Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 232 Kamu Berani Bajingan?!

Setelah mendengar kata-kata Cody, seketika aku pun mengerutkan dahi dan merasa sedikit ragu.

Di saat seperti ini, jika bisa bertemu dan minum teh bersama Jack, pasti akan membuatnya lebih tenang. Setelah kembali tenang, ia bisa menggunakan cara yang lebih baik untuk menangani masalah ini.

Lagipula dulu aku tidak ingin berteman dengannya, juga bisa dibilang karena aku tidak ingin berhubungan dengan lingkaran sosialnya. Tapi kemudian, ia cukup banyak membantuku dan menganggapku sebagai sahabatnya. Dan juga ia tidak menggunakan trik apapun untuk menarikku masuk kedalam lingkaran sosialnya. Ini membuatku merasa sangat berterima kasih kepadanya dan menganggapnya adalah seorang teman yang pantas dipercaya.

Sekarang ia sedang menghadapi masalah, di saat ini kupikir cara yang terbaik adalah menemaninya. Walaupun tidak bisa membantunya, tetapi setidaknya biar ia tahu bahwa masih ada sahabat yang menemani di sisinya.

Tetapi, apa yang Cody katakan juga tidak salah, jika di saat seperti ini juga pergi ke Villa dan bawahannya yang telah berhasil menolong kedua anak itu, maka saat itu hanya bisa mengantar orangnya ke Suchart sana.

Bukan bilang Suchart sana tidak aman, lebih tepat sebaliknya. Suchart sana seharusnya adalah tempat yang paling aman. Tetapi Jack mungkin tidak ingin anaknya menjalani jalan yang sama dengannya. Ia hanya ingin memberi lingkungan hidup yang tenang dan nyaman seperti orang lain.

Suchart sana mungkin tidak bisa menyediakan lingkungan seperti itu.

Ia lebih ingin aku membawa anaknya pulang ke negara kita, karena lingkungan negara kita lebih aman. Ia tentu juga menyuruh orang untuk menjaga-jaga dalam diam.

Jadi jika aku menetap di Chiang Mai, mungkin ini akan sangat membantunya.

Saat sedang ragu, ponselku tiba-tiba berdering. Lalu aku mengeluarkannya dan melihat nomor telepon asing dari China.

"Halo, maaf siapakah Anda?" Aku mengangkat panggilannya dan tetap bertanya dengan menggunakan nada yang sopan.

"Hehe, Josi, apakah kamu masih mengingatku?" Terdengar suara yang tidak begitu asing.

Aku tidak segera membalasnya, hanya terus mengingat kembali sambil mengerutkan dahi.

Tak lama kemudian, aku pun ingat suara orang ini.

"Mark?" Aku pun bertanya untuk memastikannya.

"Hehe, akhirnya kamu ingat. Tampaknya kamu sudah melupakanku, tetapi aku selalu ingat padamu."

Aku merasa sedikit tidak senang, "Tidak perlu aneh-aneh, langsung katakan saja apa maumu!"

"Hng! Pendukungmu saja sudah tidak berdaya, bisa-bisanya kamu masih berani berlagak di depanku?"

"Apa maksudmu?"

"Jangan-jangan bilang kedua bawahanmu tidak memberi tahu? Kedua anak Jack telah jatuh di tangan Timothy. Ia sendiri saja sudah tidak berdaya, tentu tidak akan bisa melindungimu lagi. Kamu tunggu saja untuk mati."

Aku menahan amarah sambil bertanya, "Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"

"Hahaha, bagaimana cara aku mengetahuinya?" Mark pun dengan sombong tertawa besar. "Jujur saja, aku juga berhubungan dengan hal ini. Jika bukan aku membayar sekelompok orang untuk membantunya. Kamu kira ia punya orang yang cukup untuk mengendalikan beberapa bos besar di Keluarga Du, sambil menangkap anak Jack? Hahaha, bawahannya sama sekali tidak jago. Hanya menangkap dua anak saja harus berencana begitu lama tetapi sama sekali tidak beraksi. Akhirnya bawahanku lah yang beraksi terlebih dahulu, sehingga masalah ini bisa jadi."

Mendengar ini, seketika aku pun menggertakkan gigi.

Ternyata Keluarga Gong bekerja sama dengan Timothy!

Pantas Clay yang baru keluar langsung berkata dengan begitu sombong. Ternyata sebelumnya sudah ada persiapan.

Aku pun perlahan-lahan kembali tenang. Sambil merenung, aku berkata, "Mark, kamu kira dengan memanggil balik bawahan Jack, kamu sudah boleh melawanku? Hehe, sepertinya kamu terlalu banyak berfikir. Di Chiang Mai sini masih ada Suchart, jangan bilang kamu tidak tahu."

"Tentu aku mengetahuinya, tahu bahwa Suchart pasti akan menyuruh orang untuk melindungimu. Tetapi...aku juga tahu bahwa kamu ini sangat setia. Kamu pasti tidak akan mengabaikan anak Jack begitu saja, tidak tega membiarkan mereka meninggal begitu saja demi kamu kan?"

Aku merasa terkejut, "Apa maksudmu?"

"Sangat mudah, jika kamu tidak ingin kedua anak tersebut mati. Sekarang datanglah ke Chiang Rai dan hanya boleh datang sendiri. Nanti aku akan menghubungimu dan memberi tahu alamatnya. Malam ini sebelum pukul sepuluh, jika kamu masih belum datang. Maka aku akan menyuruh Timothy untuk..."

"Bajingan, kamu berani?"

"Apa yang tidak berani aku lakukan? Ehm? Sekarang kakiku saja sudah pincang, apalagi yang tidak berani ku lakukan? Jujur saja, Roman, sejak kakiku patah, aku selalu berfikir cara untuk membalas dendam kepadamu dan Bruce. Orang pertama yang aku pilih adalah kamu. Jika bukan karena kamu bajingan ini selalu melawanku, mungkin masalah ini tidak akan berakhir seperti ini. Kamu lah penyebab utama masalah ini."

"Kedua adalah Bruce, ia menyuruh orang untuk memukulku. Aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Setelah menyelesaikan masalah di Chiang Rai ini, aku akan segera mencarinya."

"Tapi, tenang saja. Aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya ingin mematahkan lutut dan membuat sepasang kakimu cacat. Agar kamu menggunakan tongkat untuk menjalani hidupmu."

Mendengar kata-kata Mark, aku tidak membalasnya, hanya mengerutkan dahi sambil merenung.

"Roman, ingat malam ini sebelum pukul sepuluh. Jika aku tidak melihatmu di Chiang Rai, maka tunggu saja untuk menerima mayatnya."

Setelah berkata, dari seberang sana pun terdengar suara 'tut tut'. Mark memutuskan panggilan tersebut.

Aku dengan tak berdaya menutupi mata sambil mengepalkan tangan. Lalu melempar kursi yang berada di sebelah dengan keras.

"Kak Roman, ada apa? Siapa yang menelpon?" Cody memasang wajah serius sambil bertanya. Aldi juga menoleh sekilas kearahku.

Aku mencubit pelan alis mataku dengan tak berdaya, lalu berkata. "Mark yang menghubungiku, ia adalah adiknya Clay, dimana dulu kakinya pernah dipatahkan oleh Bruce."

"Apa yang ia katakan?"

"Ia berkata bahwa ia juga berhubungan dengan masalah penculikan Yanglek dan Cayetana ini. Ia lah orang yang membayar sekelompok orang untuk membantu Timothy dan karena itu masalah ini pun berhasil terjalankan."

Setelah mendengar kata-kataku, seketika Cody dan Aldi pun memasang wajah marah.

"Bajingan, setelah masalah ini selesai. Aku akan pergi membunuhnya ke Shenghai dan membunuh Keluarga Gong mereka."

"Pantas dari Chiang Rai sana berkata, bahwa sebagian besar orang yang merampok mobil berwajah asing. Ternyata ini adalah orang-orang bayaran Keluarga Gong. Oh iya Kak Roman, Mark tidak hanya mengatakan ini saja kan?"

Aku menganggukkan kepala, "Betul, bukan hanya ini saja, ia juga menyuruhku untuk pergi ke Chiang Rai sendiri. Lalu berkata bahwa ia ingin melumpuhkan kedua kakiku."

"...Aku akan memotong kakinya lalu memberikannya pada anjing!"

"Kak Roman, kamu tidak menerimanya kan?"

Aku tidak membalasnya dan hanya merenung sambil menundukkan kepala.

Ini adalah keputusan dalam hidup atau mati.

Aku ada firasat, pasti akan ada yang mati. Bukan hari ini yaitu besok dan yang mati juga akan lebih dari satu orang.

Entah itu anak Jack, Timothy dan bawahannya, ataupun...Mark.

Dan mungkin saja aku.

Bagiku jalan menuju Chiang Rai adalah jalan yang penuh rintangan, bahkan mungkin saja bisa membunuh diriku.

Walaupun Mark berkata bahwa ia tidak akan membunuhku. Tetapi orang sepertinya tidak dapat dipercaya. Setelah pergi kesana, jika ia menguburku di daerah perbatasan, lalu kabur balik ke negara sendiri, siapa yang akan tahu bahwa ia orang yang melakukan ini?

Tetapi, jika aku tidak pergi, maka anak Jack kemungkinan besar akan mati.

Suara dari sebrang sana terdengar bahwa Mark sudah menjadi orang gila dan ia dapat melakukan apapun itu.

Bahkan jika Timothy tidak ingin menyentuh kedua keponakannya, mungkin hal ini juga tidak akan bisa menghentikan Mark.

Karena sebagian besar orang yang merampok mobil adalah bawahan Mark. Maka ada kemungkinan besar bahwa kedua anak Jack tidak jatuh di tangan Timothy, melainkan berada di tangan Mark.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu