Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 22 Sesuatu Yang Sia-sia

“Ka…mu dasar MESUM! Tak tahu malu!”

Aku tertawa, kemudian seorang pelayan tiba-tiba datang membawakan kami bir, aku pun menyodorkan sebuah nota ke Elina, dan berkata : “Bayar ini, ini termasuk keperluan kerja.”

Elina mengambil nota itu kemudian melirik harga mahal yang tertera di sana, tanpa ekspresi dia pun membayar tagihannya.

Aku membuka bir itu lalu menuang segelas untuk dirinya.

“Aku tak mau, aku tidak akan menyentuh barang-barang yang ada di sini, kotor, termasuk kamu!”

“Baiklah.” Aku pun menarik gelas itu, lalu meminumnya sendiri, kemudian aku menambahkan “Lagian kamu juga yang bayar”.

Elina mendengus, memalingkan wajahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Aku malas meladeni Elina, aku pun menikmati minumanku dengan tenang sambil mengamati para pria yang ada di bar ini.

Karena waktu masih tidak terlalu malam, lantai dua bar ini masih terlalu sepi, total hanya belasan orang yang ada di sini, penari yang sedang menari itu pun turun dari panggung dan menggoda orang lain yang ada di sekitarnya.

Tak lama kemudian, datang segerombol orang, terlihat dengan jelas mereka semua adalah para turis, berbagai turis dari China, Hongkong, dan Taiwan, bahkan ada juga yang dari Eropa dan Amerika, raut wajah mereka menggambarkan semangat yang tak terkontrol.

Aku baru ingat kalau lusa adalah Festival Songkran, dan malam ini merupakan skala kecil dari festival ini. Dan puncaknya adalah di malam esok, semua turis yang ada di Kota Chiang Mai dan Kota Bangkok akan mengadakan berbagai karnaval di jalan, bahkan mereka akan melakukan perang air di jalanan yang akan membuat seluruh badan basah kuyup. Seluruh kota ini akan diterangi dengan gemerlap cahaya lampu dan alunan musik yang membuat kota ini begitu meriah.

Festival yang berlangsung selama beberapa hari ini menarik banyak wisatawan dari seluruh dunia. Terutama bagi kaum pria yang berbeda dari yang lain, mereka akan berkumpul dari ratusan hingga ribuan orang untuk menikmati festival ini bersama, dan tentu juga mereka akan melakukan hal yang tak bisa aku ungkapkan.

Dan dalam festival ini, tingkat keberhasilan dari rencanaku semakin besar.

Waktu menunjukkan hampir pukul 8 malam, orang yang aku tunggu telah muncul satu, yaitu Aberko.

Janji yang aku buat untuk mereka adalah jam 8, dan dia pasti akan sampai terlebih dahulu dibanding dengan Avara untuk menunjukkan rasa hormatnya.

Tentu saja Aberko tidak tahu ini bar apa, dan dia tentu tidak habis pikir Avara akan mengajaknya bertemu di tempat seperti ini, raut wajahnya mulai berubah ketika melihat sepasang pria saling berbisik indah di depannya, lebih tepatnya dia terlihat sedikit gugup dan juga takut.

Tapi Aberko masih dalam pendiriannya, dia berjalan dan menemukan sebuah meja kosong, dia pun memanggil pelayan dan memesan sesuatu, kemudian memalingkan wajahnya ke sekitarannya.

Aku dan Elina duduk di pojokan yang minim dengan pencahayaan, sebisa mungkin agar Elina tidak melihatnya, jadi dia tidak akan mendapati kami yang berada di sini.

Tak butuh lama, seorang pria bertubuh ramping menghampiri dirinya, dengan senyum mempesona dia menggoda Aberko, baru saja melontarkan beberapa kata, si pria itu telah diusir oleh Aberko, wajah Aberko tampak kesal.

Aku menyeringai dan terus memantaunya dengan tenang.

Elina yang duduk di sampingku tiba-tiba berbisik : “Roman, aku tidak menyangka kamu selain mesum dan memalukan, kamu juga sangat berbahaya.”

Mendengar dia berkata demikian, aku tak bisa mengendalikan tawaku, aku memalingkan wajahku dan memandangnya, kemudian berkata dengan santai : “Aku tidak pernah mengatakan kalau aku pria yang mulia.”

“Benar juga, jika kamu adalah seorang pria yang mulia, di dunia ini sudah tidak ada yang namanya pria baik.”

“Hehe, apakah Direktur Elina pernah bertemu dengan seorang pria yang baik?”

Sepertinya Elina tak pernah menyangka aku akan melontarkan pertanyaan seperti ini, dia terdiam sejenak, kemudian dia memalingkan wajahnya dan berkata dengan sinis, “Bukan urusanmu.”

Aku mulai penasaran dengan raut wajahnya yang tak biasa : “Direktur Elina, jangan-jangan kamu dulu dicampakkan oleh lelaki bajingan ya?”

“Kamu yang dicampakkan lelaki bajingan.”

“Eh…aku tidak suka pria ya, aku hanya pernah dicampakkan oleh wanita bajingan saja. Direktur Elina, apakah kau punya pacar? Waktu aku memeluk pinggangmu di luar gedung BTT, tidak ada yang menghampiriku dan mengatakan padaku bahwa kau memiliki pacar.”

“Apa urusanmu?”

“Berarti tidak ada dong?” Aku terus menghujamnya, dan mengamati raut wajahnya.

Dia tidak membalasku, melainkan hanya mendengus sambil menundukkan kepalanya.

Aku tidak bisa menahan tawaku : “Haha, ternyata benar-benar lajang ya, tapi terlalu tidak masuk akal, pada umumnya, seorang wanita dengan postur tubuh yang begitu menonjol, dan wajah yang begitu menawan, seharusnya mempunyai seorang pria di sisinya, Direktur Elina, postur tubuhmu begitu seksi……”

“Tidak benar juga, meskipun kulit wajahmu begitu putih dan halus, tapi tetap kurang bersinar, jadi bisa dilihat……kamu benar-benar tidak punya pacar.”

“Ckckck, sosok yang begitu cantik, tapi tidak berguna.”

Elina sontak kaget, dia melototkan kedua bola mata indahnya, menatapku penuh dengan amarah.

Baru saja aku hendak menambahkan lagi, tapi bibir ini seolah tertahan oleh sosok bayangan yang sangat familiar di sudut mataku.

Avara, pemeran utama telah datang.

Rencanaku sangat sederhana, aku memanfaatkan kehausan Aberko akan proyek tersebut dan memanfaatkan orientasi khusus dari Avara, dan menggabungkan kedua hal ini untuk memicu konflik di antara mereka berdua.

Dari sisi Aberko dia pasti akan datang, dan yang paling penting adalah aku tidak tahu apakah Avara akan datang atau tidak.

Jika Avara tidak tertarik kepada Aberko, atau jika dia tidak merasakan hal yang luar biasa, maka rencanaku akan sia-sia.

Untungnya, Avara akhirnya menampakkan dirinya, rencanaku sudah berjalan setengah.

Dia mengenakan pakaian kasual yang membuat penampilannya semakin terlihat seperti anak muda, bahkan dia juga mengenakan topi dan kacamata, sepertinya dia sengaja mengubah penampilannya malam ini, mungkin dia takut orang-orang akan mengenalinya.

Setelah melihat sekeliling, Avara akhirnya menemukan keberadaan Aberko, dia pun berjalan ke arahnya, Aberko menyambutnya dengan penuh hormat dan sopan.

Pada saat ini, Elina akhirnya melihat keberadaan Avara, dia terkaget dan melongo : “Itu…bukannya Tuan Avara? Dia kenapa……Ah, aku mengerti sekarang, Roman, kamu kan yang membuat mereka bertemu di sini, iya kan?”

Aku merasa sedikit bangga, dan tersenyum kemudian berkata : “Direktur Elina, sepertinya kamu sedikit bodoh, kamu baru menyadarinya sekarang.”

“Tapi, apa gunanya jika memang Tuan Avara akhirnya datang? Mereka hanya bertemu layaknya seorang teman saja, bahkan jika Tuan Avara menerima suap dari Aberko, kamu juga tidak bisa mendapatkan bukti apa-apa.”

Aku merasa sedikit malu sekarang, ternyata Elina tidak sepintar yang aku pikirkan.

Tapi mungkin aku tidak bisa juga menyalahkan dia, sebagai seorang wanita seperti dia, mungkin dia tidak bisa melihat seorang gay seperti Avara, dan dia tidak mengerti inti dari rencana ini semua.

Aku memberikan sebuah isyarat agar dia mendekat, dan berbisik padanya : “Avara ini gay, dia suka dengan sesama pria. Tujuanku mempertemukan mereka di sini adalah membuat mereka menimbulkan sebuah konflik, dengan begini kita baru punya kesempatan.”

“Hah?” kedua bola mata Elina hendak keluar dari kelopaknya, sepertinya dia telah dikejutkan dengan apa yang baru saja aku katakan.

Untuk waktu yang lumayan lama, tiba-tiba dia menghelakan nafas : “Roman, kau sungguh sangat berbahaya.”

Aku tertawa, tak mengindahkan perkataan Elina, melainkan mengeluarkan ponselku dan menyalakan kamera, kemudian mengarahkan ke arah Aberko dan Avara.

Walaupun mereka tidak menimbul konflik dan salah paham, aku juga bisa memanfaatkan video pertemuan mereka ini sebagai sebuah artikel, karena dalam video ini juga terlihat pria lain yang tengah menggoda dengan sesama, jadi ini bisa membuktikan bahwa bar ini adalah gay bar.

Di depan Avara, Aberko sangat antusias, dia terus melontarkan kata-kata manis dan sanjungan kepada Avara, sedangkan Avara, dia sangat sungkan melihat tingkahnya, mungkin dia masih tidak memahami niat dari Aberko.

Mereka berdua terlihat mengobrol layaknya teman kerja yang sedang minum bersama, untuk sementara waktu, tidak terlihat adanya perilaku yang terlalu menonjol saat ini.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu