Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 161 Rendah Hati

Aku tahu bahwa banyak orang yang mempelajari tradisional Muay Thai, tinjuannya tidak terlalu kuat. Setidaknya dibandingkan dengan mereka yang mempunyai kaki tajam, tinju bukanlah titik kuat mereka.

Tetapi ini hanya relatif, siapapun yang belajar Muay Thai tinjuannya tidak boleh diremehkan.

Aku semakin mendekati Sungky, memperkecil ruangannya. Lalu mencari cara untuk mendekat, agar ia tidak bisa melakukan gerakan kakinya.

Setiap kali aku menghimpitnya kesudut, kita seakan-akan ada sentuhan interaksi yang sengit. Biasanya aku terkena satu serangan kaki dari ia, lalu aku meninju ia satu atau dua pukulan.

Perlahan-lahan aku mulai semangat, rasa sakit di badan, tatapan yang tajam dari lawan. Sorakan penonton dapat membuat adrenalin aku melambung.

Sekitar 3 menit kemudian, aku sudah sepenuhnya mendalami situasi pertinjuan ini. Dan aku juga sudah tidak asing lagi dengan tinjuan Sungky, aku sudah tahu dimana titik kelemahannya.

Tetapi Sungky sangat pintar dan juga sangat kejam. Ketika kita bersentuhan, ia selalu memukul paha kiriku.

Bagian itu sudah terkena empat pukulan, selain ada rasa sakit yang luar biasa. Kakiku juga semakin lemah sehingga sudah susah untuk diangkat.

Kondisi Sungky juga tidak jauh lebih baik dari aku, ia juga terkena banyak pukulan dari aku. Kelenjar matanya sudah robek, tulang pipinya sudah membengkak, sudut mulutnya juga berdarah.

Saat aku menghimpitnya ke pojok lagi, ia memanfaatkan kesempatan ketika gerakanku terlalu lebar, ia menendang kaki kiriku.

Kali ini, aku sudah tidak bisa berdiri dan langsung jatuh ke lantai.

Sungky menatapku dengan tatapan ingin menduduki badanku.

Dan disaat itu aku seakan-akan mendengar suara teriakan Wenny.

Aku menahan rasa sakit dan melindungi kepalaku dengan kedua tanganku, aku melilit kedua kakiku dipinggang Sungky. Disaat itu juga aku langsung membalikkan badanku, dan menjatuhkan Sungky di lantai.

Aku tidak bisa teknik mengunci, dan tidak ingin terjerat di lantai. Jadi aku membiarkan ia bangun dan aku langsung menendangnya sebelum ia benar-benar bangun.

Sungky terkena pukulanku, saat itu pandangannya agak sedikit buram. Aku langsung memukulnya lagi dan bersandar di dekat tali.

Lalu aku mendorongnya didekat tali, dan meninju mukanya dari segala sisi.

Setelah sekitar 7-8 pukulan, Sungky jatuh ke lantai.

Melihat wajah Sungky yang penuh darah dan sudah tidak bisa bergerak, aku tidak meninjunya lagi, aku hanya mengatur nafasku.

Keadaan panggung sudah sepi, ardenalinku sudah tidak melambung. Rasa semangat dan juga kekerasanku sudah perlahan-lahan menghilang.

Sekarang aku merasa bagian pahaku dan bagian tubuh yang terkena pukulan sudah mulai semakin sakit.

Sean mengambil mic dan lari ke atas panggung, ia mengumumkan dengan suaranya yang lantang dan ekspresi wajah yang kaku bahwa aku pemenangnya.

Basero dan Bruce bersamaan naik ke ring tinju dan merangkul badanku.

Setelah nafasku lancar, aku melambaikan tangan sebagai tanda bahwa aku baik-baik saja. Lalu, dengan perlahan aku jalan ke samping dan melompat dari ring tinju.

"Roman, kamu tidak apa-apa kan?"

Wenny berlari dan bertanya tanpa daya.

Bayu dan Leni juga ikut menghampiriku.

"Tidak apa-apa, tunggu sebentar. Setelah aku ganti pakaian, kita pergi makan malam." Aku tertawa dengan tidak sengaja terkena luka disudut bibir tadi merasa sakit.

Setelah bicara, aku perlahan-lahan berjalan kearah ruang ganti pakaian.

Kaki kiriku benar-benar sangat sakit, Sungky si berengsek itu sangat kejam. Ia sengaja menendang kearah pahaku, dan sekarang membuatku tidak bisa mengangkatnya.

Baru saja aku berjalan beberapa langkah, Warren berlari kearahku dan membawa satu botol spray dan beberapa bungkus es batu. Ia sangat panik dan terus bertanya apakah aku baik baik saja, sambil menyemprot spray itu.

Barang itu sangat dingin, sangat nyaman setelah disemprot. Rasa sakitnya juga perlahan-lahan berkurang.

Setelah menyemprot spray itu beberapa saat, Warren menaruh sebungkus es batu di pahaku dan mengikatnya. Lalu, ia memberiku dua bungkus es batu untuk aku menaruh dibagian sudut bibir yang terluka.

Kelihatan jelas bahwa ia sangat khawatir kalau aku terluka, karena ia tidak bisa menahan amarahnya Suchart.

Perihal Sungky, sudah ada beberapa orang membawa kotak obat-obatan dan handuk ke atas panggung untuk melihat keadaannya.

Sebenarnya luka ia tidak termasuk parah, hanya saja wajahnya telah babak belur. Kelenjar mata dan sudut bibirnya telah robek, sepertinya batang hidungnya juga sudah patah dan juga tulang pipinya membengkak seperti roti kukus.

Untung saja, aku bisa mengontrol diriku sendiri. Andai saja saat ia jatuh dan aku masih meninjunya, lukanya akan makin parah, mungkin sudah dibawa ke rumah sakit sekarang.

Setelah balik ke ruang ganti pakaian, aku benar-benar merasa sangat lelah. Aku hanya diam dan bersandar di kursi, membiarkan Basero membantuku melepaskan perban tinju.

"Tuan Roman, kamu sangat hebat. Jika kamu menerima pelatihan khusus dalam jangka waktu tertentu, kamu pasti akan bisa mengikuti lomba tinju yang lebih profesional." Kata Basero dengan kagum.

Aku menunjukkan senyum pahit, "Aku bisa menang karena bertemu lawan yang lemah seperti Sungky. Kalau dibilang untuk menjadi peninju profesional, aku rasa aku tidak bisa bertahan lebih dari satu menit."

"Tuan Roman kamu terlalu rendah hati, diantara peninju yang biasa, Sungky sudah termasuk paling hebat. Kamu bisa menang dari ia berarti kamu mempunyai kemampuan. Tinjuanmu sangat cepat, tenaganya kuat, dan juga tepat serangan. Kamu lebih hebat dari Sungky, tapi kekuranganmu itu tidak menerima pelatihan khusus, jadi kamu tidak menguasai teknik yang cukup."

"Haha, Basero. Kamu tahu bagaimana cara aku melatihnya?"

"Tidak tahu, apa tuan Roman pernah belajar?"

"Tidak." Aku menggeleng kepalaku dan tersenyum pahit berkata: "Aku bisa ini karena sering berkelahi dengan Jack. Saat aku dipenjara, aku satu ruang dengan ia. Awal 2 tahun saat aku masuk penjara, Jack mempermainkanku seperti monyet. Lalu aku berkelahi dengannya, kita berdua sama-sama punya pikiran untuk membunuh satu sama lain. Tiap tiga hari atau dua hari kita pasti berkelahi, tetapi saat itu ada beberapa orang lain yang tinggal di ruang yang sama membantu Jack memukulku sehingga setiap berkelahi aku selalu dipukul hingga tinggal setengah nyawa."

"Kamu pasti sudah lihat luka di dadaku kan? Ini bekas luka berkelahi dengan Jack. Si berengsek itu menyuruh temannya menahanku, lalu menggunakan puntung rokok yang masih nyala, ditaruh di dadaku. Kalau diingat kembali, aku ingin memukulnya lagi."

Basero sedikit terkejut: "Ternyata tuan Roman dan tuan Jack itu dulunya musuhan?"

"Em, musuh yang ingin saling membunuh. Aku masuk penjara dengannya dua tahun, lalu ada seorang teman bernama Adham Luo. Ia sangat ceroboh, benar-benar ceroboh. Setelah adanya Adham Luo yang membantuku, dengan terpaksa aku bisa seri dengan Jack. Habis itu, tidak tahu bagaimana caranya kita malah jadi teman."

"Tuan Roman, kamu dengan tuan Jack ini seperti arti dari peribahasa, 'pahlawan yang saling menghargai.' Kalau aku jadi kamu, tiap hari ada yang ngajak aku berkelahi mungkin aku juga akan berteman dengannya."

"Basero, kamu juga mengerti arti peribahasa itu?"

"Mengerti, aku telah membaca banyak buku Tiongkok dan memahami beberapa idiom dan kiasan."

"Oh? Kamu suka baca buku?"

Basero tertawa pelan: "Tuan Roman, kalau aku bilang aku pernah kuliah, kamu percaya nggak?"

Aku sedikit terkejut, melihatnya dengan teliti dan mengangguk: "Percaya, kamu kelihatan berbeda dengan yang lain. Kamu sangat tenang, dan juga tahu sopan santun."

"Hahaha, terimakasih pujian tuan Roman, aku memang pernah kuliah. Sudahlah, tuan Roman duduk sebentar. Aku pergi bicara dengan Warren, orang suruhanku menjaga di luar dan tidak membiarkan siapapun masuk."

"Tuan Roman, apakah kamu butuh Warren untuk mengganti rugi uang?" Basero bertanya, sambil melepaskan perban tinju.

Aku menggeleng kepala, "Tidak perlu, suruh ia mentraktir kalian minum-minum saja, kalau aku tidak perlu."

"Baiklah."

Basero berdiri sambil memberi hormat dengan tangan terlipat, lalu keluar dari ruang ganti pakaian.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu