetulan, disini adalah pulau terpencil, selain Elina juga tidak ada orang yang melihatnya, dan lebih tidak mungkin ada orang yang datang menghakimiku.

Ketika hampir tiba di pantai, aku mengintip melalui semak-semak, dalam beberapa menit, celana Elisabeth sudah terlepas sepenuhnya, sedang mengerutkan bokong putih besarnya, sedangkan Samuel sedang berolahraga dengan teratur.

Aku masih baik-baik saja, sedangkan Elina ketika melihat ini langsung memalingkan wajahnya.

Dengan segera terdengar raungan dari api unggun, setelah dua menit, aku menggerakkan semak-semak, berpikir dalam hati, bahkan kedua orang ini sangat bodoh seharusnya juga tahu bahwa kami sudah kembali.

Dan benar, ketika kami keluar dari semak-semak, kedua orang ini sudah selesai membersihkan jejaknya, Samuel duduk disana dengan terhormat, sedangkan Elisabeth, rambutnya masih berantakan, wajahnya juga ada sedikit kemerahan.

Aku tersenyum sambil mengeluarkan buah dari sakuku, lalu meletakkan ditanah, “Jika kalian berdua haus, maka makanlah ini.”

Samuel mengambil satu, lalu menyekanya, ketika baru ingin memakannya, terhenti dan bertanya, “Apakah kalian sudah memakannya? Didalam hutan ini ada buah-buahan yang tidak boleh dimakan.”

Tentu saja, aku tidak memakannya, bahkan aku juga tidak tahu apakah buah itu beracun atau tidak.

Aku berkata, “Tentu saja tidak.”

“Hah? Apa?”

Samuel tertegun, lalu raut wajahnya tiba-tiba berubah, dan memaki, “Sialan, apakah kamu sedang membohongiku?”

Aku tidak menunggu dia selesai berbicara, langsung menendangnya, reaksi Samuel juga sangat cepat, berguling ke sisi lain dan menghindarinya.

Aku tersenyum dingin lalu berkata, “Aku bukan hanya ingin membohongimu, tetapi juga ingin membunuhmu.”

Seperti kata pepatah, selagi kamu sakit maka ingin nyawamu. Samuel baru saja menyelesaikan sebuah pertempuran besar, sekarang saat bagus sedang kehabisan tenaga, dan tidak bersemangat. Elisabeth belum tersadar kembali, Samuel sudah dipukuliku sampai hidung berdarah dan wajah membengkak.

Aku mencengkram kerah bajunya dengan kuat, mengangkatnya tanpa memperdulikan bau busuk dari tubuhnya, wajah Samuel berubah menjadi warna merah, tidak berhenti memberontak, tetapi mana mungkin aku memberinya kesempatan.

Pada saat ini, Elisabeth akhirnya sadar, berkata dengan terkejut, “Ro….Roman, apa yang ingin kamu lakukan?”

Aku berkata dengan tersenyum dingin, “Perkataan yang baru saja dikatakan kalian, apakah sekarang sudah melupakannya? Menurutmu, apa yang ingin kulakukan. Aku baik hati tetapi malah dianggap sebagai niat buruk, kalau begitu hanya bisa mengantar kalian ke jalan kematian.”

Selesai mengatakan, aku melempar Samuel ke pantai dengan kuat, kemudian menendang perutnya, mata Samuel langsung melebar, mulutnya terus meludahkan apa yang baru saja dimakannya, sangatlah menjijikan, juga kehilangan kekuatan untuk bertarung.

Elisabeth terbodoh, setelah sadar, tanpa mempedulikan semuanya akan kemari untuk memukulku, aku berbalik badan lalu memelototinya, “Jika kamu juga ingin mati, maka kemarilah.”

Elisabeth dibuat terkejut olehku, hanya berdiri diam di tempat, lalu berjongkok ditanah, dan mulai menangis.

Aku mengerutkan kening dan berkata, “Samuel belum mati, apa yang kamu tangiskan?”

Memang, awalnya ketika aku mendengar Samuel berkata ingin menindas Elina, aku memang ada keinginan untuk membunuhnya, tetapi sekarang jika dipikirkan, kedua orang ini juga sangalah kasihan, karena sudah terdampar sampai ke pulau terpencil ini, untuk apa harus terburu-buru membunuh mereka.

Jadi aku hanya memukulinya sampai seperti ini, juga termasuk memberikan sebuah kesempatan kepada mereka.

Tetapi jika bertemu dengan mereka lagi nantinya, dan mereka masih memiliki pemikiran yang buruk, maka jangan salahkan aku sangat kejam.

Aku menarik Elina berjalan menuju hutan, sedangkan Elisabeth bergegas kearah Samuel lalu menangis dengan keras.

Kamu berjongkok di semak-semak hutan lagi sebentar, setelah memastikan bahwa kedua orang ini tidak mengikuti, kami kembali ke markas sembelumnya.

Elina berkata, “Roman, kedua orang itu, jika nantinya bertemu lagi, kamu harus sangat berhati-hati.”

Aku melihat Elina, lalu berkata sambil tersenyum, “Wah, sekarang Direktur Elina juga sudah mulai menyayangiku.”

Elina berkata dengan tidak puas, “Apakah sebelumnya aku tidak menyayangimu? Aku sedang memberitahumu…….”

Sambil berkata, raut wajah Elina berubah menjadi tidak baik, “Yang bernama Samuel itu, memberiku perasaan sama seperti Gedion.”

“Gedion?”

Pemikiranku dalam sekejap kembali ke dulunya yang sangat lama, pria gemuk itu ingin menindas Elina dengan paksa, lalu dihentikan olehku, jadi terakhir Gedion datang mencariku untuk balas dendam.

Aku mengangguk lalu berkata, “Jangan khawatir, jika aku bertemu mereka lagi nantinya, dan mereka masih seperti ini, maka aku tidak akan berhati lembut lagi,”

Selesai berkata, aku meraih tangan Elina, dan berkata: “Sejujurnya, 3 hari sudah berlalu, tetapi sampai sekarang belum ada tim pencarian dan penyelematan yang datang, aku merasa mungkin kita akan terdampar disini untuk waktu yang lebih lama.”

Elina mengangguk lalu berkata, “Kalau begitu, kita padamkan api unggun yang diluar. Karena kita dapat bertemu dengan Samuel dan Elisabeth hari ini, itu berarti pasti masih ada orang lain dipulau ini, jika bertemu dengan orang-orang seperti mereka lagi, dan kita membuat api unggun disini, bukankah mengekspos tempat kita dengan sia-sia.”

Aku memadamkan api unggun lalu melihat ke sekeliling, posisi dinding gunung ini sangatlah bagus, kebetulan adalah sudut kecil, depan tidak terlihat dan belakang adalah jurang yang licin, balik hutan dibagian kiri adalah lautan, lalu bagian kanan adalah sebuah jalan kecil yang sangat sulit terlihat, sebuah lokasi yang sangat bagus ini, jika diekspos karena api unggun, benar-benar sangat disayangkan.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu