Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 245 Tidak Tahan Lagi

Beberapa waktu lalu, aku berlatih menembak setiap hari, yang membuatku memiliki kemampuan untuk menembak target dalam jarak 20 meter.

Setelah terdengar suara tembakan, sosok di sebelah kiri ambruk.

Tapi hampir pada saat yang sama, terdengar suara tembakan di sebelah kanan, diikuti serangan keras mengarah ke dadaku, seperti dihantam palu dengan keras, ketika rasa sakit itu menghampiri, aku terjatuh ke rumput.

Dua suara tembakan juga terdengar di lereng bukit di belakang, satu peluru menghantam batang pohon tempat aku bersembunyi, dan satu lagi peluru melintas di dekatku.

Aku jatuh dengan keras di tanah, menahan rasa sakit di dadaku, berguling beberapa kali, berguling ke tempat yang rendah dan mencari tempat yang dihalangi pohon, kemudian berbaring di tanah, mengangkat tangan menarik pelatuk mengarahkan ke lereng bukit, dan dengan cepat menggunakan tangan kiri mengeluarkan Glock lain, menembak ke arah mobil off-road.

Tiba-tiba, suara tembakan keras terdengar dari pegunungan.

Aku berbaring di rerumputan, melihat rumput dan dedaunan di depanku dan di sekitarku beterbangan, dan semburan lumpur yang tidak jauh dari sana, tidak tahu berapa banyak peluru yang mengenai sekitar.

Demi menghindari adanya korban, lawan tidak berani mendekat, dan tidak perlu terlalu dekat, selama bisa menghabisiku dari jarak jauh itu sudah cukup.

Untungnya, tempat aku terbaring lebih rendah, di samping ada pohon besar yang menghalang, membuat sudut serangan lawan lebih kecil, dan tidak bisa begitu mudah mengenaiku.

Tapi mereka terlalu banyak orang, dalam keadaan asal menembak, sangat sulit menghindari tembakan nyasar.

Kecepatan tembak Glock sangat cepat, dengan cepat aku menghabiskan dua klip amunisi.

Ketika mengerluarkan klip amunisi, tiba-tiba tangan kiriku terasa sakit, dan Glock terjatuh.

Satu peluru menembus lenganku.

Aku menggertakkan gigiku menahan rasa sakit, menggunakan tangan kanan memegang Glock, dan menembak ke arah api menyala.

Satu klip amunisi belum habis ditembakkan, rusukku sudah terkena satu serangan.

Rompi anti peluru tidak bisa sepenuhnya memblokir peluru, serangan yang kuat membuatku merasakan kesakitan yang luar biasa, tulang rusukku seharusnya sudah patah.

Untungnya, lawan hanya menggunakan pistol, peluru berkecepatan rendah tidak bisa menembus rompi anti peluru, jika lawan menggunakan senapan serbu, serangan peluru yang kuat bisa menghancurkan tulang, bahkan melukai organ-organ dalam, dan mengakibatkan pendarahan internal yang hebat.

Kalau bertemu dengan sniper, dengan satu tembakan bisa menembus rompi anti peluru tanpa baffle, sekali pun menambah baffle, kemungkinan juga bisa mati karena serangan yang kuat.

Rasa sakit yang tajam di tulang rusukku membuatku kehilangan kecepatan, aku tidak lagi bisa membidik, hanya bisa mengangkat tangan kanan dan menarik pelatuk secara membabi buta.

Aku punya firasat, diriku kemungkinan akan mati di sini.

Tapi aku tidak menyesalinya.

Sebelum meninggalkan aku akan menembak mati beberapa orang.

Setelah selesai menembakan satu klip amunisi, aku menahan rasa sakit mengganti klip baru, dan terus menembak.

Saat ini, suara tembakan menjadi ramai, dan sebagian besar suara tembakan berasal dari lereng bukit, terdengar beberapa suara teriakan dari arah mobil jeep.

Setelah itu, rerumputan dan dedaunan yang berterbangan di dekatku, dan semburan lumpur di sampingku mulai mereda, sudah tidak ada peluru yang menembak ke arahku.

Roga dan lainnya sudah datang.

Saraf tegangku menjadi rileks, lenganku melemas, berbaring tanpa tenaga dan terengah-engah di tanah.

Tidak lama, suara tembakan berangsur-angsur menghilang, sampai benar-benar tidak ada suara tembakan, hanya ada suara teriakan marah, beberapa teriakan ketakutan memohon belas kasihan dan beberapa teriakan menyayat hati.

Di antaranya, aku mendengar teriakan seseorang berkata “Bertahanlah, jangan tutup matamu……”.

“Kak Roman, kak Roman kamu dimana?”tidak jauh dari sana terdengar teriakan Louis yang cemas.

“Aku disini.”aku berteriak keras.

Langkah kaki gelisah semakin mendekat, dengan cepat aku melihat sosok yang kuat melangkah mendekat.

“Kak Roman, kamu baik-baik saja kan?”Dia berjongkok dan bertanya dengan gugup.

“Kamu Roga?”

“Ehn.” dia menganggukkan kepala, “Aku Roga, Kak Roman mana saja yang terluka?”

“Tangan kiri, dan sini.”aku menggunakan tangan kanan yang tidak terluka menunjuk dada dan tulang rusuk kananku, “Oh iya, bagaimana keadaannya?”

“Semuanya beres, mereka bertiga sudah ditangkap, orang-orang mereka terbaring enam orang, dan dua lagi meletakkan senjata dan menyerah.”Roga mengatakannya sambil membantuku melepaskan rompi anti peluru.

“Bagaimana orangmu? Apakah ada yang meninggal?”

“Kedua temanku terkena tembakan, Kiano sedang menolong mereka, sebentar lagi diantar ke rumah sakit?”

“Lukanya parah tidak?”

“Ada satu orang mungkin……mungkin tidak bisa bertahan.”

Aku mengerutkan kening: “Cepat bawa aku pergi melihatnya.”

“Ehn.”Roga memapahku duduk, setelah melepaskan rompi anti peluru, dia menarikku berdiri.

Aku merasa tulang rusukku masih sangat sakit, tidak tahu berapa tulang rusuk yang patah, walaupun dadaku juga sakit, tapi seharusnya tidak parah.

Aku menahan rasa sakit, dengan bantuan Roga memapahku, aku berjalan menaiki lereng selangkah demi selangkah.

Ada beberapa orang mengelilingi, di antaranya ada yang berteriak “Jangan tutup matamu”.

Ketika mendekat, aku melihat keadaan di dalam dengan bantuan lampu mobil off-road dan lampu-lampu senter.

Seorang pria berusia dua puluhan dengan wajah pucat terbaring di tanah, dengan mulut terbuka, mulutnya terus batuk mengeluarkan darah dan berbusa.

Seorang pria berlutut di tanah, kedua tangannya menutup dadanya sekuat tenaga, tapi tetap tidak bisa menghentikan darah yang mengalir keluar.

Orang-orang di sebelah berteriak.

Dari teriakan mereka, aku tahu dia bernama Jackie, Jackie dari tulisan Jack.

Dia kejang-kejang beberapa kali, matanya melotot, dan pupilnya berangsur-angsur membesar……

Perlahan-lahan, kejang-kejangnya menjadi lemah dan napasnya semakin lemah.

Hingga akhirnya, dia berhenti kejang-kejang, tubuhnya melemas, dan berhenti bernafas.

Pria yang memegang dadanya, berulang kali memberinya CPR.

Seorang pria berusia tiga puluhan berteriak menangis dan terus menampar wajahnya yang berdarah tanpa henti.

Roga meraung marah dan sedih, tiba-tiba dia menarik pelatuk ke arah seorang pria kulit putih yang sedang merintih kesakitan terbaring tidak jauh dari sana dan menembakkan semua peluru yang ada di klip amunisi.

Lalu, dia berlutut tidak berdaya di tanah, kedua tangannya menarik rambutnya sendiri.

Aku menghela nafas tanpa daya, mengeluarkan sebatang rokok, lalu menyalakan dan menyerahkannya ke Roga.

Roga tiba-tiba mengambil rokok itu, dan menghisapnya dengan dalam-dalam.

Aku menyalakan sebatang untuk diriku sendiri, lalu melihat sekitar, melihat Mark, Clay dan Luke berjongkok di tanah dengan tangan memegang kepala mereka.

Mereka tampaknya tidak terluka, Jack seharusnya sudah berpesan kepada mereka, jangan bunuh mereka bertiga dulu, karena harus mencari tahu keberadaan Yanglek dan Cayetana dari mulut mereka.

Aku menghisap rokok dan berjalan mendekati mereka.

Mark yang begitu sombong, sekarang menggigil, bahkan takut untuk mengangkat kepalanya.

“Apakah kamu tahu berapa banyak orang yang kamu bunuh?”aku berjalan ke hadapannya dan bertanya dengan dingin.

Mark mengangkat kepalanya menatapku, lalu segera menundukkan kepalanya lagi: “Roman, aku salah, lepaskan aku, ke depannya tidak akan ……”

Aku tidak bisa menahan diri untuk menendang wajahnya, lalu membalikkan tubuhnya dan menginjak tenggorokannya.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu