Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 121 Ditakdirkan Untuk Tidak Menjadi Milikku

Bibi Merry juga mulai sibuk mempersiapkan bubur kacang hijau dan makanan ringan untuk anak-anak pada siang hari, setelah tiba waktunya, Christopher akan pergi ke sekolah untuk menjemput anak-anak yang sudah makan siang di sekolah, seperti seekor induk ayam yang menjemput anak ayamnya, membawa sekelompok anak kecil dengan baris berbaris pulang ke rumah sewa yang dia tempati sekarang, bahkan membujuk dan membohongi mereka agar membuat mereka menurut dan tidur siang dengan baik, setelah menunggu mereka bangun dia memberikan bubur kacang hijau dan makanan ringan kepada ana-anak itu, lalu mengantarkan mereka ke sekolah.

Malam hari ketika pulang sekolah, Christopher masih harus pergi ke sekolah untuk menjemput beberapa anak yang dititipkan seharian penuh, untuk membawanya pulang, makan, dan dengan sabar mengawasi mereka mengerjakan tugas sampai selesai, dan sampai orang tua mereka datang untuk menjemput mereka pulang, pekerjaan seharian ini baru dianggap sudah selesai.

Di depan anak-anak dan orang tua mereka, dia akan dengan hormat dipanggil dengan sebutan Guru Christopher.

Mungkin, Guru Christopher muda ini tidak lama lagi akan ke luar negri untuk menjual perangkat lunak.

Meninggalkan rumah Guru Christopher, aku mengendarai motor lalu di jalanan yang ramai aku menemukan Elina.

Dia tidak memakai rok panjang, dan malah memakai celana jeans, yang sedikit ketat, menunjukkan kakinya yang lebih panjang dan bahkan lebih terlihat proporsional. Atasannya dia mengenakan kaos putih dengan gambar Mickey Mouse, kepalanya mengenakan topi jerami putih yang tidak tahu dia beli dimana, dan sebuah tali biru diikatkan berbentuk pita di atas tepi topi, keseluruhannya terlihat sangat segar dan juga cerah.

Aku menghentikan motorku di tepi jalan yang berjarak jauh sepuluh meter dari nya, dan diam-diam memperhatikannya.

Dia tidak menyadari kehadiranku, hanya sambil makan eskrim, dan sambil berjalan perlahan-lahan, kadang kala dia berjalan masuk ke toko yang ada di tepi jalan dan melihat ini lalu melihat itu.

Aku tiba-tiba merasa, dia yang seperti ini barulah dia yang sebenarnya.

Dan Direktur Elina yang sombong dan dingin yang berjaga jarak jauh dengan orang, hanyalah syarat dalam pekerjaannya saja dan sebuah kepura-puraan di tempatnya bekerja.

Aku lebih suka dia yang sekarang.

Tidak lama kemudian, Elina berjalan sampai di sampingku, dan juga masih tidak menyadari keberadaanku.

Saat dia hendak melewati ku dengan cepat, aku tidak bisa menahan diri lalu berkata: “Cewek cantik, kamu sangat cantik, maukah kamu pergi denganku untuk mencari angin segar?”

Elina tercengang, berbalik dan setelah melihatku, dia menutup mulutnya sambil tertawa.

Tapi dalam sekejap, dia berkata: “Tidak baik.”

Lalu, dengan bangga dia mengangkat topi putihnya, berbalik badan dan melanjutkan menggigit eskrimnya, dengan santai dan bebas berjalan ke depan.

Banyak orang di jalan yang mendengar perkataan menggoda ku kepadanya, dan juga mendengar perkataan Elina yang berkata “Tidak baik”, dan tiba-tiba, ada beberapa wanita yang sambil menutup mulut mereka dan tertawa, dan juga ada banyak orang yang menggunakan tatapan merendahkan memandang ku.

Aku tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, dia pasti sengaja melakukannya.

Dalam keputusasaan ku, mau tidak mau aku langsung bergegas menghampirinya dari belakang dan berkata: “Mau pergi ke taman lihat ladang bunga tidak? Disanalah tempat dasar dari bunga melati China.”

Elina kali ini baru berbalik, dan menutup mulutnya sambil tertawa, mengangkat kakinya dan duduk langsung ke atas motor.

Lalu, dalam ekspresi tercengang orang-orang aku menyalakan motor dengan suara deraian motor dan mengendarai motor ke arah pulang ke rumah.

“Marah ya.” Melihat aku yang tidak bersuara, Elina tiba-tiba bertanya.

“Kamu berpikiran terlalu jauh, aku tidak semudah itu untuk marah.”

“Hihihi, barusan semua orang di jalan memandang dengan tatapan yang sangat lucu.”

“Direktur pemasaran yang bermartabat, ternyata masih kekanak-kanakan seperti anak kecil.”

“Aku hanya seorang wanita itu saja.”

Perkataan dia ini aku tidak membantahnya.

Cuaca di kota bagian Selatan di bulan kelima ini sudah sangat panas, matahari di siang hari juga sama panasnya, tapi di sepanjang jalan yang terlihat ada bunga melatinya selalu saja terlihat banyak penanam bunga yang sedang menggunakan bambu ataupun daun untuk menghalangi matahari.

Musim berbunganya bunga melati sudah tiba, para penanam bunga memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan kuncup bunga melati yang bagus dan bulat-bulat yang baru tumbuh ini untuk dijual dan mendapatkan uang, dan juga cuaca dengan sinar matahari yang cerah, harga penjualan bunga melati akan lebih mahal sedikit, karena bunga yang sudah dipetik kandungan kadar airnya sedikit, kualitasnya lebih bagus.

Jadi, seluruh penanam bunga yang menanam bunga melati semuanya terkena sinar matahari dan memiliki kulit yang agak kecoklatan, tidak peduli dia itu laki-laki ataupun perempuan, termasuk ayah dan ibu ku.

Elina tampaknya tersadar sesuatu, di tengah perjalanan dia bertanya: “Roman, ayah dan ibu sekarang apakah berada di ladang bunga memetik bunga?“

“Ya, harusnya sih iya, kalau tidak matahari di sore hari sangat besar, bisa terkena sinar matahari yang lebih parah.”

“Sangat bekerja keras ya, kalau begitu kita tidak jadi pergi ke tempat dasar tumbuhnya bunga melati lagi, pulang dan bantu ayah dan ibu mu memetik bunga saja, lagipula semuanya sama adalah sebuah ladang bunga, dan juga aku merasa memetik bunga juga sangat menyenangkan.”

Aku agak terkejut: “Sangat sulit, matahari sangat terik, kulit putih lembut seperti kamu ini dalam sekejap akan terbakar karena terik matahari.”

“Tidak takut, aku sudah membawa krim tabir surya, ayo pergi, cepat pulang.”

“Kamu yakin?”

“Yakin.”

Sebenarnya alasan ku pulang ke kampung halaman, selain ingin mencari Kelvin Wu, poin paling penting adalah ingin menemani orang tua, membantu mereka melakukan pekerjaan pertanian.

Aku tahu betapa sulitnya bekerja di bawah sinar matahari yang sangat terik dan membakar ini di sebuah ladang bunga sampai berkeringat dan mengalir membasahi tubuh, memetik satu per satu bunga hingga cukup sampai sepuluh lusinan bunga melati ini tidak lah mudah.

Karena Elina tidak ingin pergi bermain, dan malahan ingin pergi membantu ayah dan ibu ku memetik bunga, aku secara otomatis tidak akan menolaknya, meskipun aku sudah jelas tahu kalau dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Ketika kembali ke desa, aku melewati beberapa orang yang dengan pandangan penasaran melihat, lalu ketika sampai pada depan pintu rumah yang ladang bunganya ada tepat di sebelah jalan, terlihat ayah dan ibu ternyata sedang memakai topi dan sedang sibuk di ladang bunga.

Mendengar suara motor, mereka pada saat yang bersamaan mengangkat kepala, dan langsung mengarah ke jalan lalu tersenyum pada ku dan Elina.

“Kenapa pulang? Bawa Elina pergi main sana.” kata ibu sambil memegangi topi daun bambu.

“Bibi, aku kesini untuk membantumu memetik bunga.” Jawab Elina yang langsung menerobos ke depanku.

“Aduh, tidak boleh, mana mungkin aku membiarkanmu melakukan pekerjaan seperti ini, ini bisa membuat kulit putih mulus rusak karena terkena terik matahari, cepat suruh Roman bawa kamu pergi bermain, kalau tidak kalian di dalam rumah saja makan buah, kemarin buah yang kamu bawa aku sudah memberishkannya dan menaruhnya di atas meja.”

“Tidak apa-apa, bibi, aku sudah membawa krim tabir surya, teriknya tidak akan merusak kulitku.”

Saat sedang berbicara, aku memakirkan motor sampai di depan pintu rumah, ibu dengan suara keras memanggil ku dan masih tidak mengijinkan Elina untuk turun ke ladang.

Setelah Elina dengan suara keras menjawabnya beberapa kata, dia langsung mengikutiku masuk ke dalam rumah, lalu dari dalam tas mengeluarkan krim tabir surya dan mulai mengoleskannya di tangan dan leher.

“Kamu mau tidak?” tanya dia padaku tiba-tiba.

Aku menggelengkan kepala: “Laki-laki terkena terik matahari dan menjadi hitam sedikit tidak apa-apa, aku tidak perlu barang ini.”

Aku mencari sebuah kain lengan dan menyuruhnya untuk memakainya, jadi matahari tidak akan terkena di pergelangan tangannya, juga bisa mencegah tergoresnya tangan terkena tangkai bunga, lalu memberikannya lagi keranjang bambu dan menyuruhnya untuk mengikatnya ke pinggangnya.

Tidak usah ganti sepatu lagi, lagipula tanah di ladang kering, dan tidak berlumpur.

Aku sendiri megenakan topi daun bambu, mengikatkan karung goni di pinggang ku, lalu membawanya keluar dan turun ke ladang.

Elina masih mengenakan topi putihnya yang terikat sebuah tali biru berbentuk pita, ditambah lagi celana jeans dan kaos putih Mickey Mouse, sangat cocok dipasangkan dengan sepasang kain lengan yang bercorak bunga dan tergantung sebuah keranjang bambu di pinggangnya, keseluruhannya terlihat agak asing dan tidak biasanya.

Tapi semua ini sedikitpun tidak mempengaruhi suasan hatinya, dengan gembira dia berlari ke ladang, sama seperti seekor kupu-kupu yang pergi melewati deretan ladang hijau yang dihiasi dengan putih dari bunga-bunga melati.

Aku menatapnya dengan pandangan kosong, dan agak terpesona, karena aku tiba-tiba teringat Wendy.

Gadis dengan senyuman yang seperti bunga itu, memiliki suara tertawa yang merdu.

Aku masih teringat ketika berpisah di bandara waktu itu, gadis itu dengan malu-malu berkata: tunggu sampai ketika aku sudah ingin berpacaran, kamu sudah boleh memelukku.

Apakah dia baik-baik saja?

Apakah dia akan teringat padaku?

Mungkin iya, mungkin juga dia mengayunkan rambutnya seperti sedang menunjukkan sesuatu itu, dan ingin menyingkirkan aku dari dalam benaknya, lalu perlahan-lahan melupakanku.

Karena aku pernah menyarankan padanya, untuk sementara waktu kita tidak perlu saling menghubungi.

Dia terlalu polos, terlalu baik, ditakdirkan untuk tidak menjadi milikku.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu